BAB 4 || SYAHIRAH

706 35 0
                                    

Laki-laki itu meleparkan tas sekolah dan seragam basketnya ke tempat tidur dengan sembarang arah. Setelah itu, dia langsung membaringkan badannya di atas tempat tidurnya dengan tidak berdaya. Kegiatan hari ini membuatnya sangat kelelahan. Sepulang sekolah, laki-laki itu pergi menghadiri rapat OSIS. Selesai dari rapat OSIS, dia langsung pergi latihan basket bersama teman-teman setimnya untuk perlombaan nanti. Alhasil, kaos putih polos yang ia kenakan penuh keringat dan belum sempat ia lepaskan dari badannya. Bukan hanya kaos putihnya saja yang banjir keringat, tetapi seragam basketnya juga.

Tangan laki-laki itu terulur ke arah nakas untuk mengambil remot AC. Dia menyalakan pendingin ruangan supaya kamarnya tidak terlalu panas dan supaya tidak begitu gerah. Di saat yang bersamaan, handphonenya berdering. Selesai menyalakan AC, tangannya terulur mengambil tas dan mengeluarkan handphonenya yang berada di dalam tas. Layar handphonenya menyala dan dia membaca nama sepupunya yang tertera pada layar handphonenya.

Dengan malas Aldo menggeser panel hijau dan menempelkan layar hanphone ke daun telinganya. Belum sempat menyapa atau memberi salam, sepupunya sudah meneriaki namanya.

Aldo berdecak. "Bisa nggak, sih, kalau nelepon gue nggak usah pake teriak segala?" kesal laki-laki itu. Telinganya hampir pekak karena suara sepupunya yang begitu nyaring dan melengking. Dari seberang sana, sepupunya sedang terkekeh. "Jangan ketawa!"

[Iya, iya. Galak banget sih, lo. Lagi PMS, ya?]

"Kenapa memangnya kalau gue lagi PMS? Lo mau gantiin, gue?" sahutnya.

[Idih, ogah. Gue udah sering PMS. Hampir setiap bulan malah.]

"Lo nelepon gue ada perlu apa? Kalau nggak ada, gue matiin, nih," ancamnya.

[Eh, jangan dong, Aldo sayang. By the way, lo nggak kangen sama gue, gitu?]

"Alea," panggil laki-laki yang bernama Aldo.

[Hm?]

"Kabarnya Syahirah, gimana? Dia baik, kan?" tanya Aldo. Dari seberang sana, Alea berdecak kesal. Aldo hanya terkekeh. Bagaimana Alea tidak kesal? Setiap dia menelepon laki-laki itu, yang ditanyakan kabarnya pasti selalu Syahirah.

[Please, deh, Do. Kali-kali lo tanya kabar gue dulu, kek, baru nanya kabar orang lain. Ini mah, yang ditanyain duluan selalu Syahirah, bukannya gue. Memangnya, sepupu lo itu Syahirah atau gue?]

Aldo tertawa mendengar omelan dari Alea. "Udah kayak emak-emak yang punya kontrakan lo!" ucap Aldo. "Nih, gue tanya, gimana kabar lo?"

[Basi, lo. Lagian, Syahirah udah punya seseorang dihatinya.]

"Siapa?" Aldo merasa penasaran.

[Do, gue sakit perut, nih! Gue tutup dulu, ya, teleponnya?]

Aldo sudah menebak Alea akan mencari alasan untuk menghindari pertanyaannya. Sepupunya itu tidak akan pernah mau menjawabnya jika dia bertanya tentang Syahirah suka dengan siapa.

"Ya udah, sana!" kata Aldo. Alea pun mengakhiri panggilannya. Aldo meletekkan handphonenya begitu saja di sampingnya.

Syahirah. Perempuan yang merupakan cinta pertamanya di SMA sebelumnya yang di Jakarta, sebelum dia pindah ke Surabaya. Semenjak tahu Alea berteman dengan perempuan itu dan selama tiga tahun selalu sekelas, Aldo selalu mengambil kesempatan dari Alea untuk mengetahui kabar Syahirah.

Sebelum dia pindah sekolah, Aldo sempat menaruh sobekan kertas yang dia lipat jadi kecil di dalam tas Syahirah di saat jam istirahat. Mungkin, Syahirah sudah membaca kertasnya. Jika sudah membacanya, berarti Syahirah sudah mengetahui tentang perasaannya terhadapnya. Karena, surat itu berisikan tentang pernyataan cinta.

Syahirah (COMPLETE) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang