Lihat, ada judul Pak Allan. Kali ini, gk usah maki2, KaSev tahu readers capek emosi2 terus sama Kak Lian. Kali ini, KaSev kasih obatnya. Hahaha. Tapi kalau masih mau marah juga, aku duku piye...
Yuuk enjoooy, dikiiit yaaaah...
🌺
🌺
🌺
🌺
🌺
🌺
🌺
"Istri, kaos kaki yang satu lagi kamu taruh dimana?" Lian lagi-lagi menggangguku dengan pertanyaan tidak penting.
Petang ini, Danu, temannya sewaktu SMA mengajaknya futsal. Sebenarnya aku tidak mau tahu. Tapi Lian mencecar telingaku dengan cerita yang sangat tidak ingin kutahu. Pada akhirnya aku tahu sebab kemana-mana dia ikuti aku dan mengoceh soal Danu-Danu itu.
Aku tetap tidak ingin menanggapinya sejak kejadian kemarin di depan rumah Aqila. Kejadian dia menamparku. Aku tidak ingin berbaik hati. Memang aku ikut pulang ke apartemen tapi mendiamkannya. Terlalu kesal untuk berbaikan dengannya.
"Oh, ini dia. Wi kapan-kapan kamu ikut ya, nanti aku minta Danu untuk bawa pacarnya menemanimu," ucapnya sembari memakai kaus kaki. Aku tidak menanggapi. Novel di tanganku lebih baik daripada omong kosong Lian.
"Berisik," bisikku dan kembali fokus pada paragraf terakhir yang kubaca.
"Kamu mau dibawakan apa nanti waktu aku pulang?" tanya Lian. Dia duduk di sebelahku yang menyandar di sofa. Aku bergeser ke kanan sebab tidak nyaman dekat dengannya.
Karena aku diam, Lian pun menambahkan, "Nanti WA saja kalau kepikiran ingin dibelikan sesuatu."
Bodoh. Kalau aku menginginkan sesuatu, aku bisa mencarinya sendiri. Tidak perlu menghubungimu.
"Istri, aku pergi." Dia menutup pintu apartemen dari luar.
Aku juga menutup buku yang kubaca. Ya ampun, lapar sekali. Semua gara-gara Lian. Karena tidak suka 'dikintili', aku memilih duduk tenang di kursi daripada sibuk di dapur. Dia pasti akan mengikuti kemana saja kulangkahkan kaki. Sungguh heran. Lelaki yang kucintai itu melenyapkan rasa nyaman. Santai dan akrabnya sejak tiba di apartemen seolah kemarin tidak terjadi apa-apa. Bikin tambah kesal saja.
Tadi pagi aku memasak pindang tulang. Aku punya stok bahan-bahannya di kulkas. Kalau tidak, mungkin aku minta buatkan mami. Tapi saat membuka tutup panci, perutku tiba-tiba bergolak. Cepat-cepat kututup. Rempah pindang masakanku kelebihan takar atau memang aku tidak berhasil membuat pindang seenak mami.
Aku lapar sekali.
Suara ponsel dari kamar terdengar. Aku berjalan cepat menghampiri sebelum panggilan berakhir. Ternyata dari Allan. Kebetulan sekali.
![](https://img.wattpad.com/cover/117744070-288-k143462.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepasang Luka (Dihapus Sebagian)
Romance𝙰𝚍𝚊𝚔𝚊𝚑 𝚜𝚎𝚋𝚞𝚊𝚑 𝚔𝚎𝚋𝚊𝚑𝚊𝚐𝚒𝚊𝚊𝚗 𝚋𝚒𝚕𝚊 𝚕𝚎𝚕𝚊𝚔𝚒 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚖𝚎𝚗𝚓𝚊𝚍𝚒 𝚜𝚞𝚊𝚖𝚒𝚖𝚞 𝚊𝚍𝚊𝚕𝚊𝚑 𝚔𝚎𝚔𝚊𝚜𝚒𝚑 𝚜𝚊𝚑𝚊𝚋𝚊𝚝𝚖𝚞? 𝚂𝚒𝚠𝚒 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚊𝚖𝚋𝚒𝚕 𝚔𝚎𝚙𝚞𝚝𝚞𝚜𝚊𝚗 𝚋𝚘𝚍𝚘𝚑 𝚜𝚊𝚊𝚝 𝚜𝚊𝚗𝚐 𝚜𝚊𝚑𝚊𝚋𝚊𝚝...