Di saat satu beban telah lenyap maka tenanglah sudah hati dan pikiran hingga ruang kalbu kembali bernafas lega.
Author Pov
Kelas tampak sepi karena
arloji sudah menunjukan waktu untuk beristirahat sehingga sebagian murid ke kantin."Alish, ceritain ke kita dong kronologi lo di apart Mark." Tanya Adel penasaran.
"Iya gue penasaran masa. Lardo keras kepala banget ya sampe pacar gue di tonjok." Aulia terkekeh.
"Tahu lo Do. Sakit kali nih pipi gue, masih berasa." Azka memegang pipinya.
Lardo hanya diam dengan mimik wajah songong. "Jadi lo tonjok Azka Do. Parah bat sih jadi orang. Temen sendiri juga, minta maaf!" Alisha melotot ke arah Lardo.
Lardo menggeleng. "Males ahh. Lagian sapa suruh dia kaga minggir yaudah gue bogem aja." Jawab Lardo santai dengan posisi kaki di atas meja.
Alisha mendelik. "Dasar lo gak tahu terimakasih. Azka masih untung mau nungguin lo, tapi lo malah gadir." Alisha menurunkan kaki Lardo dari atas meja.
"Alisha lo dengar gue ya! Kalau kemarin gue gak nonjok tuh anak yang ada lo udah hamil sama Mark. Gue cuma mau nolongin lo tepat waktu Lish. Harusnya lo nyadar diri juga jan nyalahin ggue aja." Ucap Lardo sedikit emosi sembari menatap wajah Alisha teliti. "Oh iya Azka sorry gue becanda tadi. Maaf ya kemarin." Sambung Lardo dan pandangannya kembali fokus ke Alisha seorang.
Alisha tertunduk hingha bulir bening lolos dari mata indahnya. "Maaf Do gue kan cuma mau lo minta maaf sama Azka. Kenapa lo kesannya nyalahin gue gitu. Please jangan bahas masalah kemarin lagi gue masih takut." Ucap Alisha lirih.
"Tahu lo Do. Kasian Alisha tai. Namanya juga pacar yang baik ya ingetin lo lah." Nunu menggerutu kesal.
"Kok lo yang emosi say. Sans Nunuku jan esmosai gitu. Jelek ah." Alva menoel dagu Nunu.
"Udah napa jan pada bacot. Bukan salah siapa-siapa juga. Semua salah Mark anju." Adlan menasehati.
"Tumben bener lo Lan. Eh pacar gue mana ini?" Abi mengedarkan pandangan keluar kelas.
"Dania ke toilet Do tadi bilang ke gue." Jawab Adel lugas.
"Alisha maafin gue ya. Sumpah gue gak bermaksud bikin lo sedih. Oke gue yang salah. Jangan nangis ya, males gue liat lo nangis mulu. Hobi bat kayaknya." Lardo mendongakan wajah Alisha dan menghapus lembut air mata yang membasahi wajah cantik gadis miliknya.
"Lo juga gak salah kok gue nya aja yang baper. Jangan bahas dia lagi ya. Gue takut Do." Alisha kembali menangis mengingat kejadian kemarin.
Lardo memeluk Alisha yang kini tengah menangis. Bahkan ia tak peduli jika pakaian seragamnya basah karena air mata Alisha yang mengalir. Lardo dapat mengerti perasaan Alisha saat ini yang pikirannya sedang kacau karena rasa takut yang kerap menghantuinya.
Bego lo Lardo, bego. Kenapa juga pake acara bilang gitu. Maaf Lish gue selalu bikin lo nangis gini.
Alisha mengurai pelukan Lardo dan menghapus sisa air matanya kasar. "Gue gak nangis lagi." Seulas senyum kembali merekah di bibir mungil Alisha membuat Lardo merasa lega dan juga tersenyum simpul.
"Nah gitu dong Lish. Jangan nangis lagi oke. Senyum gini bikin gue makin makin deh sama lo." Lardo memaksakan seulas senyum di bibir Alisha.
"Iihhh. Sakit anju. Yayaya janji gak nangis lagi. Lo kan ada di sini."
Abi berdeham. " Waelah kita di lupain nih kayaknya. Nyamuk blay kita." Abi terkekeh.
Lardo dan Alisha menoleh bersamaan dengan seulas senyum terukir dari keduanya.
Dania masuk ke dalam kelas dengan langkah gontai sembari menunduk lalu tedduduk lesu di samping Abi.
"Dan, kamu kenapa? Kamu abis nangis ya." Abi tampak panik dan menangkup wajah Dania seakan meminta jawaban.
"Dan lo kenapa? Abis dari toilet kan? Lo sakit ya." Alisha menghampiri Dania lalu menempelkan telapak tangannya di dahi Dania.
"Gak demam juga." Alisha mengernyitkan dahi bingung.
Tangis Dania pecah dalam dekapan Abi. Seketika pandangan mereka berhaluan ke arah Dania yang tengah menangis di dalam pelukan Abi.
"Dania ihhh lo kenapa kok dateng-dateng nangis." Alisha menepuk pelan bahu Dania.
"Kamu kenapa Dan? Ngomong dong biar kita gak bingung." Abi membelai rambut Dania lembut.
Dania mengurai pelukannya. "Aku malu Bi, malu banget." Ucapnya sambil terisak.
"Malu kenapa Dan? Jadi bingung gue." Lardo kini berdiri di samping Alisha sambil merangkul pinggangnya.
"Mark!" Kini pandangan Dania tak lagi sendu namun sedikit tersirat emosi.
"Mark. Coba kamu jelasin perlahan ke kita, ada aku di sini Dan." Abi mengusap lembut punggung Dania.
Dania menghela napas panjang kemudian memberanikan diri menceritakan apa yang di lakukan Mark terhadapnya. Dengan nada suara yang terisak Dania menceritakan dengan rinci perihal Mark yang menciumnya tanpa permisi setelah memarahinya di atas gedung sekolah. Ya, Dania baru ingin melangkahkan kakinya ke kelas tapi tangannya di cekal Mark dan kemudian menarik paksa tangannya untuk mengikuti Mark ke tempat itu. Mark mengumpat Dania dengan tutur kata kasar hingga membuat gadis itu bergidik ketakutan kemudian menciumnya lalu pergi meninggalkan Dania yang terpaku dan tengah menangis.
Abi kali ini tersulut emosi, tangannya mengepal lalu menggebrak meja. "Maunya apa si tuh anak. Beraninya nyakitin cewe gue. Gue bakal kasih dia pelajarin." Abi ingin melangkahkan kaki keluar kelas, yang ada di pikirannya saat ini untuk menghajar Mark tapi Dania mencekal tangannya.
"Udah Bi aku gak mau masalah ini tambah rumit." Ucap Dania lirih.
"Enggak Dan. Abi wajar marah sama cowok kayak gitu. Asal kalian tahu kemarin Mark hampir aja merenggut sesuatu yang paling berharga buat gue. Sampe gue cari akal dan pura-pura loncat padahal saat itu gue takut setengah mati. Dan sekarang dia malah lakuin ini ke lo. Gue gak terima Dan, Abi ikut gue ke BP buat laporin kelakuan Mark." Alisha kali ini juga ikut dilanda emosi.
"Alisha Abi gue tahu kalian emosi. Tapi coba pikirin dulu, emangnya ada bukti yang ada kita di tuntut balik. Gue juga udah muak banget sama dia." Lardo angkat bicara.
"Bener lo Do. Kita cari bukti biar Mark di depak dari sekolah ini." Tukas Alva.
"Sabar ya Dan. Gue tahu lo cewek baik-baik. Abi makanya punya cewe jagain! Kecolongan lo Bi, jebol. Lo aja belum pernah cium Dania. Lo juga Do, hampir aja Alisha di sikat Mark." Adlan tertawa puas.
"Adlan!" Ucap Alisha dan Dania bersamaan dengan tatapan tajam.
"Ampun ciwi-ciwicantik. Jan makan gue. Adel tolongin aa Adlan dong, atut nih acu." Adlan melingkarkan tangan di lengan Adel.
"Ihhh alay lo. Lagian mulut kayak kaleng bekas."
"Rombeng Adelku yang gesrek tapi lope-lope di udara." Adlan tersenyum genit tapi di hadiahi toyoran oleh Adel.
"Dania maafin gue ya. Mark pasti marah karena lo udah telepon gue dan beberin keburukan dia ke gue. Tapi gue makasih sama lo Dan. Sama kalian semua makasih buat pertolongan kalian. Dan lo Lardo makasih ya." Alisha tersenyum simpul untuk menutupi easa bersalahnya pada sahabat baiknya Dania.
Setelah satu minggu mereka mengumpulkan bukti tentang perilaku Mark yang melanggar peraturan sekolah maka hari ini Mark sudah tidak lagi tercatat sebagai siswa di SMA Emery's School Jakarta. Mark terlibat kasus remaja yang mengonsumsi narkoba, pergaulan bebas, dan kasus pelecehan terhadap Alisha dan Dania. Mark tidak di laporkan ke pihak berwajib perihal perlakuannya dengan Alisha dan Dania karena mereka masih memberi kesempatan kepada Mark untuk mengubah sifat buruk dalam dirinya. Mark hanya di kembalikan ke orang tuanya dan di rehabilitasi agar tidak lagi kecanduan dengan narkotika. The Cogans dan Dania Cs merasa sangat bahagia terutama Lardo dan Alisha karena kini penghalangnya hanya Carissa seorang.
Good bye Mark Apuila. Gue harap lo gak hadir lagi dalam hubungan gue dan Lardo. Semoga lo jadi orang yang lebih baik lagi nantinya.
Alisha bersorak riang dengan seulas senyum yang kini merekah saking bahagianya terlepas dari seoramg Mark.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trust Me
Fiksi RemajaAlisha Corinna Myesha yang tengah mencoba memantapkan hati untuk bertahan dengan penampilan Nerd Girl harus dihadapkan dengan masalah, salah satunya oleh anak pemilik Emery's School Jakarta, tepatnya sekolah baru bagi Alisha. Karena ulah Lardo yang...