DUA PULUH

70.1K 4.4K 549
                                    

No edit. Jadi komen aja yaa kalo ada typo hehe. Makasih yang udah setia menunggu cerita ini, semoga gak mengecewakan. Enjoy ❤❤❤

🎵Untuk Apa - Maudy Ayunda🎵

Alvin menggeram kesal saat pintu ruangan kerjanya dibuka begitu saja tanpa ketukan. Ia bersiap untuk memaki siapapun itu yang berani mengganggunya terkecuali Mamanya sendiri. Belum sempat ia mengeluarkan sumpah serapahnya, rasa kesal Alvin menguap begitu saja saat melihat siapa yang masuk ke dalam ruang kerjanya tanpa seizinnya.

"Ada apa?" Tanya Alvin langsung tanpa basa basi.

Eno, asistennya itu menyerahkan amplop cokelat tanpa ekspresi apapun. Lalu beranjak dari ruangan itu sebelum Alvin bertambah kesal jika melihat isi dari amplop tersebut.

Tangan Alvin tergesa membuka amplop itu dan membacanya secara perlahan. Membuka matanya selebar mungkin begitu melihat isi surat tersebut.

Surat perceraian dirinya dengan Raya.

Dada Alvin bergemuruh dirundung emosi ketika membacanya. Tanpa basa basi Alvin merobek kertas itu dan membuangnya ke tempat sampah. Memandang foto keluarga kecilnya yang diletakan diatas meja kerjanya. Seketika membuat hatinya menghangat begitu melihat wajah anak dan istrinya, tetapi begitu mengingat kembali atas semua sikapnya, Alvin menyesal pernah menduakan Raya tanpa perasaan.

Begitu Raya pergi, hatinya terasa hampa. Separuh jiwanya telah pergi karena kebodohannya sendiri.

Belum sempat Alvin menyesali kesalahannya yang sudah menggunung itu, dering telepon berhasil menyadarkannya bahwa Mamanya menelpon. Dengan gusar Alvin mengangkat telepon itu.

"Ada apa Ma?" Tanya Alvin tanpa berniat basa basi. Sejak kecil Alvin tak bisa untuk sekedar berbasa basi.

Diseberang sana, Rina berusaha penuh menahan emosinya, "Mama dengar istrimu sudah mengajukan surat perceraian melalui asistenmu?"

Dalam hati, Alvin takjub melihat kecepatan Mamanya dalam mengetahui segala informasi.

"Apa sudah kamu tanda tangani?" Tanya Rina tidak sabar.

Alvin mendengus, "Apa Alvin sebodoh itu di mata, Mama?"

Rina tersenyum mendengarnya. Setidaknya masih ada satu pihak yang tak menginginkan perpisahan ini. Termasuk dirinya, ia tidak terima jika Alvin bercerai dengan Raya. Nama dan citra yang telah ia bangun akan hancur begitu saja saat berita itu sudah terdengar oleh seluruh rekan kerjanya.

"Kamu lebih baik datang ke rumah Ida dan Joko, menurut orang suruhan Mama, Raya dan Nath sudah beberapa hari ini menginap disana."

"Untuk apa?"

Jika Rina berada disamping Alvin ia tak akan segan untuk menoyor kepala putranya itu yang bertanya tanpa berpikir. Sama seperti melakukan perselingkuhan tanpa berpikir. Bapak dan anak ini sama-sama merepotkan saja, batin Rina menjerit.

"Pakai nanya kamu Alvin! Emosi nih Mama dengarnya,"

Alvin tak bisa membayangkan bagaimana ekspresi Mamanya saat ini. Alvin hanya bisa tersenyum geli jika berhasil menggoda Mamanya.

"Iya iya, nanti Alvin dateng kesana," ucap Alvin bagai kerbau yang dicocok hidungnya.

"Awas ya kalau nggak berhasil!" Ancam Rina langsung nengakhiri teleponnya tanpa ucapan penutup. Sontak membuat Alvin mengerjapkan matanya heran.

Alvin mendesah berat. Perginya Raya dari rumah membuat dirinya menjadi uring uringan tak jelas. Ada saja yang menguji amarahnya saat di kantor maupun di rumah orang tuanya. Mamanya yang terus saja menginginkan dirinya kembali dengan Raya dan para bawahannya yang menatapnya penuh rasa simpati karena melihat tubuhnya yang tidak terurus. Namun, dilubuk hatinya Alvin masih ingin bersama dengan Raya. Memulai semuanya kembali dan membangun rumah tangganya yang sudah hancur berkeping keping.

Hujan Berjuta Rasa(Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang