8

3K 377 10
                                    

"Ini udah keseribu kalinya gua ngajarin, lu masih gak ngerti?" tanya Jiyeon sambil menatap lawan bicaranya.

"Enggak," jawab Renjun polos seraya menggelengkan kepalanya.

"Astaga." Jiyeon memegang kepalanya yang terasa sedikit pusing. Ia ingin saja menyerah untuk mengajarkan Renjun.

"Ya udah, kalo lo udah capek ngajarin gua, gua belajar sama Jeno aja." Renjun pun tersenyum tulus dan berjalan ke arah meja Jeno yang kini tengah ramai dihampiri oleh banyak laki-laki.

"Kalo gak ngerti juga, nanti gua ajarin lagi, deh," tawar Jiyeon kepada Renjun yang telah berada jauh darinya. Lawan bicaranya hanya tersenyum dan mengacungkan jempol.

Donghyuk yang tengah sibuk menulis, mengalihkan pandangannya ke Renjun dan Jiyeon. Ia pun terkikik pelan mengawasi kejadian tadi.

Jeno menangkap sinyal yang tak biasa dan menatap kembarannya. Setelah beberapa kali bertukar pandang, mereka pun tertawa.

"Kenapa sih?" tanya Jaemin yang baru mengangkat kepalanya sehabis menulis.

"Kepo lo," kata Donghyuk dan Jeno sambil tertawa dan tos. Berniat menyembunyikannya dari si mulut licin.

"Dih, parah!" protes Jaemin sambil menepuk paha Donghyuk yang duduk di sebelahnya.

"Lagian, mulut lo licin kayak lantai baru di-pel!" seru Jeno frontal sambil tertawa.

"Lah mending jadi bersih kan, emangnya lo? Mulut pedes kayak perusahaan sambel!" balas Jaemin yang kemudian melengkungkan bibirnya.

"Malah ribut. Udah tau bego, ya belajar. Minimal, kalo nanti nyontek masih ada ilmunya dikit," kata Renjun untuk membungkam teman-temannya.

Jaemin yang memang terkenal sebagai siswa anti belajar dan selalu menyontek hanya terkekeh. Anehnya, ia tidak tersindir.

"Baru kali ini gua liat orang yang gak kesindir. Padahal, udah jelas ngomongnya ke muka dia." Donghyuk menggelengkan kepalanya. Ia menatap heran Jaemin yang kini sedang antusias menulis.

Renjun yang kini tengah menjelaskan beberapa soal ke Jeno melirik ke arah Jiyeon. Terlihat dari netra coklat tuanya Jiyeon yang tengah membaca buku dengan serius.

Ia tak dapat mengalihkan pandangannya dari perempuan bersurai redwood yang menyandang status teman sebangkunya itu.

"Woy, kesetanan ya?" Jeno menepuk pundak Renjun yang termenung.

Renjun terkesiap dan menggelengkan kepalanya cepat, mencoba menghilangkan pikirannya tentang Jung Jiyeon.

"Ngeliatin orang mulu bisa bikin orang bego, Njun," canda Jaemin setelah ia mengerti sindiran Renjun. Sangat telat memang.

"Telat ah lo balesnya. Dasar lemot," Donghyuk berkata pedas dan tajam, setajam silet.

"Kenapa ya gua salah mulu di mata orang? Hadeh."

"Makanya, jangan kebanyakan modusin Hina!"

"Gak ada hubungannya!"

***

Jiyeon saat ini sedang menyantap cemilan yang ia beli di salah satu kedai di kantin. Ditemani dengan Hina dan Siyeon yang juga sedang makan.

"Eh, gua mau cerita." Jiyeon memecah suasana hening di antara ketiganya.

"Apaan? Jangan bilang lu lagi naksir sama seseorang?" tebak Siyeon sambil menunjuk kawannya dengan sumpit.

"Doi baru nih! Akhirnya setelah sekian lama, terharu gua!" Hina mencoba memeluk Jiyeon yang disambut dengan pukulan.

Chairmate | huang renjun✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang