Aldo benar-benar merasa kecewa. Lebih kecewa dibanding harus disuruh menunggu perempuan itu lebih lama lagi. Sebelum Aldo masuk ke dalam ruangan Syahirah dirawat, Aldo mendengar percakapan antara Syahirah dengan seorang laki-laki yang diketahui bernama Azki. Karena tadi Aldo mendengar Syahirah menyebut nama laki-laki itu.
Ketika Aldo datang, Mama dan Reno tidak ada di depan ruang rawat Syahirah. Aldo tidak tahu mereka pergi ke mana. Dan dari luar ruangan Aldo mendengar suara Syahirah sedang berbicara lalu menangis. Niatnya Aldo ingin masuk ketika Syahirah menangis, tapi tidak lama kemudian, seorang laki-laki keluar dari dalam dengan wajah terlihat sedih dan juga kecewa.
Setelah laki-laki itu keluar, Aldo masuk ke dalam dan mendapati Syahirah yang sedang menangis sesengukan. Dan ada seorang laki-laki yang dia kenal, Dino. Syahirah segera menghapus air matanya saat melihat Aldo masuk ke dalam.
"Sesedih itukah? Apa rasanya sesakit itu, Sya?" Aldo meracau. Syahirah tidak mengerti apa maksud dari ucapan Aldo.
"Jika ikatan suci kita menjadi penghalang untuk kisah cinta kamu sama Azki. Izinkan aku untuk mundur dari sekarang. Biar aku bisa membatalkan semuanya dari sekarang. Mumpung waktu pernikahan kita masih lama, Sya." Secara tidak terduga Aldo merubah gaya bicaranya. Yang tadi 'lo-gue' menjadi 'aku-kamu'.
Syahirah menggeleng. Air matanya terjatuh lagi untuk kesekian kalinya. "Enggak, Do. Jangan mundur, aku mohon. Maafin aku. Aku minta maaf sudah membuat kamu sakit hati untuk kesekian kalinya. Aku minta maaf. Aku janji, aku enggak akan mengulangi hal ini lagi. Aku janji."
Aldo sudah tidak peduli lagi. Aldo sudah sangat kecewa dan dibutakan oleh kecemburuan. Dia membalikkan badannya, lalu keluar dari dalam kamar rawat inap Syahirah. Tidak memedulikan Syahirah yang terus memanggil namanya sambil menangis. Sebenarnya bukan tidak peduli, bahkan Aldo merasa tidak tega. Tapi, rasa sakit dihatinya membuat dia tega untuk meninggalkan Syahirah dalam keadaan menangis. Padahal Syahirah juga sedang sakit parah. Baru beberapa jam yang lalu dia terbangun dari komanya.
***
Aldo mengacak-acak rambutnya frustasi. Sebenarnya, dari dalam lubuk hatinya, ia sangat menyesal mengatakan hal seperti itu. Hatinya masih mencintai perempuan itu. Ia belum siap, bahkan tidak pernah siap untuk meninggalkan Syahirah. Saat melihat dan mendengar perempuan itu kembali menangis karena dirinya, Aldo sangat sedih. Hatinya ikut menangis Ingin sekali rasanya ia berada di samping perempuan itu untuk menenangkannya. Tapi, dirinya terlanjur kecewa.
Reno datang menemui Aldo yang sedang duduk dibangku taman rumah sakit dengan wajah memerah karena dia sedang menahan emosinya yang sudah sampai di ubun-ubunnya.
Tadi, saat ia kembali ke ruang rawat Syahirah, adiknya sudah tidak berada di atas bangsal. Adiknya terduduk di lantai sambil menangis. Tentu saja Reno sangat khawatir, terlebih lagi adiknya terus menyebutkan nama Aldo. Telapak tangan Reno terkepal, ia siap melayangkan tinju ke wajah laki-laki yang kini tengah duduk dengan wajah frustasi.
Reno memegang bahu Aldo, dan saat laki-laki itu menoleh, Reno langsung meninju wajah Aldo dengan kencang hingga Aldo yang tidak ada persiapan langsung jatuh tersungkur.
"LO APAIN ADEK GUE? KENAPA DIA BISA SAMPAI NANGIS DAN JATUH DI LANTAI?!" Reno menarik kerah kemeja Aldo. Aldo terdiam.
"JAWAB, BERENGSEK!"
"Bang, mending abang tenang dulu. Istighfar. Kita bisa bicarakan dengan baik-baik." Reno langsung beristighfar. Reno pun terduduk dibangku taman dan disusul Aldo duduk di sampingnya.
Reno menghela nafas kasar. Sedangkan Aldo menghela nafas panjang. Mereka berdua terdiam. Sibuk pada pikiran mereka masing-masing. Baik Aldo maupun Reno, mereka sama-sama bingung untuk memulainya dari mana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Syahirah (COMPLETE) ✔
Teen FictionJodoh itu rahasia Allah. Tidak ada yang tahu siapa yang akan menjadi jodoh Syahirah nanti. Untuk pertama kalinya Syahirah jatuh hati pada si pemilik suara yang merdu saat bersalawat dan mengaji. Si pemilik suara merdu itu bernama Muhammad Nur Azki. ...