BAB 8 || SYAHIRAH

548 29 1
                                    

Syahirah, dan kawan-kawan tidak pergi ke kantin. Mereka memilih istirahat di kelas, berkumpul dimeja Syahirah dan Alea. Alasan mereka tidak pergi kantin ialah mereka membawa bekal, kecuali Viko. Nisya yang baik hati, yang tahu kalau Viko tidak akan membawa bekal, ia sengaja membuat dua bekal, satu untuk dirinya dan yang satu lagi untuk Viko.


Syahirah melihat ke arah meja nomor tiga baris ke tiga, yang merupakan tempat duduk Azki. Syahirah mengira laki-laki itu pergi ke kantin, ternyata tidak. Azki sedang tidur dengan kedua tangan yang menjadi bantalan kepalanya. Syahirah pun teringat, kalau hari ini adalah hari Senin. Azki tidak pergi ke kantin karena ia sedang berpuasa. Syahirah tahu, karena setiap hari Senin dan Kamis, Azki selalu tidur di kelas saat jam istirahat.

"Setelah lulus, kalian punya rencana apa? Lanjut kuliah atau langsung kerja?" tanya Nisya memulai pembicaraan. Syahirah menoleh dan menatap Nisya.

"Gue lanjut kuliah, Nis," jawab Alea.

"Kalo lo, Sya?" tanya Nisya ke Syahirah.

"Aku belum tau, Nis. Mungkin kerja?" jawab Syahirah. "Kalau Nisya?"

"Gue udah mutusin buat kerja dulu setahun. Baru gue kuliah," jawab Nisya. "Kalau Viko?"

"Gue juga kerja," jawab Viko singkat.

"Rencananya Alea mau ambil jurusan apa nanti pas kuliah?" Syahirah yang bertanya.

"Kalau gue, mungkin ambil kedokteran Sya," jawab Alea.

Syahirah mengangguk-angguk sambil tersenyum. Teman-temannya sudah memutuskan apa yang akan mereka lakukan setelah lulus sekolah. Sedangkan dirinya masih merasa bingung antara lanjut kuliah atau langsung kerja. Sebenarnya, Syahirah ingin kuliah, tapi ia merasa kasihan melihat kakaknya yang bekerja mencari nafkah sendirian untuk dirinya dan ibunya.

Alea melihat Azki yang berjalan ke arah pintu. Alea memanggil lali-laki itu dan menyuruhnya untuk bergabung. Awalnya Azki menolak, tapi setelah dibujuk Viko dan Nisya, akhirnya Azki mau bergabung dan duduk dibangku yang bereberangan dengan Alea.

"Kita lagi bahas rencana setelah lulus sekolah. Nah, lo nanti setelah lulus mau kuliah atau kerja dulu?" ucap Alea. Syahirah melihat kearah Alea, lalu menatap ke arah Azki sekilas.

"Saya--" Azki menatap Viko, Alea, dan Nisya bergantian. Azki tersenyum canggung. "Saya-maksudnya gue, gue lanjut kuliah."

Viko, Nisya, dan Alea tersenyum canggung.

"Lo terlalu kaku, Ki." kata Viko jujur. "Santai aja, sih. Lo bisa pake bahasa yang bikin lo nyaman."

"Ambil jurusan apa?" tanya Nisya.

"Ane belum tau. Belum terpikirkan," jawab Azki. "Kalau gitu, ane permisi ke kamar mandi dulu," katanya sambil berdiri. Viko, Nisya, dan Alea mengangguk. Setelah itu, Azki berjalan pergi ke luar kelas menuju toilet.

Setelah Azki pergi. Syahirah baru berani menatap laki-laki itu. Bukan mata ataupun wajah. Namun, punggung laki-laki itu yang sudah keluar dari dalam kelas dan belok ke kanan. Selain itu, jika dia menatap Azki, Syahirah takut laki-laki itu tahu kalau dirinya suka dengannya. Seperti kata Nisya, mata dapat menjelaskan semuanya dan mengatakan yang sebenarnya. Mata tidak dapat berbohong.

Nisya melihat ke arah Syahirah, lalu beralih menatap ke yang lainnya. "Ya udah, ayo makan! Sebentar lagi bel masuk mau berbunyi," katanya. "Viko, cobain masakan gue. Ini asli gue yang masak dan asli enaknya. Lo nggak akan nyesel, deh!"

"Iya, iya. Gue tau masakan lo enak. Mending lo buka usaha aja, Nis," ujar Viko.

"Usaha apa?"

"Katering atau bikin warung nasi, gitu. Kan lo jago tuh masak."

Syahirah (COMPLETE) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang