SEBELAS

61.1K 3.9K 268
                                    

🎵Tangga - Kesempatan Kedua🎵

Tak terasa dua hari sudah mereka lalui waktu bersama divila keluarga yang Alvin kira akan penuh dengan ketegangan. Namun, ia begitu bahagia kali ini. Sebelumnya tak pernah ia rasakan sesenang ini, Raya tidak banyak mengungkit masalah sewaktu di Surabaya kemarin. Seakan-akan itu hanya masalah kecil yang tak perlu dibesar-besarkan dan hanya akan berujung pertengkaran jika terus dibahas.

Alvin menatap wajah Raya yang terpoles make up tipis, sangat natural disetiap harinya membuat siapa saja nyaman berlama-lama menatap wajah teduh Raya. Tangan Raya begitu lihai memasak hidangan yang Alvin inginkan sementara Nath bersorak gembira dimeja makan bersama sang Ayah.

"Makan, Mas. Percuma liatin wajah aku gak akan bikin kamu kenyang," ucap Raya ketika suaminya terus saja memandangi wajahnya.

Alvin terlonjak dari lamunan sekilas, bisa-bisanya hanya dengan menatap wajah Raya perutnya mendadak kenyang.

"Gak jadi lapar."

Alvin berucap santai namun refleks membuat mata Raya membesar seketika dan menarik sebelah telinga Alvin, tidak kencang, namun gemas.

"Makan!"

Nath tertawa melihat kebersamaan kedua orangtuanya. Sementara Alvin merenggut sebal ketika Raya memperlakukannya seperti anak kecil. Hancur sudah harga dirinya sebagai kepala keluarga dihadapan anak mereka.

"Galak amat sih," gerutu Alvin sebari mencomot sosis goreng yang masih mengepul lalu langsung memasukkannya kedalam mulut.

Sebelum Alvin merasakan lidahnya yang akan mati rasa, Raya mengeplak tangan Alvin sebari menyorotkan raut tak habis pikir.

"Umur kamu udah tua tapi kelakuan masih aja kaya Nath yang main comot makanan panas," cerocos Raya berkacak pinggang.

Helaan napas Alvin terdengar jelas pertanda lelah mendengar semua ocehan Raya yang seakan berubah menjadi lebih banyak bicara dibandingkan dulu. Rasanya seperti senang namun bercampur sedih karena terus saja diomeli seperti Nath.

Setelah menghabiskan hari terakhir makan siang divila, Alvin beranjak dari kursi bergegas untuk mengecek laptopnya yang pasti sudah dipenuhi dengan berkas-berkas menyebalkan sebelum mereka pulang. Saat whatsapp Alvin terhubung dilayar dekstop begitu banyak pesan masuk karena dua hari ini handphone Alvin matikan demi menjaga keharmonisan rumah tangganya.

Begitu banyak pesan masuk dari asistennya yang sibuk menanyakan keberadaannya melebihi orang tuanya sendiri. Seketika sudut bibir Alvin terangkat jelas tak tertahan, bukan karena pesan dari Eno, asistennya. Namun pesan dari Sarah yang mampu membuat dirinya seperti remaja kasmaran. Begitu singkat namun bermakna.

Sarah

Aku berubah pikiran, Mas.

Begitu ambigu dan bermakna bukan?

Sebuah kemajuan yang sangat pesat akan sikap Sarah kepadanya yang dulu begitu kaku kepadanya namun sekarang, see? Bisa lihat sendiri bagaimana Sarah begitu mengharapkannya.

"Ra!" Teriak Alvin dari sofa ruang tamu menutup semua folder yang ada dilaptopnya. "Kita pulang sekarang ya," ucap Alvin kembali teriak ketika tak mendengar Raya menyahut.

Raya mendekat dengan langkah tergesa setelah mencuci semua piring kotor. Menatap Alvin dengan raut wajah seperti bertanya. Namun jawaban Alvin hanya diam dan membereskan semua barangnya yang mendadak banyak lantaran Raya menyuruhnya membeli baju serta beberapa pakaian dalam untuknya belum lagi buah tangan untuk kedua orang tua serta saudara mereka.

Hanya ada keheningan ketika dijalan menuju pulang, tak ada obrolan ataupun suara radio hanya suara deru mobil dan motor yang saling menyahut satu sama lain sementara Nath tertidur pulas dipelukan Raya.

Hujan Berjuta Rasa(Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang