15

2.2K 301 21
                                    

Renjun menatap Jiyeon dari jok depan. Berulang kali ia mencoba untuk mendengarkan bisikan cerita para tiga perempuan, namun gagal.

"Ngapain?" tanya Jeno yang sedang mengendarai mobilnya dengan serius.

"Nguping."

"Udah selesai woy! Lo gak liat tadi si Jinyoung langsung bernafas lega pas kita jalan pulang? Mukanya dari pucet jadi cerah?" cerocos Jeno sambil mengetuk-ngetuk setirnya.

"Emang gak boleh?" Renjun bertanya dengan nada polos. Ia menatap lurus ke depan, menunggu jawaban.

Jeno kesal, ia menyentil dahi Renjun sambil masih menyetir mobilnya. Ia berkata, "Bingung gua, pinter doang tapi otaknya diskonan!"

Siyeon, Jiyeon, Hina, dan Donghyuk yang duduk di jok paling belakang tertawa mendengar kalimat Jeno barusan. Mereka tampak jauh lebih cerah dibanding situasi beberapa saat lalu tadi.

"Yeon, fix diputusin?" Siyeon menggenggam erat tangan temannya yang masih terasa dingin itu.

"Pasti! Gua putusin urat nadinya juga asik nih," canda Jiyeon pura-pura mengiris nadi tangan. Gelak tawa terdengar lagi di mobil itu.

Berbagai lelucon terlontar dari mulut-mulut mereka untuk menghibur Jiyeon. Tentu saja, semakin kencang gelak tawa yang terdengar. Apalagi, saat Donghyuk yang melawak.

Belum genap sepuluh menit, tibalah mereka di rumah Jiyeon. Kelimanya turun dari mobil, diikuti dengan datangnya dua motor lain yang berpenumpang Jinyoung di motor Sanha, dan Jaemin sendirian.

"Weh lur, kok gua sendirian sih? Jahat ah!" protes Jaemin usai menaruh helmnya di stang motor.

"Ya gak apa-apa. Daripada lo modus ke Hina."

"Sialan Sanha. Kok lo tau modus gua sih?" Jaemin tertawa dan menendang betis Sanha.

"Sakit, ah!" Sanha meninju pundak Jaemin pelan.

Belum sempat membuka pagar, tiba-tiba Hoseok telah menyapa mereka. Ia bingung akan keberisikan yang terjadi di luar, maka itu ia memutuskan untuk menengoknya.

"Buset, rame amat. Ada apaan nih?" Hoseok kebingungan.

"Nanti di dalem gua jelasin, Kak. Okeh?" Jeno mengangkat jempolnya dan menarik Hoseok ke dalam.

Heran, rumah siapa, yang masuk duluan siapa.

Delapan anak lain itu memasuki rumah Jiyeon tanpa malu-malu. Disambut oleh Jaehyun dan Sewoon, mereka langsung duduk melingkar di ruang tamu Jiyeon.

"Ada apaan nih? Mau kerkel?" tanya Jaehyun sambil menghidangkan biskuit dan cemilan lainnya.

"Mau cerita serius. Soal Jiyeon sama Chani," ungkap Renjun sambil menatap ketiga kakak Jiyeon.

Sewoon terperanjat. Ia menghembuskan napasnya dan segera mendekati Jiyeon, ingin melindungi adik tersayangnya itu.

"Chani mana? Kang Chani adeknya Taeyang?" Jaehyun memicingkan matanya dan nada berbicaranya meninggi.

"Iya." Renjun mengangguk.

Jaehyun meninju sofa yang didudukinya dengan sangat kencang. Emosinya meluap-luap, membuat Hoseok harus menahan adiknya sebelum ia bertingkah yang lebih jauh.

"Chani hampir aja merkosa Jiyeon, Kak. Tadi pas gua lagi pulang latihan dance, gua denger teriakan Jiyeon. Terus kebetulan aja Renjun lewat, gua kasih tau dia deh. Akhirnya kita semua nyelamatin Jiyeon," jelas Jeno sembari mengambil sepotong biskuit dan memakannya.

Dugaan Sewoon benar. Pria itu memeluk adiknya dan membuat kepala adiknya bersandar di pundak miliknya. Ia mengelus-elus puncak kepala adiknya, khawatir.

Chairmate | huang renjun✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang