Hay hay, kalau kemarin sudah agak tenang ketemu Pak Allan. Kali ini, siapkan hati bertemu Kak Lian kecintaannya Siwi 😁😁
SARAN,,, YANG MAU UDAHAN BACA SIWI DIPERSILAKAN KARENA CERITA INI AMAT PANJANG DAN MELELAHKAN. KARENA KALAU DITERUSIN KALIAN AKAN LEBIH SERING MENGUMPATI PARA TOKOHNYA.
TAPIIIII... HERO KALIAN AKAN MUNCUL KOK... SABAR YA. HAPPY READING.
"Hey, kamu tidak bisa tidur?"
Suara Lian memutus perang batinku. Aku membalikkan badan dan langsung bertemu dengan manik hitamnya. Segera kutatap ke arah lain. Ia menyentuh keningku, menarik garis melintang dari bagian atas perantaraan kedua alis hingga ke ujung yang kanan.
"Ini ada kerutannya. Kamu sedang memikirkan apa?"
Aku menutup mata, berharap pikiran itu segera pergi hingga aku tidak perlu mengutarakannya. Saat membuka kelopak mata, Lian masih menatapiku. Bola mataku bergeser ke arah lain menghindari kontak mata.
Dia tertawa kecil. "Hey, Istri, kamu kenapa?"
Susah sekali. Aku tidak bisa melenyapkan rasa ingin tahuku. Pun terlalu pengecut untuk bertatapan dengannya. Lalu aku harus mulai dari mana?
"A-Eeeuhm, a—"
Sementara itu, Lian sudah menunggu dengan sisa-sisa senyuman.
"Kamu selalu menurut apa kata Qila." Aku memulai.
Dia tidak bereaksi. Itu pertanda dua hal. Kalau dia mengangguk, hatiku akan mencelos. Namun jika menggeleng, sudut hatiku akan tersenyum. Terjemahannya, dia tidak selalu menuruti istri keduanya. Aku menelan saliva yang terasa kering. Kukayuh hingga tenggorokanku basah lagi.
"Kamu tidak eeuh maksudku kamu tidak—"
"Lezya Siwi Aurora," potongnya mengingatkanku pada peristiwa talak waktu itu.
Sentimental menyelubungi hati meninju kepala. Mendung mulai melingkupi mata. Hanya karena dia menyebut nama lengkap seperti Subuh itu. Ketika kalimat talak menggunting pertalian kami. Aku melupakan pertanyaan tadi. Keseluruhan kepalaku dipenuhi oleh kalimat-kalimat talak, "Lezya Siwi Aurora. Siwi, aku ceraikan kamu dengan talak satu."
"Siwi!" serunya khawatir. "Kenapa menangis?"
Bodoh sekali. Aku bertahan hanya untuk disakiti. Bersamanya kupikir bahagia. Berpisah pun membunuhku menjadi serpihan. Api-api yang dulu hanya percikan, kini berubah menjadi neraka panas. Jika aku melepas tangannya, api itu melenyapkanku menjadi abu. Jika aku bersamanya, pendar hangatnya mampu menenangkan jiwa. Namun, jika aku tidak hati-hati, kakiku akan tergelincir dan terperosok ke dalam kobaran api.
Api menggatra cinta yang merupakan manifestasi setumpuk perasaan berbahaya.
"Istri, apa yang membuatmu menangis tengah malam begini? Ada yang kamu pikirkan?"
Aku tidak tahu. Saat dia melafalkan Lezya Siwi Aurora, memori menyakitkan pun memenuhi kepala. Tiga suku kata itu terdengar mengerikan. Kuingin nama lengkapku diganti agar kenangan Subuh dulu tak kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepasang Luka (Dihapus Sebagian)
Romance𝙰𝚍𝚊𝚔𝚊𝚑 𝚜𝚎𝚋𝚞𝚊𝚑 𝚔𝚎𝚋𝚊𝚑𝚊𝚐𝚒𝚊𝚊𝚗 𝚋𝚒𝚕𝚊 𝚕𝚎𝚕𝚊𝚔𝚒 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚖𝚎𝚗𝚓𝚊𝚍𝚒 𝚜𝚞𝚊𝚖𝚒𝚖𝚞 𝚊𝚍𝚊𝚕𝚊𝚑 𝚔𝚎𝚔𝚊𝚜𝚒𝚑 𝚜𝚊𝚑𝚊𝚋𝚊𝚝𝚖𝚞? 𝚂𝚒𝚠𝚒 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚊𝚖𝚋𝚒𝚕 𝚔𝚎𝚙𝚞𝚝𝚞𝚜𝚊𝚗 𝚋𝚘𝚍𝚘𝚑 𝚜𝚊𝚊𝚝 𝚜𝚊𝚗𝚐 𝚜𝚊𝚑𝚊𝚋𝚊𝚝...