TIGA PULUH

67.1K 3.4K 53
                                    

Mohon maaf lahir dan batin semuaaanyaaa🙏🙏

Mike sedari tadi fokus memperhatikan kemanapun Sarah pergi, ia sudah seperti budak cinta yang selalu memata-matai wanitanya pergi. Bukan tanpa sebab ia mengikuti Sarah, selain sedang hamil Sarah mengalami gangguan bipolar yang sewaktu-waktu bisa saja berubah tanpa tahu tempat.

Sarah bisa tiba-tiba sedih, gembira bahkan marah hingga mengamuk disaat waktu yang bersamaan. Kondisi hatinya bisa saja berubah sewaktu-waktu. Mike bukan tidak tahu penyebab penyakit Sarah, ia bahkan sangat tahu. Dan Mike tahu, Sarah mempunyai penyakit itu sejak pertama kali bertemu.

Akhir-akhir ini Sarah sering menangis tanpa sebab, semenjak kejadian mereka bertemu di Bali dan melakukan hal yang diluar dugaannya hingga membuahkan hasil. Sarah menangis, menjerit histeris digendongannya. Untung saja pukulan itu tidak seberapa, hanya seperti belaian saja untuknya.

"Kau seharusnya tidak kembali kesini, Sar. Kota ini penuh dengan kenangan pahit, tidak bagus untuk kesehatanmu dan anak kita nanti."

Mike mendesah, membaringkan tubuh Sarah ke dalam mobil. Tangan Sarah tidak diam, ia terus mencakar bagian tubuh Mike yang mampu ia gapai dengan kedua tangannya. Sarah benci Mike, karena pria itu seperti mengekangnya dan ia tidak bisa bertemu Alvin. Jangankan bertemu, mencari tahu kabarnya saja ia sulit. Ia harus menelpon Alvin diam-diam tanpa sepengetahuan Mike.

Pria sialan.

Mengapa ia harus terjebak dengan pria seperti Mike. Sarah berdecak sebal.

"Tidak usah berdecak, Sar. Mau mulutmu saya kunci rapat-rapat, huh?"

Sarah bungkam. Bukan karena ancaman Mike, tetapi ia malas berdebat dengan orang gila seperti Mike. Bisa-bisa ia ikut gila seperti pria itu. Sarah mendekat kearah kaca mobil, menatap jalanan dengan pandangan nanar. Oh Sarah, nasibmu malang sekali.

"Alvin apa kabar ya sekarang?" Ucap Sarah lirih nyaris berbisik. Namun telinga Mike cukup peka, ia mampu mendengar bisikan apapun dari radius beberapa meter. Bisikan setan pun Mike bisa dengar, apalgi bisikam mantan.

"Nggak usah ingat pria bodoh itu lagi, cukup saya yang ada diingatanmu, Sar. Dia sudah jatuh miskin, apalagi yang kau cari dari pria itu?"

Sarah mendengus, apa benar Alvin sudah jatuh miskin? Benar juga, untuk apa ia masih mengharapkan sosok Alvin. Lihatlah Sarah dengan mata yang terbuka, disampingmu ada lelaki yang bertanggung jawab dan kaya raya. Walau tidak sekaya Alvin, setidaknya Mike ada disaat ia membutuhkan pertolongan.

Sarah memperhatikan Mike yang sibuk mengemudi. Sudut bibirnya tersimpul malu, tiba-tiba saja ia merasa seperti sedang terbang diatas awan. Hatinya mendadak bahagia.

***

Raya masih tidak percaya, Sarah hamil dan sedang merasakan kesakitan seperti yang terlihat diwajahnya namun ia hanya diam saja bagai melihat sebuah pertunjukan. Kedua tangannya bergetar saat hendak mengambil ponselnya yang bergetar didalam tas kecilnya. Seketika Raya susah sekali untuk bernapas normal, efek yang diberikan Alvin dulu ternyata sedahsyat ini. Bahkan walau sudah beberapa bulan berlalu, setiap panggilan, pesan hingga apapun yang berbau nama mantan suaminya itu Raya seperti kehabisan oksigen.

Beberapa menit Raya menatap layar ponselnya yang terus saja tidak berhenti bergetar. Masih ia tatap, biasanya Rafa yang akan menenangkan dan menjawab panggilan dari Alvin. Namun kini ia harus mampu menjawabnya sendiri, ya, ia harus bisa. Ini hanya persoalan yang mudah.

"Halo?"

"Ra... Apa kabar?"

Raya terdiam. Pertanyaan apa ini? Biasanya Alvin hanya akan bertanya kabar Nath, bukan dirinya.

Hujan Berjuta Rasa(Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang