Permintaan Calon Pengantin
Boleh vote kok sebelum baca..😊😊
"Wi, tolong Mama antarkan perhiasan ini kepada Tante Stella bersama Lian. Kalau cuman menyuruh Lian, Mama takut perhiasan ini tidak aman. Lian itu ceroboh tentang barang yang kecil-kecil. Harga perhiasan meskipun ukurannya kecil, bisa sampai ratusan juta."
Aku menggaruk ujung mataku serba salah. Pergi dengan Lian hanya akan terjebak dalam kecanggungan. Saat aku sedang berpikir, Lian keluar dari kamarnya.
"Sini, Li. Perhiasannya biar Siwi yang simpan. Kamu cukup antarkan Siwi sampai rumah Tante Stella. Sampai di sana, jangan langsung pulang. Kalau diajak mampir, ya, terima karena kalian bukan kurir. Kepala Mama pusing sekali. Mama butuh tidur untuk meredakannya."
"Mama harus benaran istirahat," kata Lian. Dia menuntun tangan mamanya ke kamar.
"Ayo, Wi."
Dalam perjalanan ke rumah Tante Stella, Lian hanya melihat ke jalanan di depan kami. Lian sangat irit berbicara. Aku paling bingung saat dihadapkan pada situasi seperti ini. Sepertinya Lian biasa saja. Aku berkali-kali mengembuskan napas ketika melirik dia yang begitu fokus ke jalan.
"Lihat ponselku, Wi, ini nomor rumahnya benar 32C atau bukan?"
Aku mengambil ponsel Lian di dashboard.
"Terkunci," kataku.
"Merpati."
"Apa?"
"Kuncinya. Merpati."
Ketika mengaktifkan layar ponsel Lian, aku kaget dengan wallpaper ponselnya, punggung wanita berhijab. Jantungku berdetak beberapa detik kemudian segera kucari nomor rumah Tante Stella di pesan dari Mama Nora.
Tante Stella menyambut kami bagaikan teman anaknya. Dia menceritakan hubungan pertemanannya dengan Mama Nora. Beliau begitu kaget ketika kukatakan bahwa aku anak Pratiwi. Kata Tante Stella, dunia begitu sempit. Mamiku dan Tante Stella dulu pernah berebutan lelaki. Mamiku yang akhirnya mendapatkan cinta papi. Tante Stella menganggap lucu hal itu hingga sepanjang bercerita ia banyak tertawa.
"Tante jadi iri. Nora dan Pratiwi kenapa bisa beruntung terus? Kalian begitu cocok. Coba saja kalian punya saudara perempuan, akan Tante jodohkan dengan anak laki-laki Tante. Jadi, kapan rencananya kalian menikah?"
"Kami tidak seperti itu, Tante. Lian memang akan menikah tapi bukan dengan Siwi."
"Jadi bukan kamu?" tanya Tante Stella dengan kedua mata melebar. "Ah, syukurlah. Tante bisa jadikan kamu menantu Tante. Pinjam ponsel. Tante harus simpan nomor kontak kamu."
Aku tersenyum. Bukankah menarik? Apa salahnya aku mencoba? Bisa saja anak Tante Stella menarik hatiku.
"Kamu dosen?" tanya Tante Stella sambil mengetik nomornya di ponselku. "Anak Tante polisi. Kalian pasti akan jadi pasangan serasi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepasang Luka (Dihapus Sebagian)
Romance𝙰𝚍𝚊𝚔𝚊𝚑 𝚜𝚎𝚋𝚞𝚊𝚑 𝚔𝚎𝚋𝚊𝚑𝚊𝚐𝚒𝚊𝚊𝚗 𝚋𝚒𝚕𝚊 𝚕𝚎𝚕𝚊𝚔𝚒 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚖𝚎𝚗𝚓𝚊𝚍𝚒 𝚜𝚞𝚊𝚖𝚒𝚖𝚞 𝚊𝚍𝚊𝚕𝚊𝚑 𝚔𝚎𝚔𝚊𝚜𝚒𝚑 𝚜𝚊𝚑𝚊𝚋𝚊𝚝𝚖𝚞? 𝚂𝚒𝚠𝚒 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚊𝚖𝚋𝚒𝚕 𝚔𝚎𝚙𝚞𝚝𝚞𝚜𝚊𝚗 𝚋𝚘𝚍𝚘𝚑 𝚜𝚊𝚊𝚝 𝚜𝚊𝚗𝚐 𝚜𝚊𝚑𝚊𝚋𝚊𝚝...