BAB 26 || SYAHIRAH

365 18 0
                                    

Hari ini Nisya mengajaknya bertemu di kafe dekat tempatnya bekerja. Syahirah sudah sampai di kafe tersebut dan memakirkan motornya. Dari luar kafe, Syahirah melihat ada seorang laki-laki yang sedang mengobrol akrab dekat dengan Nisya. Dari punggungnya itu bukanlah Dino. Syahirah pun masuk ke dalam dan menghampiri keduanya.

Nisya yang melihat Syahirah pun melambaikan tangannya. Laki-laki itu menoleh saat Nisya melambaikan tangannya. Syahirah cukup terkejut. Sudah lama dia tidak melihat laki-laki itu. Viko. Laki-laki yang pernah menyatakan perasaannya sewaktu SMA setelah UN berakhir.

"Assalamu'alaikum." Syahirah memberi salam saat sudah berada di depan mereka. Nisya menepuk bangku yang ada di sampingnya. Syahirah pun duduk dibangku tersebut.

"Wa'alaikum salam." jawab Nisya setelah Syahirah duduk. Disusul Viko menjawab salamnya.

Canggung. Itu yang dirasakan oleh Syahirah dan Viko. Nisya yang tahu suasana kalau diantara mereka masih canggung pun mencoba mencairkan suasana. Nisya mencari topik pembicaraan. Saat itu Nisya melihat cincin di jari manis kiri Syahirah.

"Lo, udah nikah Sya?" tanya Nisya terkejut. Viko langsung ikut melihat ke jari manis Syahirah.

Syahirah langsung menuruni tangannya ke bawah meja. "Belum menikah, kok." jawabnya jujur.

"Terus itu apa? Tunangan?" tanya Nisya lagi

Syahirah mengangguk ragu. "Bisa dibilang sih, begitu."

"Lo tunangan sama siapa?" Kali ini Viko yang bertanya.

"Aldo."

"SERIUS??" ucap Nisya dan Viko bersamaan. "Aldo sepupunya Alea?" tanya Viko. Syahirah mengangguk.

"Kok, enggak ngasih tau kita berdua sih?"

"Jadi, gimana ceritanya?" tanya Nisya sangat penasaran.

"Satu tahun yang lalu. Dua minggu sebelum libur akhir semester di semester dua, Aldo dan keluarganya datang bersilaturahmi ke rumah. Aku enggak tau kalau kedatangan mereka selain untuk silaturahmi, juga membicarakan niat baik Aldo yang ingin melamar aku."

"Terus?" tanya Nisya penasaran.

"Terus, besoknya aku ngajak Aldo untuk ketemuan. Ngajak dia ngobrol soal niat dia yang ingin melamar aku. Aku bilang, kalau aku enggak mau nikah dulu karena masih kuliah. Selain itu, jika Aldo menikahi aku nanti karena nafsunya, aku enggak mau. Jadi, aku minta dia buat pikirkan niat dia dengan matang. Sebelum dia menikahi aku nanti, aku ingin dia lebih dulu mendekatkan diri ke Allah. Mencintai Allah. Aku kepingin dicintai karena Allah, bukan karena nafsu semata."

"Terus, kok, akhirnya Aldo bisa melamar lo? Terus lo terima?" tanya Nisya lagi. Karena dia masih tidak percaya dengan cerita sahabatnya ini.

Syahirah menggeleng. "Enggak, Nis. Butuh waktu satu tahun buat aku menerima niat baiknya itu. Selama setahun ini Aldo juga sudah banyak berubah. Dari cerita orang tuanya sih, Aldo sekarang lebih rajin lagi shalat wajib maupun sunnahnya, menjalankan puasa sunnah juga. Pokoknya dia lebih mendekatkan diri ke Allah untuk mendapatkan ridha-Nya. Nah, satu minggu sebelum acara ta'aruf sekaligus khitbah. Aku shalat istikharah. Saat hari H-nya. Dengan basmallah, aku menerima Aldo. Aku melihat kesungguhan Aldo yang ingin menjadikan aku kekasih halalnya. Aku hargai itu."

"Waktu satu tahun itu kurang, Sya. Bagi para lelaki untuk berubah menjadi dewasa, waktu setahun sangat kurang." komentar Viko.

"Lo kali yang kurang waktu untuk move on dari Syahirah. Makanya lo ngomong begitu." cibir Nisya.

"Aku bukan ingin membela Aldo. Mungkin menurut kamu kurang, Vik. Tapi, bagi Aldo, waktu satu tahun itu sudah lama. Apalagi Aldo enggak main-main dengan perkataannya. Dia sangat bersungguh-sungguh dan bertanggung jawab dengan perkataannya," kata Syahirah.

Syahirah (COMPLETE) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang