Bagian 05. Tonti

9.2K 919 61
                                    




"Kenapa kemarin kamu pergi nggak bilang-bilang?" Jatayu mencegatku di depan pintu kelasku. Aku tinggi, namun Jatayu lebih tinggi. Aku menatapnya malas, dengan bahasa isyarat menyuruhnya untuk menepi. Namun Jatayu tetap bergeming. "Aku khawatir kemarin, Sen!" Aku ingin meledeknya. Jika dia memang khawatir, dia bisa menghubungiku. Toh dia memiliki nomor penselku. Kekhawatirannya terlihat seperti dusta besar di mataku. "Aku muter-muter nyari kamu tetap nggak ketemu. Kamu kemana?"

"Kak, minggir sebentar, aku mau taruh tas. Berat." Kataku akhirnya. Tasku memang berat, ada dua buku laporan yang hari ini aku bawa. Beberapa mata pelajaran seperti kimia, mutu, pengolahan bahan pangan, memang mengharuskan kami untuk memiliki buku laporan, guna digunakan setelah kami praktek. Buku laporan kami berupa buku batik yang besar dan tebal. Lumayan berat lho. Jatayu menatapku sesaat, lalu mengambil alih tasku.

"Dimana kamu duduk?" Aku menggunakan daguku untuk menunjuk bangku yang biasanya aku duduki. Di samping Feri dan Hendra. Di sekolah ini, hukum menghormati kakak kelas adalah wajib. Jadi wajar saja teman-teman di kelasku langsung senyap dengan kehadiran Jatayu. Jatayu meletakkan tasku disana, lalu menggiringku keluar. "Temani aku ke kelas."

Hendra memberiku kode agar aku mengiyakan, supaya Jatayu lekas hengkang dari kelas ini. Menyebalkan. "Aku ambil topi dulu, Kak." Untuk jaga-jaga. Ini hari Senin, akan ada upacara bendera. Jadi daripada nanti aku harus kembali ke kelas mengambil topi, aku membawanya sekalian bersamaku. Aku merasa kurang mengerti mengapa Jatayu harus marah, seharusnya aku yang marah karena— oke, Jatayu juga berhak marah karena aku pergi tidak pamit. Tapi kan— kalian paham kan? Tidak? Terserahlah! Aku juga masih kesal karena kepergian Arjuna Minggu siang kemarin. Dia akan memulai aktifitas kampusnya kembali di Jogja. Aku kurang tahu kapan dia akan pulang lagi.

"Kelasku agak jauh dari kelas kamu, nggak papa?"

"Aku nggak punya pilihan, aku dipaksa." Jatayu mengangguk. Membuatku semakin kesal.

"Batere hapeku lowbat kemarin, Sen. jadi nggak bisa telepon." Jatayu mulai berbicara, kami berjalan melalui beberapa lab, dan lapangan basket sebelum masuk ke kelas Jatayu. Beberapa temannya mengenaliku dan langsung bersiul. Setelah mengambil topi upacara, Jatayu keluar dari kelasnya lagi. "Maaf ya, Sen?"

Kesalku entah kenapa langsung menguap, namun aku tetap masih gengsi. "Buruan Kak, upacara sebentar lagi mulai."

Kami bergegas, walaupun Jatayu beberapa kali menggodaku. Agaknya dia berpikir aku sudah memaafkannya. Aku memisahkan diri darinya, bergabung dengan barisan kelasku. Seperti yang kalian bisa prediksikan, upacara berjalan serasa lambat ketika pembina upacara memberikan amanat-nya. Beberapa kali aku menguap, namun aku tidak bisa berbuat banyak. Guru BP ada di belakang barisan kelasku, dan matanya awas mencari anak-anak yang kurang pay-attention ke amanat pembina upacara.

Sebelum upacara dibubarkan, ada beberapa nama anak kelas satu yang dipanggil, dari kelasku sendiri ada aku dan Feri. Bingung? Tentu. Aku bahkan sudah sibuk mereview apakah aku ada melakukan kesalahan seminggu ke belakang ini atau tidak. Ada sekitar sepuluh anak, dari semua jurusan. Dari jurusan Teknologi Pangan ada empat, Kimia ada satu, sedangkan dari anak Agronomi ada lima anak. Kami memiliki satu persamaan, bertubuh jangkung. Kami dikumpulkan di depan ruangan WAKA Kesiswaan. "Perasaan sudah dua hari aku nggak nonton bokep. Kok masih kena sial ya?" Oh My God, Feri! Serius ini? "Kalau kamu kenapa, Sen?"

Aku mengedikkan bahuku.

"Mungkin karena aku coli tadi pagi, sebelum sahur." Gumam Feri lagi.

"Ssst, gue nggak mau tahu!"

Pak Supriyadi, WAKA Kesiswaan kami, datang bersama beberapa anak kelas dua. Jatayu termasuk salah satu diantaranya. Sial! Apa kami akan dihukum karena kurang sopan terhadap kakak kelas? Kami diabsen satu-satu, dan setelah semua lengkap, Pak Pri mengedarkan pandangannya. "Selamat, kalian adalah calon Tonti angkatan 34." 34 adalah angkatan kami. Tonti? Sejenis ekstrakurikuler gitu ya? Aku melirik Feri, dia juga sama bingungnya denganku. "Kalian akan diikutsertakan untuk memeriahkan hari ulang tahun Kabupaten bulan November mendatang bersama senior kalian." Pak Pri menoleh kearah Jatayu. "Yo, Tha, dijelaskan, sejelas-jelasnya ke adik tingkatmu ini."

Erlangga di Bawah Kaki Sumbing (TamaT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang