"Kayaknya, rencana kita bakal jadi sukses besar, Kak!" suara tawa terdengar dari kedua sisi.
"Bagus, lu tetep harus lanjutin rencana ini! Lu yang ngipasin, dan gua yang siap jadi bakarannya! Permainan kayak gini, seru juga ya?" ucap seorang perempuan dari seberang.
"Hati-hati aja, Kak. Lu tau kan kalo backing mereka banyak banget? By the way, bayaran gua apaan nih?" suara pertama mengutarakan pertanyaan.
"Gampang itu mah. Kita liat dulu kalo rencananya berhasil, langsung gua kasih."
"Gua tunggu janji lu, Kak." Telepon pun ditutup.
***
"Woy, Renjun! Temenin gua ke perpustakaan, yuk!" ajak Jiyeon kepada teman sebangkunya yang tengah bermain game.
"Ngapain?" tanya Renjun sambil menekan tombol back tanda menyudahi permainannya.
"Mau nyari buku bacaan. Kalo gak dapet, gua mau numpang internetan disana," kata Jiyeon sambil tertawa pelan.
Renjun ikut tertawa. Tidak disangka, teman sebangkunya memiliki pikiran yang mirip dengan dirinya. Ia pun mengikuti langkah Jiyeon yang sudah lebih dulu pergi.
"Wih, udah tobat nih? Apa jangan-jangan Renjun beneran abis nembak Jiyeon?" celoteh Donghyuk yang tengah berdiri di depan kelas.
"Parah sih, gua ditinggal jadi jomblo! Renjun, mana janji lo gak mau pacaran? Dusta lo!" seru Jinyoung sambil tertawa. Benar-benar tidak biasa.
Renjun memutar bola matanya dan menengok. Ia berteriak ke arah Donghyuk dan Jinyoung, "Sembarangan aja, kutu beras!"
Jiyeon yang berada di depan Renjun berhenti dan membalikkan badan. Saat melihat muka Donghyuk dan Jinyoung yang terlihat skak-mat, ia tertawa.
"Kok lu jadi receh gini sih, Njun? Ketularan siapa?" Jiyeon kini melangkah beriringan dengan Renjun.
Renjun hanya tertawa. Laki-laki satu ini juga tidak tahu datang darimana lawakannya beberapa hari ini. Selama ini, ia dikenal sebagai anak yang pendiam, terkadang dingin, dan juga sedikit garing. Apa yang membuatnya berubah?
"Malah ketawa, kayak orang gila tau gak?" Jiyeon melanjutkan tawanya sambil menepuk pundak Renjun berkali-kali. Sudah menjadi kebiasaan Jiyeon jika tertawa, ia harus menepuk dirinya sendiri atau orang lain.
"Sesama orang gila jangan saling ngatain!" kata Donghyuk dari kejauhan. Jinyoung yang menyaksikan ikut tertawa dan berseru-seru tidak jelas.
"Kasian gua sama Jinyoung. Kenapa ya mesti main sama Donghyuk? Jinyoung udah bener kalem, kalo main sama Donghyuk nanti terkontaminasi otaknya," kata Jiyeon sambil tertawa untuk kesekian kalinya.
"Woy! Gua masih denger ya!" seru Donghyuk saat mendengar namanya disebutkan.
Renjun dan Jiyeon yang telah puas tertawa akhirnya melanjutkan perjalanan mereka ke perpustakaan sekolah yang terletak di gedung seberang sekolah. Mereka berjalan beriringan sambil membicarakan banyak hal.
"Lu suka baca buku, Njun?" tanya Jiyeon tiba-tiba.
"Ya, lumayan sih. Emang kenapa?" jawab Renjun sambil menatap lurus ke depan.
"Cuman nanya."
Renjun yang tengah terdiam mengangkat alisnya perlahan begitu mendengar perkataan Jiyeon. Menurutnya, itu adalah hal yang sangat tidak biasa dari Jiyeon.
Setelah berjalan beberapa saat, mereka pun sampai di perpustakaan. Mereka berdua pun melepas sepatu dan masuk ke dalamnya, mereka juga mulai melakukan kegiatan masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chairmate | huang renjun✔
FanfictionJika ada satu kalimat yang cocok untuk menggambarkan kisah Renjun dan Jiyeon, itu adalah "Jauh di hati, dekat di mata." ? SNHS-00 Series 1/5