[05] Segelas Susu Coklat

26.5K 1.9K 107
                                    

5

Secangkir Susu Coklat

Nah, kalo ini partnya sudah sama dengan yang di wattpad sebelumnya ya. Happy reading ... Ntar kalo rame Kasev update lebih dari satu part ya.



"Seperti anak kecil."

Setelah Mama Nora meninggalkanku sendirian di meja makan—katanya ingin menemani Papa Juan di halaman—Lian datang menggantikan posisi mamanya. Ia berdiri di sebelahku dengan rambut basah yang belum disisir.

Susu yang telah kuaduk aku ulurkan padanya ketika Lian telah duduk di sebelahku, "Kamu mau coba?"

Lian menaikkan alisnya.

"Ini bukan hanya minuman anak kecil," ucapku membela minuman favoritku. "Nih." Aku mengangkat gelasku ke arah bibirnya.

Lian tampak berpikir sebelum menyesap susu yang kuberikan. "Mau lagi? Jangan malu-malu, kalau enak buruan habiskan," kataku geli melihat mata Lian yang berpikir keras tapi sepertinya ingin minum lagi.

Kali ini Lian tidak membiarkan aku memegangkan gelas untuknya. Lian menikmati minuman kesukaanku. Andai dia membiasakan diri untuk menyukai apa yang kusuka dan mulai menerima keberadaanku di sisinya.

Sejak penerbangannya yang menghabiskan masa selama dua minggu, beberapa hari ini Lian tengah 'liburan'. Lian tidak keluar rumah jika tidak ada hal atau urusan. Positifnya adalah Lian kelihatannya tidak terlihat menghindar atau memusuhiku. Mungkin benar apa katanya tempo hari, sebelum menjadi istrinya, aku adalah temannya. Namun, ada kekuatan yang menyakralkan hubungan kami walaupun pondasinya bukan cinta.

"Tidak ada jadwal mengajar hari ini?"

Lian telah mengosongkan satu gelas susu bagianku. Ia meletakkan gelas kosong itu di meja.

"Tunggu." Aku menarik selembar tisu dari kotaknya dan meremasnya sedikit.

Pria dewasa seperti Lian terkadang bisa menjadi seperti anak kecil ketika minum segelas susu. Dia meninggalkan jejak-jejak susu di sudut bibirnya. Ini membuat seorang Lian Wiratama turun umur sedikit menjadi lebih muda.

Aku mencondongkan tubuhku ke tempat duduk Lian untuk menyeka bibirnya menggunakan tisu dengan hati-hati. Kejadian ini mengingatkanku kepada dia yang dulu. Sewaktu berpacaran, aku juga melakukan hal ini untuk Lian. Dia sering meninggalkan sisa kuah soto, jus, atau apa pun makanan berkuah lain di bibirnya.

"Kamu jorok banget tahu," kesalku waktu itu ketika aku yang harus membersihkan wajahnya agar terlihat rapi.

"Ada kamu yang membersihkan," ucap Lian yang terbiasa menggombal kala itu.

Setelah digombali oleh bermacam-macam kalimat receh, yang anehnya waktu itu membuatku senang, aku tidak jadi memarahi keabaiannya terhadap kebersihan.

Masa lalu yang sungguh menjengkelkan. Kenapa aku bisa naksir Lian sih dulu?

Lian merebut tisu yang ada di tanganku. Dia menjatuhkan tisu itu ke lantai, menginjaknya, lalu berbalik meninggalkanku sendirian.

"Aku tidak ke kampus!" jawabku setelah ingat bahwa aku belum menjawab pertanyaannya tadi. Dia kenapa jadi kesal? Dasar aneh!

Kuambil gelas yang tadi dipakai Lian dan membawanya ke bak cuci piring. Aku akan membuat susu satu gelas lagi untukku.

***

Kuputuskan untuk pulang. Lian ada di rumah, tetapi dia jadi aneh sejak kejadian tadi pagi. Daripada terkurung dalam suasana tidak menyenangkan, lebih baik kabur dan memutuskan simpul rindu kepada ibuku.

Sepasang Luka (Dihapus Sebagian)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang