Jarak yang terasa makin jauh itu ia lalui dengan langkah gontainya. Sudah beban tas yang berat, beban pikiran dan hati juga turut menambah. Ia bisa menggila saat ini.
Tanpa ada pelindung seperti payung, Renjun menembus hujan tak peduli akan kesehatan dan seragamnya. Ia terus memikirkan kejadian yang baru saja ia lihat dengan mata kepalanya sendiri.
Bagaimana bisa seorang Jung Jiyeon menerima Kang Chani yang notabene dikenal sebagai bad boy di sekolahnya? Tidakkah Jiyeon mendengar semua desas-desus mengenai alasan Chani ingin mendekatinya?
Lelaki bersurai coklat tua itu menghentikan dirinya di sebuah halte bus, hendak meneduh sejenak dan menunggu kakaknya, Sicheng untuk menjemput. Tepat saat dirinya mendudukkan diri, ia menitikkan satu air mata.
Banyak orang bilang, tangisan itu menunjukkan seseorang bahwa ia bukan pria yang sesungguhnya. Padahal, menangis adalah salah satu cara untuk meluapkan emosi yang sebenarnya. Tidak ada namanya meluapkan emosi melalui hal buruk seperti merokok, clubbing, dan lainnya.
Beberapa saat setelah Renjun berhasil mengusap bulir-bulir yang mengalir dari pipi kurusnya, Sicheng datang dengan hanya memakai helm dan jaket. Ia memberikan helm kepada Renjun dan bergumam tidak jelas.
Renjun mengangguk seolah-olah paham. Ia menduga, kakaknya berkata agar cepat naik ke motor untuk segera pulang. Dan, dugaannya itu benar. Begitu Renjun menaiki motor, mereka melesat pergi.
***
Jiyeon tersenyum sambil menyerahkan helm milik Chani yang baru saja bertengger di kepalanya tadi. Ia mengatakan, "Terima kasih banyak buat hari ini, Chani!"
Chani mengambil helm itu dan balik tersenyum pada perempuan yang telah resmi menjabat sebagai kekasihnya itu. Setelah berpamitan, ia kembali ke rumahnya buru-buru.
Langkah Jiyeon terasa amat ringan saat ini. Seumur hidupnya, ini adalah yang pertama kalinya ia berpacaran. Bisa dibilang, dia ini rookie. Perempuan bersurai redwood itu melangkahkan kakinya ke dalam rumah.
"Aku pulaang!" seru Jiyeon disambut dengan balasan dari ketiga kakaknya yang selalu duduk di sofa, menunggu satu-satunya adik mereka pulang dari sekolah.
"Ada apaan nih? Kok kayaknya seneng banget?" Hoseok segera merangkul adiknya dan mengusap kepala adiknya itu perlahan.
"Ini juga apaan nih? Sekuntum mawar merah? Asik dangdutan!" Sewoon mulai bergoyang tidak jelas. Mari kita memaklumi tingkah kakak termuda Jiyeon ini.
"Bukan! Kak Sewoon receh banget deh," Jiyeon tertawa renyah melihat kakaknya yang menggila.
"Dikasih sama siapa?" tanya Jaehyun tanpa basa-basi.
"Ada deh." Jiyeon melepaskan dirinya dari Hoseok dan cepat-cepat berlari ke kamarnya untuk menghindari pertanyaan.
"Dari Renjun yaa?!" seru Sewoon yang masih setia berjoget.
Seketika, langkah Jiyeon berhenti tepat sebelum ia membuka pintu kamarnya. Nama itu lagi yang terdengar di telinganya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Chairmate | huang renjun✔
FanfictionJika ada satu kalimat yang cocok untuk menggambarkan kisah Renjun dan Jiyeon, itu adalah "Jauh di hati, dekat di mata." ? SNHS-00 Series 1/5