DUA PULUH TIGA

62.3K 3.6K 158
                                    

Bacanya sambil dengerin playlist diatas yaaa :'))

***

"Udah selesai ngobrol sama Ayahnya, sayang?" Tanya Raya ketika melihat Nath menutup panggilan video tersebut.

Kepala Nath mengangguk lalu Raya mengelus puncak kepala Nath penuh kasih sayang, Nath adalah prioritasnya kini. Baginya, harta yang paling berharga yaitu anaknya. Ia selalu berusaha mencoba untuk menjadi seorang ibu yang terbaik bagi Nath.

"Bunda, kenapa sekarang kita tinggal dirumah Nenek? Rumah kita yang dulu memangnya kenapa, kata Ayah semua udah nggak akan kaya dulu lagi, maksudnya apa itu, Nath nggak ngerti,"

Raya terdiam. Pandangan Nath jatuh pada jemari Raya yang polos. Nath ingin bertanya kemana cincin yang selalu Bundanya pakai, namun ia urungkan karena tiba-tiba saja Raya memeluknya erat sekali. Setelah sadar bahwa ia menyakiti Nath dengan memeluknya terlalu kuat, Raya melonggarkan lengannya. Tersenyum hangat menampilkan seorang Raya yang tegar dan kuat.

"Nath nggak suka kalau kita tinggal dirumah Nenek? Bunda bisa sewa apartement biar Nath nyaman untuk tinggal disana," ucap Raya tergesa begitu melihat raut wajah Nath yang seperti menunjukkan rasa tidak suka.

"Nath suka, tapi disini Nath nggak bisa ketemu temen-temen Nath yang disana," ujar Nath memejamkan matanya seperti tengah membayangkan sosok teman-temannya dirumah terdahulu.

"Ya sudah sekarang Nath bobo, udah malem. Gimana kalau besok kita berenang?"

Ya, Nath suka sekali berenang. Jika ditanya hobi Nath ia akan menjawab berenang. Nath suka sekali air, terutama hujan. Jika hujan datang, Nath selalu ingin membasahi tubuhnya dan berakhir dengan Raya yang geleng-geleng kepala melihat sikap anaknya itu.

"Yeay! Can't wait for tomorrow," ujar Nath tersenyum lalu menarik selimut bergambar tokoh kartun favoritnya hingga sebatas leher. Raya tidur disamping Nath lalu mematikan lampu dan meninggalkan cahaya remang-remang berkat bantuan lampu tidur. Suara lantunan musik klasik berhasil membuat mata Raya perlahan terpejam tanpa harus menunggu untuk mengantuk seperti biasa dan berakhir dengan begadang setiap malamnya.

***

Pagi yang cerah untuk Raya yang baru memulai hidupnya dengan penuh semangat, pagi ini dirinya begitu semangat sekali. Entahlah, energi-energi positif seperti bersarang pada tubuhnya kini setelah membaca sebuah buku yang membuatnya merasa ia tidak sendiri. Ada ribuan orang diluar sana yang bernasib sama dengan dirinya kini, mungkin, kemarin-kemarin ia lupa caranya bersyukur hingga merasa cerita dirinya yang paling menyedihkan.

Walau masih ada tersisa rasa sedih namun Raya mencoba berdamai dengan keadaan, waktu, dan semesta. Raya mencoba memberi motivasi untuk dirinya sendiri, ia sadar, tidak mungkin terus menerus bersedih dan terpuruk begini. Ini yang terbaik untuk semua, untuk hatinya tentu saja.

Bahkan, saat ia melihat postingan instagram pada salah satu akun dibuku tersebut. Banyak sekali manusia dibumi ini yang mempunyai masalah yang sama dengan dirinya. Setiap manusia diberikan masalah pasti sesuai dengan porsinya masing-masing. Itu yang selalu Raya percayai jika Allah tidak pernah tidur, selalu mendengar doa setiap hambanya.

Disaat dirinya tengah fokus membaca paragraf demi paragraf pada buku tersebut, ditaman belakang rumah orang tuanya dan tidak lupa ditemani secangkir kopi hangat untuk hatinya yang mulai membeku. Ponselnya berdering, ada pesan masuk. Ia melihat namanya, begitu terkejut ketika sahabatnya memberinya sebuah pesan.

Sarah Williona Elvira.

Besok ada acara reuni SMA, kamu ikut ya biar aku ada temen ngobrol.

Hujan Berjuta Rasa(Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang