3

4.9K 568 28
                                    

"Jiyeon," Renjun memanggilnya halus dan pelan.

Jiyeon yang tengah menulis membalikkan badannya dan menjawab, "Iya?"

"Ini, buku lu." Renjun menyerahkan buku latihan biologi milik Jiyeon.

Jiyeon terkejut dan spontan menyambar buku yang dipegang oleh Renjun. Kemudian ia berteriak, "Tuh kan bener yang ngambil itu lo!"

"Heh, gua aja nemu di loker belakang! Enak aja gua yang ngambil! Jangan fitnah!" protes Renjun yang dibumbui oleh kebohongan. Mau bagaimana lagi, ia tak mau dimarahi habis-habisan oleh Jiyeon.

"Bener nih? Gak bohong kan lu?" Jiyeon memastikan sambil menatap Renjun dalam-dalam. Ia sudah siap untuk memukul Renjun dengan mengangkat bukunya tinggi-tinggi.

"Serius...," Renjun mengangguk kuat meskipun dalam hatinya ia tidak yakin. Ia menunduk, mengantisipasi akan pukulan Jiyeon yang terkenal keras.

Jiyeon pun menurunkan tangannya dan meletakkan bukunya di meja. Ia tersenyum, dan kemudian berkata, "Oke deh! Makasih ya, Junjun!" Jiyeon pun segera pergi.

Tepat pada saat itu, hati Renjun terasa berhenti sebentar. Ia kembali merasakan hadirnya ribuan kupu-kupu di perutnya. Bagaimana tidak, seorang Jiyeon yang biasanya seperti macan, baru saja memanggilnya dengan nama kecil.

"Njun, jangan. Jangan baper," gumam Renjun sambil menampar pipinya pelan. Ia pun memutuskan untuk kembali lagi ke dalam kelas. Tentu saja, dengan memasang tampang yang paling datar.

***

Jiyeon kini sudah berada di kantin lagi. Ia tengah membolak-balikkan buku latihan biologi miliknya. Tanpa ia sadari, ia menampar pelan pipinya sendiri.

Hina melihat tingkah Jiyeon yang aneh pun bertanya, "Kenapa lu?"

Jiyeon memandang ke arah kiri dan kanan, perlahan-lahan ia membisikkan sesuatu ke Hina, "Gua kasih tau, tapi lu jangan cepu ya."

"Apaan emang?" 

Jiyeon kembali mendekat ke telinga Hina. Ia sudah siap untuk menyalurkan kata-kata, tetapi tiba-tiba....

"HAAAAIII HINA JIYEOOON!" sapa Jaemin sambil melambaikan tangannya. Ia tidak datang sendiri, melainkan bersama kawan-kawannya.

Kali ini, mereka tidak hanya berempat seperti Renjun, Jeno, Donghyuk, dan Jaemin, melainkan ditambah kedua teman mereka dari kelas lain, Sanha dan Jinyoung. Mereka datang seperti rombongan pria-pria kelaparan dari gua. Memang begitu kenyataannya, tapi bedanya, mereka berasal dari kelas.

"Kenapa sih, kalian selalu ngerusak suasana?" Jiyeon protes. Bosan, hampir everytime everywhere ia diganggu oleh para lelaki itu.

"Astaga Sanha aja baru ketemu Jiyeon hari ini! Sanha salah apa?" Sanha cemberut dengan polosnya. Jinyoung yang kebetulan berada di sampingnya langsung menyenggol Sanha agar ia diam.

"Tujuan lo semua kesini, apaan?" Hina menatap satu persatu enam laki-laki itu. Entah mengapa, saat Jaemin ditatap, kedua belah pihak menyunggingkan senyuman malu-malu. Yang lain hanya menatap mereka berdua kebingungan.

"Main."

"Main di TK sana. Banyak noh. Lo mau main perosotan? Ayunan? Atau, mau gua puter-puterin sampe muntah darah?" Siyeon yang baru datang langsung menggebrak meja juga mengeluarkan kata-kata pedas.

Tercengang akan perkataan Siyeon, keenam lelaki itu terdiam. Mereka tidak menyangka akan kedatangan ratu dingin itu. Mereka berenam pun menyingkir dari hadapan para perempuan.

"Udah yuk, pindah meja aja," kata Renjun kalem. Sambil mendorong kawan-kawannya, ia melirik ke arah Jiyeon.

Saat ia melirik untuk kedua kalinya, Jiyeon pun juga tengah menatapnya. Perasaan itu kembali muncul di hati Renjun. Disaat yang bersamaan pula, mereka membalikkan wajah. Renjun merasakan pipinya yang menghangat, sementara Jiyeon hanya menahan senyumannya sambil menutup wajah.

"Yaudah, yuk pergi." Jeno menggiring kelima kawannya ke arah yang benar, yaitu penjual mie goreng. Meskipun pada akhirnya, mereka juga tidak akan melakukan hal yang benar disana. Pasti, mereka akan merusuh kembali.

Setelah kawanan itu berlalu, Jiyeon menatap ke arah Hina dan Siyeon. Dia tiba-tiba tersenyum, yang menimbulkan kebingungan di antara keduanya.

"Lo kenapa woy?" Hina entah mengapa tertawa lalu melanjutkan, "Gak jelas sumpah tiba-tiba senyum!"

"Senyum itu ibadah, Hin. Gimana sih," kata Siyeon dengan sedikit tertawa. Sepertinya, ia sudah meleleh sekarang.

Jiyeon menggelengkan kepalanya cepat. Dia menepuk pipinya lagi pelan. Ia merasa bodoh karena terus memikirkan kejadian tadi. Hina dan Siyeon kembali terheran-heran karena tingkah Jiyeon yang benar-benar tak biasa.

***

Jam pulang sekolah pun akhirnya tiba. Seluruh siswa pun berhamburan keluar kelas, tak terkecuali Jiyeon yang langsung pergi ke kelas Hina dan Siyeon yang terletak tepat di sebelah.

"Siyeon! Hina! Ayo padus!" ajak Jiyeon dari luar kelas sambil melambaikan tangannya. Hina dan Siyeon yang tengah mencangklongkan tas mereka langsung pergi keluar kelas.

"Mereka doang yang diajak, kita engga? Oke!" ujar seseorang dari belakang mereka secara tiba-tiba. Sesuai dugaan, itu adalah Sanha yang berada di kelas yang sama dengan Hina dan Siyeon.

"Apaan sih lo, dari tadi gak jelas banget." Siyeon melontarkan kembali kata-kata pedasnya. Jika seluruh perkataannya seumur hidup digabungkan, mungkin ia sudah membentuk perusahaan sambal sendiri.

Jiyeon hanya menggelengkan kepalanya saat melihat tingkah Sanha. Ia sudah terbiasa dengan kelakuan Sanha yang memang tidak jelas sejak dulu.

Mereka bertiga pun memutuskan untuk meninggalkan Sanha yang masih bergumam tidak jelas. Jinyoung yang berada di sebelah Sanha hanya menampar pipi temannya pelan, kemungkinan besarny adalah agar Sanha sedikit sadar.

Laki-laki dari kelas Jiyeon pun keluar dan segera menghampiri Sanha dan Jinyoung. Mereka kemudian bersandar di balkon depan kelas dan mulai berbincang.

"Sumpah ya, Njun. Lu kenapa sih dari tadi?" Jaemin menyinggung tingkah Renjun yang sedari pagi memang terlihat aneh.

Renjun termenung. Ia tak menyadari pertanyaan Jaemin yang jelas-jelas berada di sampingnya. Ia tersadar saat Jaemin memanggilnya.

"Tuh kan bengong. Mikirin siapa sih?" Jeno ikut merasa penasaran akan tingkah Renjun. Ia ikut bertanya.

"Woy yang di atas! Renjun! Donghyuk! Sanha! Jinyoung! Turun sini padus! Telat lagi lo semua, hah?" seru seseorang dari bawah. Ia berkacak pinggang sambil menunjuk-nunjuk mereka berempat.

"Sialan. Kita pasti dihukum lagi! Ayo, turun!" Renjun pun menarik kawan-kawannya yang tadi turut disebut untuk turun ke tempat latihan paduan suara.

***

Next Chapter:

  "Yaudah, lo semua keluar sana! Gak butuh kita orang yang kalo dateng latihan lama! Kita disini butuhnya orang yang mau serius, yang kalo latihan bener-bener semuanya ikutan dari awal!"

***

A/n

Hei guess who's back:3

Sumpah hampir lupa upload HUHU MAAPKAN DAKU. Ini sebenernya revisi kejar tayang karena kemaren-kemaren gak sempet bcs UTS waw hih nanges.

Jangan lupa vomment ya g e n gs. Thank youuu<3

Chairmate | huang renjun✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang