Adzan dzuhur telah berkumandang. Syahirah masih berada di kampus. Ia pun segera mencari mushola yang terdapat di kampus. Karena ia masih berstatus sebagai mahasiswa baru, jadi ia belum tahu pasti di mana letak mushola. Untung saja ada Dino. Laki-laki itu sudah berkeliling melihat-lihat kampus. Jadi, Dino sudah tahu di mana letak mushola kampus.
Sesampainya di mushola, Syahirah dan Dino terpisah. Syahirah pergi ke tempat wudhu perempuan dan Dino pergi ke tempat wudhu laki-laki. Lalu, Dino pergi ke shaf laki-laki. Sedangkan Syahirah ke shaf perempuan. Antara shaf laki-laki dengan shaf perempuan hanya dibatasi oleh pembatas, seperti tirai dan semacamnya.Syahirah segera mengenakan mukenanya karena iqomah telah dikumandangkan. Selesai mengenakan mukena, Syahirah merapatkan barisannya dengan wanita muslimah lainnya dan mulai mengikuti gerakan shalat yang dipimpin oleh sang imam.
Shalat dzuhur telah dilaksanakan. Syahirah melepaskan mukenanya setelah berdoa. Saat sedang melipat mukena miliknya, Syahirah mendengar suara seorang laki-laki sedang melantunkan Qur'an surat Ar-Rahman. Suaranya begitu familiar. Seperti suara Azki mengaji. Sangat merdu dan kebetulan surat Ar-Rahman yang sedang dilantunkan itu adalah surat suci Al-Qur'an kesukaan Syahirah.
Tanpa sadar Syahirah melangkah maju mendekati pembatas shalat antara shaf laki-laki dengan shaf perempuan, meninggalkan mukenanya yang sudah ia lipat. Syahirah memberanikan diri untuk melihat siapa yang sedang melatunkan ayat suci Al-Qur'an begitu merdu sehingga membuat siapa saja yang mendengarnya merasa tenang, damai, dan kagum.
Syahirah berhasil menemukan siapa yang sedang mengaji. Tapi, Syahirah tidak bisa melihat wajahnya. Laki-laki itu memunggunginya.
"Syahirah!" Dino memanggil. Laki-laki itu sudah keluar dari tempat shalat bahkan sudah mengenakan sepatunya.
Syahirah menoleh. Ia pun kembali ke mukenanya yang tadi sudah dia lipat dan mengambilnya. Setelah itu, Syahirah pergi keluar dari tempat shalat dan mengambil sepatunya. Dino dengan sabar menunggu Syahirah selesai memakai sepatu.
"Din," panggil Syahirah. Ia sudah selesai memakai sepatu. Tapi, masih duduk dibangku.
"Kenapa?" tanya Dino sambil duduk dibangku yang sama dengan Syahirah.
"Tadi aku dengar suara laki-laki sedang melantunkan surat Ar-Rahman dengan merdu. Suaranya mirip seperti Azki." Syahirah memberitahu. "Mungkin nggak sih, itu Azki?"
Dino ingin sekali mengatakan: "Enggak mungkinlah, Sya. Orang Azki udah pindah ke Medan". Tapi, Dino sudah berjanji ke Azki untuk tidak memberitahu Syahirah tentang kepergiannya. Bahkan tentang surat itu.
"Mungkin lo cuma lagi kangen sama dia kali, Sya." Syahirah terdiam. "Syahirah, kalau semisalnya Azki pergi ke luar kota terus nitip surat dan suratnya itu semacam surat cinta, reaksi lo gimana?" tanya Dino berhati-hati sambil menatap Syahirah dengan serius.
Syahirah tersenyum miris. "Nyatanya Azki enggak suka sama aku, Din. Jadi bagi aku, itu mustahil."
"Kenapa gitu?"
Syahirah mengangkat kedua bahunya. "Ya mustahil aja, Din. Udah lah. Jangan bikin aku jadi berharap sama dia lagi. Mending kamu bikin aku berharap sama Allah agar cinta aku ke Allah lebih besar dan tidak membuat-Nya cemburu gara-gara rasa suka aku lebih besar ke makhluk ciptaan-Nya," tuturnya.
Dino tersenyum. Ia sama sekali tidak pernah menyangka Syahirah akan memiliki pemikiran sedewasa dan sebijak ini. Dino semakin tidak sabar memberitahu Azki tentang perubahan pada diri Syahirah. Tapi, tidak untuk sekarang, melainkan nanti. Karena handphone Azki sedang rusak dan belum diperbaiki. Dan Dino juga sudah tahu kalau Azki itu sudah berada di kota Medan. Azki sempat menghubungi dan memberitahu Dino melalui handphone milik ayahnya.
***
Aldo segera mengakhiri membaca Al-Qur'annya saat mendengar nama Syahirah di sebutkan oleh seseorang. Aldo berdiri dari tempatnya dan menoleh ke belakang ke tempat shalat bagian perempuan. Mencari keberadaan Syahirah. Tapi, dia tidak melihat ada Syahirah di sana.
Aldo keluar dari tempat shalat dengan Al-Qur'an masih di tangannya. Saat berada di luar, Aldo tidak melihat adanya keberadaan Syahirah. "Apa gue salah dengar, ya?" gumam Aldo sembari celingak-celinguk, masih mencari keberadaan Syahirah. "Iya kali, ya, gue salah dengar?"
Aldo pun kembali masuk ke dalam. Dia meletakan Al-Qur'an tersebut di rak buku yang dijadikan tempat menaruh Al-Qur'an. Setelah menaruhnya kembali, Aldo keluar dari dalam tempat shalat dan mengambil sepatunya yang ada di rak sepatu. Sembari memakai sepatunya, Aldo masih kepikiran dengan seorang wanita yang sudah lama tidak pernah ia lihat. Siapa lagi kalau bukan Syahirah. Padahal baru dua bulan, tapi serasa dua tahun lamanya.
"Aldo, ya?" Suara lembut itu membuat Aldo mendangakan kepalanya. Melihat kearah seorang perempuan yang sedang berdiri di hadapannya.
"Iya? Siapa, ya?" tanya Aldo. Dia sudah selesai memakai sepatunya. Wanita yang sebaya dengannya pun tersenyum manis.
"Gue Della." Wanita itu mengajak bersalaman. Aldo menjabat tangannya dan bersalaman, hanya sebentar.
"Tapi, Della siapa?" tanya Aldo. Dia masih tidak mengenal wanita yang sedang berdiri di depannya saat ini.
"Lo lupa sama gue, Do? Gue temen SD lo."
Aldo berdiri. "Temen SD gue? Della? Emang iya, ya?" Aldo menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Dia sama sekali merasa tidak punya teman SD yang bernama Della, seperti yang di katakan perempuan yang ada di depannya ini.
"Gue Della. Ya, mungkin lo udah lupa. Karena gue dulunya satu kelas sama Alea," jelas wanita yang mengaku bernama Della itu.
"Sumpah. Gue enggak inget lo siapa. Dan gue juga enggak inget kalo Alea punya temen yang namanya Della."
"Ya udah deh, enggak apa-apa. Mungkin kalo gue main ke rumah Alea, lo baru inget." Della pun pergi meninggalkan Aldo yang masih kebingungan.
"Tuh cewek ngaku-ngaku jadi temen SD Alea buat deketin gue kali, ya?" Aldo bergidik ngeri.
Pernah waktu ia bersekolah di Surabaya. Ada seorang cewek bernama Fitri, ngaku-ngaku teman SDnya. Karena Aldo tidak kunjung ingat, akhirnya perempuan itu mengaku jadi teman sekelasnya Alea pas SD. Aldo yang tidak tahu apa-apa pun akhirnya berteman dan berkenalan.
Beberapa hari kemudian, Aldo pernah melewati kamar mandi perempuan. Dan dia mendengar Fitri sedang berbicara dengan temannya yang entah siapa.
"Rencana gue buat deket sama Aldo berhasil dong." Suara Fitri terdengar gembira.
"Tapi, kok, lo bisa tau Alea? Tau dari mana?" Suara temannya Fitri.
"Ya gue stalking dulu lah sebelum pendekatan. Gue cari di sosmednya dan Aldo selalu nge-tag Alea. Nah caption-nya itu "sepupu". Gitu." Suara Fitri sedang menjelaskan.
"Bagus, bagus. Gue enggak kepikiran sampai ke situ."
Aldo bergidik ngeri saat mengingat hal itu lagi. Untung saja tadi Aldo tidak langsung tergoyahkan dengan senyum manis yang ditunjukan oleh wanita yang bernama Della tadi.
"Gue akan tetap setia menunggu Syahirah," gumam Aldo. "Tapi, kenapa gue jadi egois buat milikin Syahirah? Belum tentu dia itu jodoh gue. Masa iya, gue udah ngarepin dia yang belum tentu jodoh gue?" Aldo menghela napas gusar.
Bagaimanapun Aldo harus kembali ke realita. Jodoh sudah ada yang mengaturnya. Meskipun Aldo sudah berusaha, tapi kalau memang Syahirah bukan jodohnya. Aldo bisa apa? Lalu, nanti siapa yang akan tersakiti? Tentu saja Aldo. Dirinya sendiri. "Maaf, ya Allah," gumam Aldo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Syahirah (COMPLETE) ✔
Teen FictionJodoh itu rahasia Allah. Tidak ada yang tahu siapa yang akan menjadi jodoh Syahirah nanti. Untuk pertama kalinya Syahirah jatuh hati pada si pemilik suara yang merdu saat bersalawat dan mengaji. Si pemilik suara merdu itu bernama Muhammad Nur Azki. ...