BAB 3 || SYAHIRAH

758 41 3
                                    

Syahirah sudah mengenakan seragam sekolahnya sejak sepuluh menit yang lalu. Syahirah melihat jam di dinding. Jarum pendek berada diangka 6, sedangkan jarum panjang diangka 12. Syahirah melihat seisi kamarnya yang sudah rapi. Buku-buku pelajarannya juga sudah disiapkan--sesuai jadwal hari ini--sejak semalam. Kemudian, pikiran untuk memakai hijab ke sekolah pun terlintas begitu saja.


Syahirah beranjak dari duduknya menuju lemarinya untuk mengambil kerudungannya yang berwarna putih. Setelah itu, dia pergi bercermin untuk melihat pantulan dirinya yang mengenakan hijab dengan seragam sekolahnya. Tapi, lengan seragamnya pendek, sedangkan rok sekolahnya saja yang panjang.

Saat Syahirah sedang melihat apakah pantas atau tidak dirinya berhijab jika meenggunakan seragam sekolah. Pintu kamarnya ada yang mengetuk. "Sya, kakak boleh masuk?" tanya Reno dari luar kamar Syahirah.

"Masuk saja, kak!" sahut Syahirah dari dalam kamarnya. Setelah mendapat izin dari Syahirah, Reno masuk ke dalam dan terdiam untuk beberapa saat. Kemudian dia berkata, "Masya Allah, cantiknya adiknya kakak." Reno memuji sambil duduk di atas kasur tepat berada di belakang adiknya. "Tapi, kalau kamu mau pakai hijab, kamu harus pakai pakaian berlengan panjang, Sya. Aneh dilihatnya kalau berhijab pendek, tapi bajunya berlengan pendek."

Syahirah menghela napas sambil membuka kerudungnya yang sudah dia pakai dengan rapi. Lalu, dia ikut duduk di atas kasur, di samping kakaknya.

"Kok, dilepas?" tanya Reno bingung.

Syahirah menggeleng. "Kak Reno punya tabungan?" Syahirah balik bertanya. Dan, pertanyaan yang diajukan Syahirah tidak nyambung dengan pertanyaan Reno.

"Punya. Kalau kakak nggak punya tabungan, nanti bayar biaya sekolah kamu dari mana? Kakak setiap hari kerja, gajinya itu kakak tabung buat masa depan kamu dan buat mama," jawab Reno.

"Kalau gitu, kalau aku udah lulus. Aku bantu kak Reno aja, kerja. Jadi, kakak nggak usah nanggung banyak beban sendirian."

"Bukannya kamu mau kuliah? Kamu kuliah aja, Sya. Kakak nggak masalah, kok, kerja sendirian. Yang terpenting bagi kak Reno adalah kamu bisa gapai cita-cita kamu."

"Tapi, kak. Sya bisa, kok, kuliah. Tapi, nanti kalau Sya udah kerja. Nanti uang gajinya Sya tabung buat Sya kuliah."

Reno tersenyum. Ia mengacak-acak rambut adiknya yang sudah dikuncir rapih dengan gemas. Sejak kapan adiknya tumbuh menjadi dewasa? Rasanya baru kemarin adiknya masih kecil dan masih suka bermanja-manja dengannya. Tapi sekarang, adiknya sudah tumbuh dewasa, menjadi perempuan yang cantik dan pintar.

"Kamu nggak usah mikir kayak begitu, Sya. Kakak nggak masalah, kok, kerja buat kamu sama mama. Kamu hanya perlu belajar saja yang rajin." Syahirah tersenyum, lalu memeluk kakaknya. Reno membalas pelukan adiknya sambil mengusap-usap kepala adiknya.

"Kamu jadi berhijab ke sekolah? Kalau kamu memilih berhijab, pasti ayah senang melihatnya," kata Reno.

"Aku belum siap, kak. Besok aku coba mulai berhijab," jawab Syahirah sambil menguraikan pelukannya.

***

Syahirah memerhatikan laki-laki yang masuk ke dalam kelas sambil mengucapkan salam. Beberapa temannya yang berada di dalam kelas menjawab salam dari laki-laki itu, termasuk Syahirah. Laki-laki itupun duduk dibangkunya.

Tiba-tiba Syahirah teringat kemarin saat dipasar. Di mana ia sengaja pergi ke toko kue untuk menemui dan menyapa laki-laki itu. Namun, Syahirah mengurungkan niatnya karena Azki terlihat tidak mengenalinya. Dan pada akhirnya, Syahirah hanya membeli kue saja dan dia juga menyapa ibunya Azki. Lebih tepatnya, mengenalkan dirinya. Syahirah memanyunkan bibirnya ketika mengingatnya.

Syahirah (COMPLETE) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang