Bagian 12. Ketemu Dewi Lagi

6.9K 767 88
                                    

Hendra masih gemetaran setelah melihat pocong, eh, maksudku permen loli. Hendra melarang semua orang untuk menyebut spesies setan itu dengan nama aslinya. Teh hangat sudah habis ditenggak Hendra, namun dia masih gemetaran. Tangannya tidak mau tenang, pandangannya awas. Aku kira tadi Hendra malah akan kesurupan. Hendra sekarang sedang ditemani Eyang. Sedangkan aku, Feri dan Jatayu di ruang keluarga, menemani Papa dan Pakdhe Danan menonton tv. "Dimana Sen, ketemu pocongnya?" Tanya Pakdhe Danan santai sambil memakan kacang rebus. Feri dan Jatayu juga melakukan hal yang sama. Sementara aku dari tadi menghindari kacang rebus yang terlihat nikmat di bibir Jatayu tersebut. Biasa, aku tidak mau tumbuh jerawat besok paginya.

"Deket kandang ayam, Pakdhe." Aku memilih serabi yang masih hangat bikinan Mbok Sopiah saja. "Kata Hendra ada disamping pohon pisang, tapi Seno nggak lihat."

Pakdhe Danan nampak seperti merenung sebentar. "Aneh."

"Kenapa aneh, Mas?" Tanya Papa, pandangannya tetap berada di layar kaca televisi. Tangannya meraup kacang rebus. Yes, indeed, mereka memang kakak-beradik. Karena kalau tengah seperti ini, mereka tampak kembar, mirip!

"Setahuku rumah ini memang angker. Tapi nggak ada kuntilanak atau pocong." Pakdhe Danan menatapku. "Kok makin jadi banyak setannya setelah kamu pindah kemari, ya, Sen?"

Aku melotot. "Maksud Pakdhe?" Enak saja! Memangnya aku pengundang setan, apa?! "Di Jakarta Seno nggak pernah lihat setan tuh!"

"Nah justru itu, mungkin setan lokal sini kepincut sama anak kota." Canda Pakdhe menertawai guyonannya sendiri, sambil menggelitiki pinggangku. Aku segera berlindung ke balik punggung Jatayu. Papa tertawa saja. Obrolan tentang setan berganti dengan topik meninggalnya Pak Burhan, sopir angkot yang diduga menghamili Tumirah. Menurut gosip yang beredar di kampung ini, Pak Burhan disantet oleh mantan suami Tumirah. Perut Pak Burhan membesar layaknya orang hamil, sebelum meninggal. "Kamu jangan pulang malam-malam lho, Sen. Nanti ketemu Pak Burhan." Pakdhe Danan benar-benar kurang asyik bercandanya. Bikin orang takut. Topiknya balik lagi ke setan, setelah tadi sempat berganti.

"Pakdhe pernah ketemu?" Tanya Feri penasaran. Aku menoyor kepala Feri, bukannya mengganti topik malah membuat Pakdhe Danan semakin bersemangat bercerita tentang Pak Burhan.

Pakdhe menggeleng, "Amit-amit, Fer. Tapi—" Pakdhe menatap wajah kami satu persatu, "Pak Burhan sering mengetuk pintu jendela kamar kalau malem-malem. Hiiiii."

"Mas! Sudah! Seno ketakutan tuh!"

Pakdhe Danan tertawa renyah. "Halah, bilang saja kamu juga takut, tho, Bim?"

Tapi omongan Papa benar, aku memang takut. Walaupun aku sudah pernah melihat Mary dan Mbak Kunti, tetap saja bukan berarti aku sudah terbiasa melihat setan, kan? Maksudku mereka tetap setan. Topik obrolan kami pun bergulir, membicarakan klub sepak bola, lalu membicarakan sekolahku. Hingga akhirnya, aku, Jatayu dan Feri pamit tidur, pukul sepuluh malam.

Di atas kasur, aku diampit oleh Jatayu dan Feri. Iya, aku memilih tidur di tengah karena aku takut tidur di pinggir. Oh. Hendra tidur bareng Eyang. Entahlah, tadi Hendra katanya ingin melihat koleksi keris milik Eyang, dan hingga sekarang belum kembali. Aku asumsikan, Hendra tidur di kamar Eyang, atau tidur bersama para keris.

Aku menoleh ke arah Feri, dia sudah terlelap. "Kak." Yaelah, Jatayu juga sudah molor. Walaupun tidur barengan, namun sedih banget kalau hanya aku sendirian yang masih terjaga. Kalau ada setan, hanya aku yang akan bisa melihat karena masih melek. "Kak Atha!" Panggilku pelan, namun kali ini sambil mencubit pahanya. Sarungnya diikat longgar, jadi tanganku bisa masuk.

"Apa sih, Senonya Kak Atha? Besok aja ya isep-isepannya." Jatayu mengatakannya dengan nada malas, khas orang mengantuk.

Ya ampun, aku lagi ketakutan begini, malah mikir jorok. Dan karena aku gagal membangunkan Jatayu, maka aku menelusup, memeluknya erat. Membenamkan kepalaku di dada bidangnya. "Aku takut, Kak."

Erlangga di Bawah Kaki Sumbing (TamaT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang