Menjauh?

3.9K 219 4
                                    

Kini Al benar-benar hancur, pikirannya melayang. Ia memikirkan dendam, Alya, Ali dan Prilly. Al melamun di balkon kamarnya, ia harus apa? Apa yang harus ia lakukan saat ini? Al sangat takut kalau perlakuannya kepada Alya akan berimbas kepada Prilly.

Aaarrrghhhh....

Al mengacak rambutnya frustasi, ia terus melamun melamun dan melamun.

***

Tok...tok....tok

"Kai buka dong pintunya, ini Ali Kai. Jangan buat gue khawatir, buka pintunya!!" Teriak Ali dari balik pintu, ya Kaia sejak sepulang sekolah tadi hanya mengurung dirinya di dalam kamar. Baja, mama Resi dan Ali terus membujuknya untuk keluar. Namun Kaia masih tidak mau membuka pintunya.

"Kai, Lo mau lihat mama nangis? Sedih? Buka dong Kai. Kaia!!" Ali terus menggedor pintu kamar Kaia,

Klek....

Akhirnya Kaia membuka kunci pintunya, dengan cepat Ali memasuki kamar Kaia diikuti oleh Baja dan mama Resi. Ali melihat kakaknya yang duduk di bawah karpet dengan memeluk kakinya.

Ali mendekati Kaia dan duduk disampingnya.
"Kai Lo kenapa? Kenapa Lo gini? Ada masalah apa yang Lo sembunyiin dari gue, mama sama Baja? Cerita dong Kai, kita khawatir sama Lo" ujar Ali seraya mengelus rambut pirang Kaia,

"Gu...gue mau bicara sama Ali" pekik Kaia dengan nada seraknya, Ali pun memandang Baja dan mama Resi bergantian seraya menganggukkan kepalanya sebagai isyarat, dan akhirnya mama Resi dan Baja pun keluar dari kamar Kaia.

Tanpa aba² Kaia langsung memeluk Ali dengan erat dan menangis sejadi-jadinya. Ali pun membalas pelukan Kaia seraya mengelus punggung Kaia.

"Lo bisa cerita kalau udah tenang" ucap Ali dengan mata yang sedikit memanas, ia tidak tega melihat kakaknya yang ceria bisa sesedih ini.

Kaia melepas pelukannya, Ali pun menghapus air mata Kaia yang ada di pipi chubby kakaknya. Ali menatap Kaia,

"Kenapa disaat gue bener-bener tau apa itu artinya jatuh cinta, apa itu artinya kasih sayang dari seseorang, malah dengan gampangnya dia ngancurin perasaan gue? Nyakiti perasaan gue? Kenapa Li? Kenapa??!!!" Ali menangkup kedua pipi Kaia yang terus menjatuhkan air matanya.

"Kai dengerin gue, kalau kita ngerasain jatuh cinta, kasih sayang dan sebangsanya itu memang sangat indah, bahagia. Tapi inget Kai, nggak semua jatuh cinta itu happy ending. Lo masih beruntung, karena apa? Karena Lo masih bisa ada disamping dia, walaupun itu cuman sebentar. Tapi seenggaknya Lo bisa belajar dari setiap kerapuhan yang Lo alami sekarang ini. Lo jangan terus² an terpuruk dari apa yang sekarang Lo rasain, Lo harus bangkit. Buat rasa sakit Lo, kerapuhan Lo, kehancuran lo sebagai pelajaran dihidup ini. Jangan sekali-sekali merasa putus asa, didunia ini nggak ada kata putus asa Kai. Jangan nangis lagi ya? Gue nggak suka lihat Lo nangis gini" tutu Ali seraya mengelus pipi Kaia dengan sayang, Kaia mendengar penuturan Ali langsung memeluk adiknya itu.

"Udah jangan nangis lagi Kau, gue gapunya temen buat berantem nih" celetuk Ali membuat Kaia melepas pelukannya dan memukul lengan Ali seraya tersenyum.
"Gitu dong senyum, kakak gue nggak pantes nangisin cowok yang bisanya cuman nyakitin" ujar Ali seraya mengelus pipi Ali, Kaia pun tersenyum dan menghapus sisa² air matanya.

***

Ceklek....

"Bang..." Panggil Prilly kepada Al, Prilly yang melihat Al ada di balkon langsung menghampirinya dan duduk disebelah Al.
"Bang, kok ngelamun sih?" Gusar Prilly seraya menepuk lengan Al,
"Apaan sih nyil?" Dengus Al seraya menoleh kearah Prilly,

The RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang