"Ini semua gara-gara lo, Njun."
Renjun yang sedang terdiam di balkon langsung menoleh dan berseru, "Kok gua sih?"
"Lagian tadi lo minjem buku gua! Kan bisa searching!" bentak Jiyeon sebal. Ia tak sekalipun menatap Renjun dan memilih untuk membelakanginya.
"Kenapa tadi lo gak jawab kalo bisa nyari di internet?!"
"Ya gak usah nanya lah! Semua orang yang gak gaptek juga tau! Lo bukan pindahan dari zaman batu, kan?" Jiyeon meninggikan suaranya. Ia sudah mulai mengeluarkan kata-kata pedas.
"Yaudah kan tadi gua juga panik!" Renjun yang juga sedang sebal ikut meninggikan suaranya.
Jiyeon kemudian membalikkan badannya dan menatap Renjun sebal. Ia segera berlari dan tak sengaja menabrak Renjun yang kini terkejut. Entah kemana perginya perempuan itu.
Renjun menengok sebentar ke arah perginya Jiyeon. Tak menemukan sosok kawan sebangkunya tersebut, ia pun kembali bersandar di balkon dan menatap langit biru. Tanpa ia sadari, seseorang memanggilnya dari bawah.
"Kak Renjun! Cie dihukum!" teriak seseorang dari bawah. Renjun terkesiap dan langsung menurunkan pandangannya untuk mencari sumber suara. Ternyata, itu adalah adiknya, Chenle.
"Ngapain di luar? Masuk kelas sana!" balas Renjun galak. Ia menggelengkan kepalanya ke kelas Chenle yang terletak di seberang.
"Ya ampun, santai dong! Aku lagi ada tugas observasi nih, bantuin dong!" pinta Chenle diawali dengan sebuah tawa. Ia juga mengangkat sebuah pena dan kertas, untuk membuktikan bahwa ia memang sedang diberi tugas.
Renjun pun menoleh ke arah kelasnya memastikan bahwa Pak Leeteuk tengah mengajar dan berseru, "Oke! Tunggu gua di bawah ya!" Ia pun berlari turun menghampiri adiknya.
***
Jiyeon kini berada di kantin. Ia tengah menikmati jus pesanannya. Sambil mengedarkan pandangan ke seluruh kantin, ia mengaduk-aduk jusnya. Beberapa kali juga ia menyeruput minuman itu.
"Itu orang gak ada niatan minta maaf apa?" Jiyeon mengetuk-ngetuk meja kantin dengan sebal. Ia pun memutuskan untuk menyalakan wifi dan menonton sesuatu di handphone-nya.
Jiyeon pun membuka YouTube dan mulai mencari video. Ia mengeluarkan seluruh kekesalannya dengan melakukan fanchant. Di tengah kesibukannya fangirling, datanglah Renjun dan Chenle yang telah selesai mengobservasi.
"Mau makan apa, Kak? Nanti Lele bayarin deh," ucap Chenle sembari mengibas-ibaskan uang di genggamannya.
"Sok kaya, lo. Duit dari gua juga."
Chenle terkekeh. Ia menepuk pundak kakaknya sambil berkata, "Jangan buka kartu gitu dong."
Jiyeon yang tengah asyik dengan dunianya sendiri langsung menoleh begitu mendengar suara Chenle. Ia pun berdeham dan berkata, "Berduaan terus ya, adek-kakak."
Renjun dan Chenle terkejut dan langsung berpaling ke arah Jiyeon. Chenle tertawa, tapi Renjun tidak. Ia menyimpan sebuah ketakutan di dalam hatinya. Ia pun memutuskan untuk diam.
"Kok lu disini?" tanya Renjun gugup.
"Kemana gua pergi, itu urusan lu?" Jiyeon kembali mengucapkan kata-kata pedas. Sepertinya, sisa-sisa kekesalan itu masih ada.
"Galak amat," ceplos Chenle dari sebelah Renjun, yang disambut dengan sebuah injakan peringatan.
"Le, lu diem bisa gak? Perkara susah nih," bisik Renjun ke Chenle amat sangat pelan. Chenle hanya mengangguk-angguk sembari mengaduh, entah apakah ia mendengarnya atau tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chairmate | huang renjun✔
FanfictionJika ada satu kalimat yang cocok untuk menggambarkan kisah Renjun dan Jiyeon, itu adalah "Jauh di hati, dekat di mata." ? SNHS-00 Series 1/5