Maaf guys yg tadi kepotong :(
***
Nath terisak kencang, meraung-raung ketakutan ketika melihat Rina menggoreskan tangan didepannya. Seketika darah segar mengalir deras dari tangan Rina. Nath merasa mual ketika mengingat kembali dan yang bisa ia lakukan kini hanya menangis.Alvin mendekap Nath, mencoba menenangkan sang anak yang menangis. Sejujurnya Alvin tidak pandai mengurus bahkan menghentikan tangisan anak kecil yang membuat kepalanya terasa berat.
Alvin paham, Nath trauma melihat percobaan bunuh diri Mamanya, tetapi ia tidak tahu akan terjadi seperti ini. Ia sungguh tidak mengira Mamanya akan nekat. Ia selalu beranggapan bahwa Mamanya baik-baik saja.
Sambil menenangkan Nath, Alvin berdoa disela keterkejutannya akan semua ini. Jika diingat kembali, Alvin sudah lama tidak berdoa. Alvin mengingat kembali kapan terakhir ia berdoa, rasanya sudah terlalu lama sekali. Ia terlalu sibuk mengejar dunia.
Alvin mendesah, mengingat begitu banyak sekali dosa yang ia perbuat.
"Nath jangan nangis, Ayah minta maaf," ucap Alvin pelan namun mampu membuat tangis Nath semakin kencang.
"Eh? Kok jagoan Ayah nangisnya makin kenceng?"
Alvin bingung, ia harus berbuat apa untuk menghentikan tangis anaknya itu?
"Terserah Nath ya kalau gitu, jangan salahkan Ayah kalau Nath nggak bisa ketemu Bunda lagi," ancam Alvin semata-mata untuk membuat Nath diam. Pikirannya kacau, semakin runyam ketika mendengar tangis anaknya yang membahana.
Namun, bukannya diam Nath justru merasa ketakutan dan semakin berontak.
"Bunda! Nath mau ketemu Bunda. Mau sama Bunda aja, Ayah jahat!"
Nath meronta, meminta dilepaskan hingga membuat Alvin kewalahan atas sikap Nath. Spontan Alvin menaikkan suaranya yang membuat Nath semakin ketakutan.
"NATH BISA DIAM NGGAK?! Ayah pengen Nath diam, oke?"
Seketika Nath berhenti meronta, tangisannya pun ia redam dengan cara mengigit bibir bawahnya agar tidak menimbulkan isak tangis kembali. Nath mencoba diam dan menatap wajah Alvin. Sorot matanya terluka anak sekecil Nath, Alvin bentak hanya karena pusing mendengar suara tangis Nath.
Dirasa ia membuat kesalahan, Alvin mendekap Nath erat. Meminta maaf berulang kali namun Nath tetap diam. Nath hanya menunduk lesu tak bersuara. Didalam hati kecilnya Nath berteriak, ia diam dan ini kan yang Ayahnya ingin?
"Maaf," lirih Alvin memandang wajah sendu anaknya. "Maafin Ayah, ya."
Dengan segala rasa kecewa, perlahan Nath menganggukkan kepala lalu tersenyum.
"Nath sayang sama Ayah, jangan marah-marah lagi," ujar Nath pelan tepat ditelinga Alvin. "Nath takut liat Ayah marah."
Ucapan anaknya seperti sedang menamparnya bertubi-tubi. Seharusnya dirinya tidak mudah emosi terlebih lagi Nath masih kecil untuk melihat kemarahan yang tidak bisa ia kontrol sendiri. Rasanya sungguh menyesal berkali-kali lipat sudah mengecewakan anaknya untuk kesekian kali.
Huft.
Alvin menghembuskan napasnya keras, bangkit dari posisi jongkoknya lalu merangkul Nath agar berjalan menuju rumah yang dulu pernah mereka tempati bersama. Rumah yang hampir ia jual hanya karena egonya. Dan karena egonya pula ia berhasil kehilangan semua.
Harta dan dua orang yang ia miliki di dunia ini pergi. Ini semua salahnya, semudah itu mendua dibelakang Raya.
Semudah itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan Berjuta Rasa(Completed)
ChickLit#1 Pelakor - 11 Mei 2018 Sebuah keputusan sulit untuk memilih bertahan atau berpisah. Bertahan demi sang buah hati atau berpisah demi menyelamatkan hati. Karena jujur, dirinya ingin keduanya saja. 2017-2020