"Alvin an*ing!"
Sarah membanting vas bunga dan semua benda yang berada didekatnya sebagai bentuk pelampiasan amarahnya yang begitu meledak-ledak. Sarah tidak tahu harus melakukan apa demi membuat semuanya kembali seperti dulu. Dimana Alvin begitu memuja dan menginginkannya.
Sarah berteriak didalam kamarnya seperti orang kerasukan jin tomang. Alvin bagaikan cinta pertamanya yang berhasil menarik hatinya diantara para lelaki diluar sana.
"Udah Sar! Jangan jadi bodoh gini karena cinta," Maki Rachel, sahabat dekat Sarah selain Raya. "Lo tuh goblok banget jadi cewek, jangan mau ke makan omongan buaya gitu, anjir ih kena jampe-jampe apa sih lo bisa berubah jadi goblok gini."
Rachel Berlian, memang mulutnya seperti itu, senang sekali memaki orang yang sedang bersedih karena lelaki. Bukannya menasihati tetapi sebelas dua belas tidak warasnya dengan Sarah. Pantas saja mereka terlihat lebih akrab dibandingkan Sarah dengan Raya. Sama-sama suka berbicara kasar.
Miris ketika melihat Sarah yang penampilannya sudah tidak karuan. Rambut acak-acakan, make-up yang sudah hancur akibat air mata, dress-nya yang setengah kusut dan teriakan Sarah yang terus saja menyebut nama Alvin dan segala jenis bahasa kebun binatang yang keluar begitu saja bagai sedang mengabsen nama-nama binatang satu persatu.
Sarah semakin meraung-raung, tangisnya semakin pecah, maskara yang katanya mahal dan waterproof sama sekali tak berguna. Area matanya tetap saja menghitam karena luntur.
"Dia brengsek, Chel. Dia nggak bisa pegang ucapannya, gue udah sayang banget sama dia, nggak bisa gue lupain dia gitu aja," racau Sarah sembari sesenggukan lalu Rachel mengusap punggung Sarah mencoba menenangkan. "Kita udah pernah having fun, Chel. Bisa lo bayangin,kan?"
Rachel tercengang begitu mendengarnya. "Bukannya lo sering having fun sebelumnya ya? Kenapa malah nangis kejer begini kaya cewek polos yang baru kehilangan keperawanan aja lo, Sar."
Rachel menoyor kepala Sarah gemas.
"Lo nggak ngerti sih masalahnya."
"Masalah apa? Inti dari semua ini yang penting lo pake pengaman dan nggak hamil. Nggak perlu ada yang dibesar-besarin lagi kan?"
Sarah mengatupkan bibirnya rapat. Ia kalah telak jika berdebat dengan Rachel. Tangisnya sudah reda tidak seperti tadi. Jika Rachel tidak datang tepat waktu nyaris saja dirinya mati secara cuma-cuma karena hendak menggores urat nadinya menggunakan pecahan kaca.
"Lo denger deh quotes ini gue bacain khusus buat lo," Rachel membuka galeri handphonenya hendak membacakan sebuah kata-kata mutiara yang baru ia lihat dari timeline instagramnya sebagai penyemangat untuk Sarah. "Pernah mencintai orang sampe goblok, orangnya pergi, gobloknya enggak."
Rachel mengucapkan dengan raut wajah polos tanpa beban. Sementara Sarah dengan brutal menindih tubuh Rachel dengan tubuhnya sebagai bentuk pelampiasan amarahnya.
"Sialan! Lo tuh yang goblok, Rachel!"
***
Setelah Rachel pergi, Sarah kembali menangis dan mengurung diri didalam kamar. Rachel tidak bisa berbuat apa-apa karena Sarah begitu keras kepala. Sehingga Rachel memutuskan untuk pergi saja toh Sarah sudah besar bukan lagi anak kecil yang harus ia urus. Mending dia pergi ke club untuk menjernihkan pikiran dan bertemua pria-pria tampan disana.
Isak tangis Sarah terus terdengar hingga memenuhi kamarnya yang sudah seperti kapal pecah. Sesekali memekik dari atas kasur dan melompat-lompat bagai sedang menaiki trampolin, Sarah tertawa penuh kegirangan. Semalaman ini ia ingin bebas tanpa beban. Biar saja ia dikira gila, dirinya tidak peduli. Ia akan kembali menjadi wanita cuek seperti dulu. Namun tetap saja ia masih memikirkan Alvin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan Berjuta Rasa(Completed)
ChickLit#1 Pelakor - 11 Mei 2018 Sebuah keputusan sulit untuk memilih bertahan atau berpisah. Bertahan demi sang buah hati atau berpisah demi menyelamatkan hati. Karena jujur, dirinya ingin keduanya saja. 2017-2020