Alvin tersenyum tipis begitu Sarah menghampiri dan menggenggam erat jemarinya yang terasa dingin dan basah oleh keringat. Dengan sigap Sarah mengelap dahi Alvin yang berkeringat menggunakan tangannya, padahal udara diluar cukup dingin namun Alvin berujar gerah dan sedang mencari udara segar ketika Sarah bertanya mengapa dirinya berada disini. Setelah Raya pergi, Alvin masih setia duduk ditempat yang sama.
Matanya menatap Sarah lekat membuat sang empunya wajah tersipu. Dirinya tidak percaya bahwa ia mampu menaklukkan hati Sarah, wanita yang menurutnya susah untuk ditaklukkan. Sosok wanita yang mampu membuat hatinya berdebar-debar tak karuan hanya karena melihat senyumannya untuk pertama kali.
Bodoh, makinya merutuki diri sendiri.
Bisa-bisanya ia menginginkan wanita yang baru ia ketahui adalah sahabat Raya. Wanita yang selalu Raya ceritakan namun selalu ia abaikan. Ish, Alvin mendesah pasrah menyesali semua yang sudah terjadi. Mengusap wajahnya gusar karena gelisah.
Jika saja ia sudah tahu dari awal, Alvin berjanji tidak ingin mendekati Sarah. Ia tidak mau merusak persahabatan Sarah dengan Raya. Dan terkutuklah Raya yang selalu menyebut Sarah dengan sebutan Willy, sehingga membuat dirinya tidak tahu dan urusan masalahnya semakin panjang dan rumit.
Tanpa sadar Alvin berdecak.
"Ada apa, Mas?" Sarah berujar penuh rasa heran.
"Bukan apa-apa," jawab Alvin singkat dan semakin membuat Sarah penasaran dibalik isi kepala pria tersebut.
Tangan Alvin terulur menggengam erat kedua tangan Sarah sesekali mengelus lembut lalu pandangan mereka bertemu. Sudut bibir Sarah tersenyum menatap Alvin penuh kelembutan, Sarah sangat bersyukur bisa sedekat ini dirinya dengan Alvin. Pria yang mampu membuat hatinya luluh, walau dirinya mampu memikat hati para pria lain didunia ini tetapi Sarah menginginkan Alvin seorang.
Sarah berharap sekali hubungannya ini semakin dekat hingga mereka bisa melangkah ke jenjang yang lebih serius. Ya, dirinya menginginkan pernikahan sebagaimana seorang wanita mendambakan impiannya itu.
Jantung Sarah semakin berdebar tatkala manik mata Alvin menatapnya intens. Seakan ingin memakannya bulat-bulat. Belum sempat Sarah membuka mulutnya, Alvin kembali bersuara ditengah keheningannya sedari tadi.
"Sar, apa yang sedang kamu rencanakan di kepala mungilmu itu, huh?"
Angin berhembus kencang membelai wajah Sarah yang termenung menatap Alvin. Sesekali tangan Alvin ikut membelai kelopak mata Sarah bersamaan dengan angin yang meniup-niup helai rambut wanita itu.
"Aku hanya sedang merencanakan hubungan kita kedepannya akan seperti apa. Sesuai janji kamu, akan melamar aku secepatnya dihadapan kedua orang tuaku," Sarah berujar tanpa ragu, dirinya menginginkan itu semua. Hidup berdua bersama Alvin dan anak-anak mereka kelak.
Suara Alvin tercekat. Baru saja ia resmi berstatus duda dan kini sudah ada wanita yang ingin menikah dengannya. Apa tidak terlalu cepat untuk membuka lembaran baru, ya? Alvin berpikir sejenak, memang dirinya dan Raya harus melangkah sendiri-sendiri dan membuka lembaran baru dikehidupan mereka masing-masing. Tetapi, rasanya ini terlalu... Ah entahlah. Alvin sendiri sulit untuk berkata.
"Ya... tapi nggak secepat ini, Sar. Sabar ya, mungkin satu atau dua tahun lagi aku baru bisa memulai hidup seperti dulu lagi," Alvin berujar pelan sambil membelai kedua pipi Sarah intens. "Aku masih harus melupakan seseorang dihidupku, dan proses melupakan itu nggak mudah."
Dan akhirnya harus Alvin akui, ia masih belum bisa move on dari Raya dan semua kenangannya. Terlebih dirinya yang selalu diliputi bayang-bayang ketika bagaimana ia menyakiti Raya. Itu semua terekam jelas dibenaknya hingga kini, ada kata menyesal walau kata itu tidak mampu membuat semuanya kembali. Percuma. Dari apa yang matanya tangkap, Raya sudah bahagia dengan Rafa. Manusia yang pernah menjadi lawannya untuk mendekati Raya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan Berjuta Rasa(Completed)
ChickLit#1 Pelakor - 11 Mei 2018 Sebuah keputusan sulit untuk memilih bertahan atau berpisah. Bertahan demi sang buah hati atau berpisah demi menyelamatkan hati. Karena jujur, dirinya ingin keduanya saja. 2017-2020