SEPULUH

70K 4.2K 125
                                    

🎵Kata Hilang Makna-Yura Yunita🎵

"Otomatis rekan bisnis kamu itu cewek, kan? Atau kamu pergi ke Surabaya untuk sekedar having fun sama wanita yang udah kamu booking?!"

Alvin diam seribu bahasa sorot matanya menatap Raya tak menentu. Hatinya seakan ingin merutuki diri sendiri. Alvin sedang berada disatu pilihan yang tak bisa ia pilih. Dirinya sendiri saja tidak tau harus berucap apa. Tidak ada satu katapun yang terlintas diotaknya.

"Kamu kebanyakan mikir, gak ngerti mau kamu apa, Mas. Kurang apa aku? Semua kepercayaan udah aku kasih tapi balesannya, gini?!"

Kali ini bibir Alvin tersimpul geli mendengar Raya berbicara secepat kilat seakan tak ada jeda disetiap ucapannya seperti emak-emak rumpi ditukang sayur.

Sementara Raya menatap Alvin jengah, suaminya ini seperti berkepribadian ganda. Beberapa menit yang lalu terdiam lalu seperkian menit tersenyum. Seluruh ucapannya tidak ada unsur humor tetapi mengapa begini?

"Mas..." Raya berucap geram. "Kamu tuh ya, bukannya merasa bersalah tapi seakan-akan lagi amnesia."

Napas Raya memburu seluruh makian yang sudah ia siapkan sejak tadi musnah begitu saja terbawa angin tanpa permisi. Kini, hati dan otaknya tidak sedang sejalan. Tidak sedang baik-baik saja, namun, Raya mencoba untuk tidak banyak menyalahkan atau menyudutkan Alvin. Dirinya tau Alvin salah, sangat salah besar. Tetapi, ia mencoba untuk intropeksi diri sendiri.

Alvin menarik kedua tangan Raya lalu menggengamnya erat. Menatap sorot mata Raya yang begitu damai walau dibalik amarahnya yang meletup-letup bagai ribuan air hujan yang menetes dimuka bumi menghujani tanah dengan segala amarahnya pada langit yang dibalas dengan dinginnya udara sama seperti sikap Alvin kepada Raya.

"Iya Ra, udah ya, kita omongin baik-baik. Inget, amarah cuma buat kita semakin dilingkupi rasa kesal dan menyesal ketika semua sudah berakhir."

Hembusan napas Raya perlahan kembali tenang, namun, disudut hatinya masih tersisa tanda tanya besar akan tingkah Alvin diluar sana. Masih ada keganjalan dihati yang tak mampu ia tanyakan lagi.

Semua sudah cukup.

Cukup untuk membuat hati Raya semakin sakit ketika mengetahui kenyataan sebenarnya. Dan, untuk saat ini, Raya ingin sekali mendengar kebohongan saja, walau merasa tertipu, namun, setidaknya ia akan baik-baik saja sampai waktu yang tidak ditentukan.

"Aku janji bakal jaga kepercayaan kamu, Ra," Alvin mengecup jemari Raya. "Asal kamu mau tetap percaya."

Raya menghela napas, "Aku titip kepercayaanku, Mas." Lalu Raya tersenyum miris dan mulai beramsusi bahwa selanjutnya, mungkin Alvin akan berubah. Memulai kembali semua kepercayaan dari nol, ibarat permainan, nyawa Alvin tinggal dua. Karena yang pertama, sudah Alvin rusak. Dan jika kepercayaannya kembali Alvin rusak, semua hanya tinggal kenangan dan akan menjadi cerita sedih yang mengenaskan.

***

Keadaan seolah membaik, namun pada kenyataannya ada yang berbeda. Rasa itu tak lagi sama. Perasaan Raya kepada Alvin tidak seperti dulu. Pernikahan yang sudah berjalan hampir delapan tahun serasa hambar bila tak ada benih-benih cinta diantara mereka. Tak ada rasa yang membuat jantung mereka seolah berpacu hebat berdetak dengan tak semestinya.

"Kita cari spot foto bagus didaerah sini, yuk."

Alvin dan Raya pecinta photografi. Awal mula kisah mereka dimulai dari sebuah foto hitam putih yang jatuh dari halaman novel yang dijadikan sebagai pembatas buku. Foto Raya bersama Rafa saat mengenakan seragam putih abu dengan jaket denim milik Rafa yang sudah kusam menutupi seragam putih bersihnya itu.

Hujan Berjuta Rasa(Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang