Hati yang kini terasa seperti tersayat-sayat, serta raga yang ingin terbang ke sisi lain dari dunia. Jiyeon menitikkan air matanya perlahan, dan berusaha mengusapnya demi menghilangkan jejak.
Langit yang memahami perasaannya menurunkan hujan. Tetesan air yang sesekali menimpa Jiyeon tak menghentikannya untuk berjalan menuju halte bus. Diiringi dengan bunyi percikan air ke jalanan, ia mengeluarkan seluruh isi hatinya.
"Gua gak pernah melakukan hal yang merugikan, kenapa gua harus difitnah?" Jiyeon mengusak-usak rambutnya yang tampak benar-benar berantakan saat ini.
Hantaman kata-kata itu terus didengarnya sepulang sekolah tadi. Sahut-sahutan yang mengatakan bahwa dirinya tidak pantas menjadi wakil ketua dan pengurus itu menghujam perasaannya begitu dalam. Itu membuatnya menjadi tidak mood untuk mengikuti ekskul padus.
"Kak, aku udah di halte. Jemput ya, aku kebasahan nih," kata Jiyeon yang sedang menelpon kakaknya, Jaehyun. Ia segera mematikannya begitu mendengar gemuruh petir.
Tak berapa lama, kakaknya segera datang dengan menggunakan mantel hujan. Keduanya langsung pergi begitu Jiyeon berhasil menaiki motor dan mengenakan jas hujan yang diberikan Jaehyun.
"Kamu abis nangis?" suara Jaehyun terdengar kecil dibandingkan dengan hujan yang deras.
"Aku cuman kena hujan, kok. Jangan khawatir, Kak." Jiyeon menyunggikan sebuah senyum palsu lemah. Ia benar-benar ingin hilang dari permukaan saat ini.
"Nanti cerita sama aku, Kak Hoseok, sama Sewoon. Gak ada yang boleh bikin Jung Jiyeon nangis!" seru Jaehyun mengalahkan suara hujan saat itu. Lelaki itu berusaha keras untuk menghibur adiknya yang tengah berkelana dalam dunia keabu-abuan.
Jiyeon merasa beruntung untuk kesekian kalinya memiliki kakak-kakak yang sangat perhatian terhadap dirinya.
***
Di studio, Renjun tengah melirik ke penjuru tempat dengan tatapan setengah sedih. Ia sesekali menampar pipinya pelan, menyesali perbuatannya.
Ini semua salah lo, Njun! Kenapa lo kasih tau Jiyeon? Pria bodoh! seru Renjun dalam hatinya. Pria berambut coklat gelap itu benar-benar ingin meminta maaf sedalam-dalamnya kepada Jiyeon. Perkataannya tadi telah membuat teman sebangkunya itu menangis.
"Kak, kenapa?" tanya Ningning sambil menatap Renjun intens. Ia mendekati Renjun yang berdiri tak jauh darinya.
Renjun yang baru saja mendengar pertanyaan Ningning dan menyadari bahwa anak itu akan segera mendekatinya langsung menjauh. Ia menyuruh Ningning untuk kembali latihan bersama adiknya dan Herin.
Jinyoung menatap kawannya dari kejauhan. Setelah meminta izin kepada anggota lain di kelompoknya, ia segera menghampiri Renjun dan merangkulnya.
"Masalah apaan nih, Njun? Ayo cerita sama gua," ucap Jinyoung sambil merangkul sahabatnya itu. Renjun menggelengkan kepalanya, tanda menolak untuk cerita.
"Lagi merasa bersalah sama orang, ya?" Entah mengapa, apapun yang diucapkan Jinyoung selalu tepat sasaran. Dengan ragu, Renjun mengangguk.
Renjun menghela napas dan mulai angkat bicara, "Gua tadi bikin down Jiyeon gara-gara nyeritain rumor dia. Gua pengen minta maaf."
Jinyoung mengangguk paham. Ia mengerti perasaan Renjun. Pria berambut hitam legam itu melepas rangkulannya dan menyarankan Renjun untuk segera meminta maaf, sekarang juga.
***
jun.
yeooon
KAMU SEDANG MEMBACA
Chairmate | huang renjun✔
FanfictionJika ada satu kalimat yang cocok untuk menggambarkan kisah Renjun dan Jiyeon, itu adalah "Jauh di hati, dekat di mata." ? SNHS-00 Series 1/5