11

2.3K 317 27
                                    

Hari demi hari, bulan demi bulan pun berlalu. Pada tiap waktu itu juga, Chani dan Jiyeon terlihat semakin dekat dan dekat.

Dan Renjun, pria miris yang duduk di sebelah Jiyeon hanya dapat menatap nanar jika ia melihat keduanya sedang berdekatan dan mengobrol.

Renjun termangu di atas mejanya. Pikirannya yang kosong membawanya menuju kesedihan. Berkali-kali ia melirik ke arah kursi di sampingnya yang kosong.

Pria berambut coklat gelap itu mengembuskan napas. Ia berulang kali menggelengkan kepalanya demi menghilangkan perasaan itu.

"Baru mulai, udah ketikung. Sedih amat perjalanan cintamu, Huang Renjun." Berbicara sendiri, itulah cara dirinya untuk menenangkan hati serta pikiran. Meskipun terlihat sedikit gila.

Dari kejauhan, Jeno menatap kawannya sedari tadi. Dengan penasaran, ia mendatangi dan duduk di sebelah Renjun.

"Injun, you okay?" tanya Jeno menyamakan dirinya dengan Renjun yang kini tengah tiduran di meja.

"Mungkin, enggak." Renjun tersungkur di mejanya.

Jeno tersenyum pahit melihat orang di hadapannya ini tampak begitu tidak bersemangat. Ia merangkul pundak kawannya.

"Njun, jangan dulu menyerah sebelum berperang. Percaya sama gua, pada akhirnya yang terbaik akan menang," pesan Jeno sambil menepuk pundak kawannya. Ia pun pergi kembali ke tempat duduknya.

Sebanyak apapun pria dingin itu memberi motivasi, sebanyak apapun dukungan dari orang di sekitarnya,

Renjun akan tetap merasa kehilangan salah satu bagian dari hatinya.

***

Chani mengulurkan sebuah es krim rasa coklat pada Jiyeon. Sang penerima pun tersenyum dan membuka bungkusnya.

"Tuh kan, katanya bentar lagi lomba, tapi sekarang malah mau makan es krim, dasar bandel!" Chani mencubit hidung perempuan di hadapannya itu iseng.

Jiyeon terkekeh dan melahap makanannya. Ia berkata, "Gak apa-apa bandel dikit. Ketuanya juga gak peduli-peduli amat. Asal pas lomba bisa bagus mah dia santai aja."

Chani ikut tertawa. Semakin banyak rencananya yang memiliki tanda ceklis. Usahanya tidak sia-sia, ia berhasil menggaet Jiyeon semudah itu.

"Chan, gua mau nanya." Jiyeon memandang Chani tiba-tiba.

"Kenapa?" Chani mengalihkan perhatiannya ke pujaan hatinya itu.

"Apa alasan lu baik banget sama gua? Kita kan dulu gak kenal-kenal amat."

Chani terkesiap. Ia mengedarkan pandangan ke berbagai tempat, pura-pura berpikir, padahal ia sedang bingung ingin menjawab apa.

Setelah menemukannya, ia menjawab, "Gua pengen deket sama lo dari dulu."

Jiyeon mengangkat satu alisnya. Ia setengah tak yakin dengan perasaan Chani itu.

"Kenapa gak nyoba dari dulu aja?" Jiyeon mencoba untuk memastikan.

Chani menarik napas dan berkata, "Gua menunggu saat yang tepat, biar bisa mengutarakan perasaan gua dengan cepat."

Jiyeon yang tengah menatap Chani terkejut mendengarnya. Ia segera memalingkan wajahnya yang entah mengapa bersemu merah.

Chani menyeringai. Sebentar lagi, ada bagian rencana terbesar yang akan dia selesaikan.

***

"Njun," panggil Jiyeon pelan.

Netra hitam itu menatapnya lemah dan menjawab, "Kenapa?"

"Lu kenapa sih akhir-akhir ini?" Selamat, penghargaan orang paling tidak peka sangat pantas untuk disandangkan ke Jiyeon.

Chairmate | huang renjun✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang