4

4K 489 3
                                    

"Gak inget ada ekskul ya? Gak inget bentar lagi ada lomba ya?" Siyeon mengetuk-ngetuk meja di studio. Ia menatap satu per satu laki-laki yang baru saja datang.

"Udah senior, masih aja telat. Tawa cantik dulu deh," kata Hina sambil tertawa pahit. Ia kemudian kembali menatap para laki-laki dengan tajam.

"Harusnya, kalian itu sadar diri kalo sebentar lagi kita lomba, udah senior harusnya tau diri. Gak kayak dulu, perlu dikejar-kejar," ucap Jiyeon tenang. Ia pun berdiri dan kini duduk di dekat juniornya.

Donghyuk berdecak kesal. Ia pun membuka mulutnya, "Gua sadar, kita semua sadar, kalo bentar lagi mau lomba. Kita cuman di luar gak lama kok. Kalo mau mulai latihan, ya latihan aja! Gak usah nungguin kita, gak usah pake acara cek-cok kayak gini!"

Siyeon menggebrak meja di dalam studio. Ia menatap Donghyuk dalam-dalam. Siyeon segera maju ke depan Donghyuk dan berteriak, "Yaudah, lo semua keluar sana! Gak butuh kita orang yang kalo dateng latihan lama! Kita disini butuhnya orang yang mau serius, yang kalo latihan bener-bener semuanya ikutan dari awal!"

Donghyuk membulatkan matanya. Ia menyeringai dan mendorong pundak Siyeon. Ia tertawa dan berkata, "Oke! Gua rasa gua doang yang gak serius ya? Gua akan keluar sekarang!"

Donghyuk menatap sinis Siyeon dan yang lainnya. Ia segera meninggalkan studio sambil membanting pintu.

"Cemen," komentar Siyeon sambil menepuk-nepuk pundaknya yang baru saja didorong oleh Donghyuk.

Ia melemparkan pandangannya ke tiga laki-laki yang tersisa. Mereka tampak tidak berani untuk mengeluarkan sepatah kata pun.

"Yeon, lo gila ya? Kita butuh suaranya Donghyuk!" Renjun yang sedari tadi terdiam akhirnya bersuara.

"Kita butuh suara dia, tapi dianya gak ada niat. Buat apaan? Gak guna juga. Kita bisa kok cari yang warna suaranya sama kayak dia," Hina berkata dengan tenang. Ia tiba-tiba menunjuk Chenle yang kebetulan warna suaranya memiliki kemiripan dengan Donghyuk.

Renjun menghela napasnya saat melihat adiknya, Chenle ditunjuk sebagai Donghyuk. Ia tahu benar, warna suara Chenle sangat berbeda dengan Donghyuk. Ia pun menyuruh Chenle yang berdiri untuk duduk lagi.

"That's a no from me. Chenle beda dari Donghyuk. Udah, ayo panggil Donghyuk aja!" Renjun mengajak Jinyoung untuk memanggil Donghyuk yang keberadaanya entah ada dimana.

"Ngapain manggil dia lagi? Gua tau lo emang satu squad sama dia, tapi kalo dia aja kayak gitu, gak usah dipaksa lagi!" Siyeon menekankan lagi. Ia sudah benar-benar geram kali ini.

"Yaudah, Njun, yuk panggil Donghyuk."

Jiyeon menarik tangan Renjun dan membuka pintu studio. Ia terlihat sangat terganggu dengan keributan yang terjadi tadi. Mereka berdua kemudian keluar dari studio diiringi tatapan aneh dari kawan-kawan mereka.

***

"Menurut lu, Donghyuk ada dimana?" tanya Jiyeon ke Renjun setelah beberapa kali memutari sekolah.

"Mungkin gua bisa salah, tapi mungkin dia ada di studio sekolah yang satu lagi," jawab Renjun mengacu ke sebuah tempat di lantai dua sekolah.

"Ngapain? Kan itu tempat latihan anak dance?" Jiyeon mengangkat salah satu alisnya.

"Lo lupa? Dia kan vokalis sama dancer! Udah, ayo kesana!" Kini, Renjun yang menarik tangan Jiyeon. Mereka buru-buru ke studio tari itu. Tanpa mengetuk pintu, mereka masuk ke dalam.

Tatapan-tatapan tajam dari dalam studio menyambut mereka. Renjun yang menyadarinya langsung melangkah mundur, sementara Jiyeon mengedarkan pandangan ke seluruh studio.

"Woy, ini studio anak dance, bukan anak paduan suara! Ngapain disini?" seru seorang pria seraya mematikan lagu.

Jiyeon menghampiri pria itu dan berbisik. Pria itu hanya mengangguk-angguk dan menunjuk sebuah pintu di dekat meja berhiaskan patung.

"Oke, makasih, kakakku tercinta!" Jiyeon mengulaskan senyuman dan segera mendatangi Renjun yang masih berada di depan pintu studio.

"Langsung buka pintu itu, Njun. Jangan kasih kendor pokoknya," perintah Jiyeon. Ia menunjuk pintu tadi dan mulai melangkah ke arah sana beriringan dengan Renjun.

"Seraaang!"

***

Jiyeon kini telah berada di rumahnya. Ia baru saja selesai mandi dan sedang menyisir rambutnya menggunakan handuk. Ia pun duduk di sebelah ketiga kakaknya yang sedang menonton televisi.

"Cie, tadi sama siapa tuh bisik-bisikkan?" Kakak pertamanya, Hoseok, menyenggol Jiyeon sambil mengangkat-angkat alisnya.

"Sama siapa, Kak? Cieee Jiyeon udah gede nih!" Sementara kakak keduanya, Jaehyun, mengacak-acak rambut Jiyeon yang baru saja dikeringkan.

"Woy! Jangan diacak-acak!" Jiyeon memukul tangan Jaehyun. Yang dipukul hanya tertawa manis.

"Aku tau. Pasti sama ketua padus kan, si Renjun? Asik, pajak jangan lupa ya, adikku!" Sewoon, kakak ketiga Jiyeon tampak sangat santai mengatakannya.

Jiyeon terasa seperti tersengat. Sewoon baru saja menyebutkan nama Renjun dengan jelas. Salah besar memang mempunyai kakak yang merupakan alumni dari sekolah sendiri. Terlebih lagi, kakaknya juga merupakan alumni ekskul paduan suara.

"Ooh sama si Renjun? Adeknya Sicheng kan? Selamat deh, dapet anak baik-baik!" Jaehyun menepuk-nepuk pundak adiknya.

"Enak aja lo pacaran. Gua tersinggung nih!" canda Hoseok. Memang kenyataannya, dia tidak mempunyai pacar.

"Siapa yang bilang gua pacaran sih? I'm young and free!" Jiyeon menatap kakaknya kesal. Tatapannya memancarkan ketidak sukaan, meskipun sekarang hatinya merasa berdegup.

"Udah gua kasih tau Sicheng kalo lu sama Renjun pacaran, nih."

Jiyeon langsung menendang Jaehyun tanpa ampun.

***

"Jadi, kamu udah pacar, Njun? Yang tadi kan?" tanya Sicheng frontal.

"Hah? Yang mana?" Renjun yang tengah minum tersedak.

"Yang tadi pulang keluarnya barengan sama kamu," kata Sicheng mengacu pada Jiyeon.

Tadi sore, Jiyeon dan Renjun memang kebetulan keluar bersamaan. Sicheng yang kebetulan ingin menjemput adiknya melihat mereka berdua.

Renjun yang teringat akan kejadian itu langsung memalingkan wajahnya. Ia berusaha keras menutupi pipinya yang memerah.

"Cie cie. Ternyata tadi yang di kantin itu pacar Kak Renjun?" sahut Chenle dari lantai atas.

"Ada apa nih?" Justin yang baru keluar dari kamar mandi menghampiri Chenle.

"Kak Renjun punya pacar! Ayo kita minta pajak jadian!" Chenle menarik tangan Justin dan membawanya turun.

Renjun menggelengkan kepalanya. Ia diam-diam kabur ke dapur sambil berjingkat. Sicheng yang berada di sampingnya entah mengapa tidak menyadarinya.

"Sialan. Sejak kapan gua jadi pacarnya Jiyeon? Males banget gua pacaran sama orang kayak begitu!

***
Next chapter:

  "Gua punya kabar tentang Renjun sama Jiyeon." Jaemin akhirnya duduk dan memberitahu mereka.  

***
A/n:

Mantap jiwa akhirnya bisa revisi juga uwuw! Btw, kalo tiba-tiba fanfiction ini gak update (GAK BAKAL LAMA KOK PASTI), berarti authornya lagi menyibukkan diri dengan urusan sekolah ya:')

Udah chapter 4 nih, gimana kesan-pesan kalian selama baca ini? 

Let's be honest ya HAHA. Comment aja okeh hehe. Mau ngasih kritik dan saran juga boleh, malah sangat amat dibutuhkan!

Well, okee see you on next chapter, bubaay~!

Chairmate | huang renjun✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang