SEMBILAN

60.6K 4.4K 326
                                    

Alvin semakin melebarkan kakinya ke penjuru ruangan saat tau tidak ada siapapun dirumah. Jantungnya berdetak cepat saat melihat pos it berwarna kuning tertempel jelas dilemari kaca, tempat dimana ia selalu mengambill baju. Sebuah pesan dari Raya mampu meruntuhkan pertahanan dirinya, seperti bom yang akan meledak.

Terimakasih kejutannya. Ini bukan anniversary pernikahan kita tapi kado darimu membuatku nyaris gila :)

-Raya-

Alvin merogoh ponsel dengan cepat lalu mencoba menghubungi Raya dan mengirimi pesan singkat berisi ancaman ataupun makian yang terpenting Raya segera pulang, namun berakhir sia-sia. Tak ada jawaban.

Ini semua berkat paparazi sialan yang entah siapa berani memotretnya dengan Sarah yang sialnya terlalu nyata untuk dibilang sekedar editan. Alvin mengusap wajahnya kasar lalu mencoba mendiall nomor si paparazi ini yang sudah menerornya selama berada di Surabaya dengan screenshoot-an pesan dan nama istrinya disana sehingga Alvin tau jika foto-foto kebersamaanya dengan Sarah sudah terlihat oleh Raya membuat dirinya tak tenang dan segera pulang untuk menjelaskan semua.

Nomor yang anda tuju tidak aktif.

Alvin melempar ponselnya ke ranjang, membaringkan badan diatas ranjang menatap langit-langit kamar dengan pandangan kosong.

Ini bukan perselingkuhan pertama Alvin, nyaris tak terhitung. Begitu banyak record yang Alvin ciptakan selama ini. Namun, ini pertama kalinya Alvin merasa seolah tertangkap basah oleh Raya. Rasa bersalah menyelimuti Alvin, raganya sudah tak sejalan dengan apa yang dipikirkan.

Dengan langkah tergesa, Alvin bangkit setengah berlari menuju halaman rumah lalu mengemudikan mobil dengan kecepatan rata-rata. Seperti tidak waras, Alvin membawa kendaraan beroda empat itu ugal-ugalan. Layaknya pembalap yang berada disirkuit Alvin terus saja melaju, menulikan telinga bahwa semua orang membunyikan klakson mereka karena merasa terancam dengan sikap bodohnya.

Alvin tau kemana tujuannya. Jejak terakhir Raya yang ia lihat diponselnya tengah berada di sebuah Villa yang sudah lama tak ia kunjungi. Kepingan memori terlintas begitu saja ketika tangan Alvin mencengkram stir kemudi hingga kukunya memutih. Perlahan, ia mengurangi kecepatan mobilnya setelah memasuki gerbang vila yang begitu luas. Alvin menyapa satpam yang tampak terkejut melihat kedatangannya secara tiba-tiba lalu menyuruh dari mereka untuk memarkirkan mobilnya.

Kakinya terus berjalan mengedarkan pandangan ke segala arah. Semua sama. Tak ada yang berubah, hanya manusianya saja yang berubah. Tak lagi utuh, kebahagian keluarganya direnggut paksa ditempat ini.

"Ayaaaah," teriak Nath nyaring dari atas balkon ketika secara tak sengaja melihat Alvin.

Tak sadar, sudut bibir Alvin tertarik keatas ketika melihat wajah bahagia Nath. Kenapa ia bisa setega ini kepada anaknya? Kepada Raya yang sudah setia untuknya. Kepada Mamanya yang sudah menasihati Alvin agar tidak seperti Papanya. Dan masih banyak penyesalan lain Alvin.

Setelah panggilan nyaring itu, Nath menghilang dan berganti tengah berdiri diambang pintu dengan tangan terlentang lebar lalu Alvin berjongkok menyamakan tubuhnya memeluk Nath erat merasakan aroma bedak bayi bercampur minyak telon.

"Nath kangen Ayah," lirih Nath sedikit manja ketika mengucapkannya. "Ayah kemana aja?"

"Ayah habis kerja, sayang."

Hujan Berjuta Rasa(Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang