Chapter 2

730 101 0
                                    

Title : A Present From Heaven
Main Cast : Kim Myungsoo, Bae Suzy.
Genre : Romance.
Author : Monita a.ka Kim98happyend
A/N : All cast is important FF ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama, tokoh, tempat, kejadian, dan isi cerita itu hanya kebetulan Semata.
Disclaimer : Cast bukan milik author. Disini author hanya meminjam nama mereka untuk keperluan cerita semata. FF ini Pure dari Imajinasi Author. Siapapun yang baca ff ini harus dan wajib meninggalkan jejak, jangan jadi pembaca gelap atau pembaca misterius. Typo harap dimaklumi. Jika ada data Pribadi Cast yang dirubah, harap dimaklumi. It's FF right !!!
No Bash
No Copas
No Silent
Happy Reading !!!

Suzy menyeruput kopinya kemudian menyendok kue coklat yang ada didepannya dan memasukkannya kedalam mulutnya dalam diam. Myungsoo hanya menatapnya sambil menyesap kopinya dengan pandangan sendunya.
"Apa kau tak lelah menatapku?." Tanya Suzy mengangkat kepalanya dan menatap Myungsoo.
"Aku tak tau harus mengatakan apa." Jawab Myungsoo.
"Bersikaplah seperti biasa dan lupakan kejadian itu. Kau baik-baik saja saat membantuku seminggu yang lalu. Kau bahkan bisa berbicara dengan lancar dihadapanku. Seperti tak tahu jika aku kecewa padamu." Myungsoo semakin tak bisa berkata-kata dan lidahnya serasa kelu.
"Aku bilang aku akan mentraktirmu sebagai balasan kebaikanmu kemarin. Tapi kau malah membawaku ke cafe seperti ini." Ucap Suzy lagi.
"Aku tak tau restoran manapun." Balas Myungsoo menaruh gelas kopinya diatas meja dengan pelan. Suzy tak membalasnya dan masih sibuk menyendok kecil kue itu.
"Apa kau tak mau mengatakan apapun? Bukankah banyak yang ingin kau katakan. Aku akan pergi setelah kue ini habis." Ucap Suzy. "Dan kau tau kueku sudah mau habis."
"Bagaimana keadaanmu?." Tanya Myungsoo.
"Aku hanya sedikit banyak pikiran dan lelah. Tapi apa pedulimu?." Tanya Suzy balik.
"Kita sudah tidak bertemu selama 6 tahun." Jawab Myungsoo.
"Benar, ini sudah 6 tahun. Tapi kenapa kau hanya bisa mengatakan itu." Ucap Suzy.
"Karena kau selalu menyergahku. Membuatku semakin merasa bersalah." Balas Myungsoo.
"Lakukan seperti kemarin, seperti tak terjadi apa-apa. Aku tau aku membuat suasana tegang ini, tapi seharusnya kau mendinginkannya seperti biasanya." Ucap Suzy.

————–|||——————-
"Jebalyo, aku akan kembali setelah meminum sebotol soju." Ucap Kakek tua itu merengek.
"Andwaeyeo. Jinja andwaenikayeo." Ucap Nayeon berusaha keras menarik kakek itu agar kembali ke bangsal mereka.
"Wah, sepertinya dia sangat kuwalahan." Ucap Juhwan.
"Geurae. Mereka sangat merepotkan, selalu keluar tanpa ijin, meminta makanan lebih dan merengek." Balas Minyoung.
"Apa mereka tak bisa merasa bersyukur bisa dirawat disini." Ucap Juhwan.
"Kenapa kalian tak mengeluarkannya saja. Bukankah mereka sudah melanggar protokol rumah sakit." Ucap Suzy.
"Bukan itu maksud kami." Ucap Juhwan.
"Sunbae, wae yeogiseoyeo. Apa UGD akan baik-baik saja jika ketuanya ada disini?." Tanya Suzy lagi.
"Aku baru mau pergi makan siang." Ucap Juhwan.
"Sikap mereka itu lebih baik daripada pasien yang hanya ingin menyerah dan mengakhiri hidup mereka. Setidaknya mereka masih ingin tetap hidup di dunia ini. Mereka pasien yang membutuhkan. Mereka kekurangan jadi bantu mereka seperti keluarga kalian." Ucap Suzy.
"Hey, apa kau sudah bukan robot lagi?." Tanya Juhwan.
"Jangan bercanda. Aku hanya berkata bijak." Jawab Suzy kesal.
"Keundae, kau sudah menemukan namja?." Tanya Juhwan.
"Aku sudah menyerah." Jawab Suzy menghela nafasnya.
—————|||——————
Myungsoo berbaring di tempat tidurnya sambil menonton televisi. Ia sudah di telfon oleh rumahnya ribuan kali tapi ia enggan menjawabnya. Secara tidak langsung menolak hadiah yang menurutnya kekanakan.
"Aku benar-benar takut jika mereka tiba-tiba memberitahuku kalau aku akan menikah minggu depan." Ucap Myungsoo bergidik mengingat kelakuan keluarganya yang terbilang ekstrim.
"Apa yang sedang dilakukan Suzy sekarang?." Gumamnya.
—————–|||—————–
Juhwan dan Minyoung duduk di kantin karyawan sambil membahas pasien dengan keluhan pneumonia yang ditangani di UGD kemarin. Minyoung tampak mengangguk mendengarkan cerita Juhwan yang sangat serius.
"Suzy sunbaenim menceritakannya pada anda?." Tanya Sungjae berdiri dibelakang Juhwan.
"Aku mendengarnya dari perawat yang ada bersamamu." Jawab Juhwan.
"Jalmeotaesseoyeo." Ucap Sungjae duduk diujung meja menghadap keduanya.
"Itu biasa terjadi pada anak magang. Aku tak akan memarahimu karena Suzy sudah membelamu." Ucap Juhwan keceplosan.
"Ketua." Ucap Sungjae terkejut.
"Ia membelamu. Ia mengatakan bahwa kau berbakat namun kau hanya sedikit kekanak-kanakan. Aku tak akan menghancurkan evaluasi magangmu, aku bukan ketua UGD yang jahat. Kau beruntung bukan Suzy yang menjadi pembimbingmu. Jika iya, meskipun ia membelamu ia tetap akan menuliskan apa yang dilihatnya." Ucap Juhwan.
"Dia akan mengatakan bahwa ia mengikuti protokol rumah sakit." Tambah Minyoung.
"Gomawoyeo." Ucap Sungjae lega.
"Keundae, aku memiliki pertanyaan." Ucap Sungjae lagi.
"Mwoga?." Tanya Juhwan.
"Anda sudah mengenalnya cukup lama?." Tanya Sungjae.
"Eoh, dia sudah ada di rumah sakit ini selama 6 tahun." Jawab Minyoung.
"Apa dia dokter yang aneh?. Psikopat atau semacamnya. Atau dia peneliti?." Tanya Sungjae. "Dan lagi, apa ia punya ilmu supranatural hingga ia bisa awet muda?."
"musun." Jawab mereka heran dengan pertanyaan konyol Sungjae.
"Ada sesuatu yang mencurigakan darinya. Ia seperti wanita biasa saat diluar tempat pengobatan. Tapi saat ia ada dihadapan pasien, ia berubah seperti iblis yang menghidupkan kembali orang mati disaat dokter lain menyerah untuk melakukannya. Tidakkah itu menakutkan." Ucap Sungjae heboh.
"Dia tidak aneh, dia hanya mengisi otaknya dengan baik dan dia mengabdikan hidupnya di rumah sakit." Balas Juhwan.
"Dia itu bukan manusia, tapi robot yang bisa melakukan semuanya. Dia bukan peneliti atau cenayang seperti yang kau pikirkan. Dia hanya terlahir dengan otak yang encer" Tambah Minyoung.
"Jal meoreugaesseo." Ucap Sungjae bingung.
"Usiamu berapa sekarang?." Tanya Minyoung.
"25 tahun ( Pake usia korea ). Waeyo?." Tanya Sungjae.
"Dia usia berapa biasanya seorang dokter magang?." Tanya Juhwan balik.
"Tentu saja diantara 23-25 tahun." Jawab Sungjae menatap Juhwan aneh.
"Dia melakukannya saat dia berumur 21 tahun." Ucap Minyoung.
"Benarkan, dia itu jenius. Aku tau itu." Ucap Sungjae heboh.
"Keugo aniya, IQ-nya bahkan tak setinggi itu. Tapi ia menggunakan otaknya dengan baik." Balas Juhwan.
"Keundae, jika dia sudah magang dirumah sakit. Bukankah itu berarti dia lulus SMA saat usia 17 tahun ( Usia korea ). Maldo andwae." Ucapnya.
"Dia mempelajari banyak hal dalam hidupnya. Itulah kenapa saat ini ia bisa menjadi dokter yang hebat diusianya saat ini. Hanya saja ia sedikit ceroboh dan sering melanggar protokol rumah sakit." Balas Juhwan.
"Itulah kenapa ia selalu ingin mematuhi protokol rumah sakit agar bisa menertibkan dirinya sendiri." Tambah Minyoung.
"Wah, dia benar benar luar biasa. Tidakkan berarti umurnya sekarang 27 tahun. Wah, daebak." Ucap Sungjae tak bisa berhenti kagum.
"Dia ahli bedah, dia menguasai psikiatri dan ia juga mengerti hematologi." Ucap Minyoung.
"Anda juga sudah mengenalnya cukup lama?." Tanya Sungjae.
"Tentu saja, dia magang saat aku baru setahun resmi bekerja disini. Dan diusiannya itu banyak dokter lain yang menganggapnya aneh. Jadi ia hanya berbicara denganku saja. Karena hanya aku yang usianya tak begitu jauh dengannya." Jawab Minyoung.
"Wah, berarti dia berteman dengan orang-orang tua ya." Gumam Sungjae.
"Apa katamu?." Tanya mereka tak terima.
"Berapa perbedaan usia kalian?. Partner kalian bahkan usianya seperti adik kalian sendiri." Jawab Sungjae.
"Ia bahkan 2 tahun lebih muda dari adikku." Ucap Juhwan yang 7 tahun lebih tua dari Suzy.
"Suzy sunbaenim pasti bosan bergaul dengan orang tua. Kasihan sekali dia." Ucap Sungjae kemudian memakan makanannya.
"Hey." Bentak mereka pada Sungjae.
"Aku akan menghancurkan evaluasi magangmu." Ucap Juhwan kesal sambil berdiri.
"Ketua." Rengek Sungjae memelas .
"Rubah dulu sikapmu itu. Dasar anak kecil." Ucap Juhwan dan berlalu pergi.
—————-||||———————
Suzy membaringkan tubuhnya di sofa ruangannya sambil memejamkan matanya. Ia baru saja menyelesaikan kerjanya dan ia belum tidur. Ia berpikir untuk pulang namun enggan karena takut jika harus melakukan operasi tiba-tiba. Tiba-tiba sebuah pesan masuk ke ponselnya.
"Bisa kita bertemu lagi sekarang?." Tulis Myungsoo disana.
"Aku sudah ada diluar." Pesan Myungsoo masuk lagi dengan cepat. Suzy menatapnya cukup lama kemudian bangkit dan berjalan keluar ruangannya. Berjalan keluar rumah sakit tanpa memikirkan apapun. Suzy melihat Myungsoo yang bersandar di mobilnya kemudian menghampirinya.
"Wae?." Tanya Suzy.
"Aku tau kenyataan bahwa kau tak mau menemuiku lagi, aku juga tau kau tak membutuhkan maafku lagi dan aku tau aku menjadi seorang pengecut karena tak bisa berkata-kata kemarin." Jawab Myungsoo menegakkan tubuhnya dan menatap Suzy.
"Berlainan dengan yang kau katakan bahwa kau baik-baik saja berada di dekatku." Ucap Suzy.
"Jadi aku memutuskan untuk melakukan seperti apa yang kau lakukan jadi bisakah kau makan bersamaku dan berbincang denganku sebelum aku kembali ke London?." Tanya Myungsoo.
"Apa kau tak akan menunjukkan dirimu lagi?." Tanya Suzy.
—————–.
Suzy yang duduk bersila didepan Myungsoo tampak mengerutkan keningnya bingung ketika mereka berada di restoran barbeque yang pernah mereka kunjungi 6 tahun yang lalu.
"Jangnan gata mwoeyeo? ( Apa kau bercanda )." Tanya Suzy.
"Sogogi beogeosipta." Jawab Myungsoo.
"Keundae wae yeogi?." Tanya Suzy lagi.
"Karena disini pertama dan terakhir kalinya kita makan bersama." Jawab Myungsoo.
"Juggullae?." Tanya Suzy.
"Aku sudah mati selama 6 tahun." Jawab Myungsoo.
"Sejak aku kembali ke Korea, aku belum makan dengan teratur dan aku selalu ingin pergi ketempat ini saat aku diluar negeri." Tambah Myungsoo.
"Kenapa kau menghilang?." Tanya Suzy.
"Kau tau saat itu aku sedang bermasalah dengan keluarga dan keluargaku kembali mengirimku ke luar negeri." Jawab Myungsoo.
"Apa mereka tak tahu jika putranya hampir membunuh seseorang dalam kecelakaan yang ia buat?." Tanya Suzy
"Mereka tak tau." Jawab Myungsoo.
"Tapi kau meninggalkanku begitu saja." Ucap Suzy menatap Myungsoo.
"Aku juga tak mau meninggalkanmu. Tapi aku tak memiliki pilihan lain." Balas Myungsoo.
"Seharusnya aku mematahkan kakimu sekarang dan bukannya makan bersamamu." Ucap Suzy.
"Kau memang seharusnya melakukannya." Ucap Myungsoo sambil menata daging di pemanggang itu.
"Haruskah aku mendorongmu kejalanan?." Tanya Suzy pada dirinya sendiri.
"Aigo, kau lucu sekali. Apa ini sapaan baik yang kau maksud waktu itu?." Canda Myungsoo sambil mengelus kepala Suzy.
"Ah, bukankah seharusnya sekarang kau memohon padaku agar melupakan kejadian itu." Ucap Suzy.
"Saat kemarin aku meminta maaf, kau bilang aku tak perlu meminta maaf karena kau tak memerlukannya." Ucap Myungsoo.
"Memang." Balas Suzy kikuk. "Jadi jika lain kali kita bertemu lagi."
"Aku akan tetap seperti ini dan aku tak akan bersikap seperti kemarin." Timpal Myungsoo.
"Dimana saja kau selama ini?." Tanya Suzy.
"3 tahun di Amerika dan 3 tahun di London." Jawab Myungsoo.
"Apa yang kau lakukan disana?." Tanya Suzy.
"Keunyang, bekerja disana-sini." Jawab Myungsoo.
"Beogeosipta." Ucap Myungsoo tiba-tiba.
"Mwo?." Tanya Suzy kaget.
"Korea tentu saja. Apa kau pikir aku akan mengatakan bahwa aku merindukanmu?." Goda Myungsoo.
"Untuk apa kau merindukanku. Lagipula aku bukan siapa-siapamu." Ucap Suzy.
"Bukan siapa-siapa?." Tanya Myungsoo sambil menoleh.
"Kau bahkan tak mengajakku berkencan." Jawab Suzy.
"Haruskah kita berkencan sekarang?." Tanya Myungsoo.
"Kau masih tidak bisa melucu." Jawab Suzy.
"Aku tak akan mengajakmu berkencan. Karena aku masih tau diri dengan perbuatanku." Ucap Myungsoo. "Lagipula kau tak menyukaiku."
"Tentu saja, aku hanya ingin pertanggungjawabanmu." Balas Suzy. "Tapi ini sudah cukup karena kau sudah menyadari perbuatanmu.
"Ini bisa dimakan sekarang. Jika terlalu matang ini akan terlalu keras." Ucap Myungsoo mengganti topik pembicaraan. Suzy menyumpit satu kemudian memasukkannya kedalam mulutnya.
"eum, matta." Ucap Suzy.
"Berikan padaku." Ucap Suzy meminta penjepit yang dibawa Myungsoo. Myungsoo kemudian menyumpit daging dan memakannya sementara Suzy membalik beberapa daging lain.
Suzy menjapit beberapa potong daging dan menaruhnya ke piring Myungsoo. Myungsoo menatapnya sekilas kemudian memakan dagingnya. Myungsoo kemudian membuat bungkusan daging dengan daun. Lalu memakan daging dengan daun bawang dan asinan lobak.
"Ini akan jadi pertemuan terakhir kita. Jadi makanlah yang banyak. Aku tidak membencimu, hanya saja lanjutkan saja kehidupan kita masih-masing." Ucap Suzy kemudian. Myungsoo tampak menarik nafasnya panjang.
."Kau masih ingat saat pertama kali kita makan daging direstoran ini?." Tanya Suzy tiba-tiba. Myungsoo hanya bergumam sambil mengunyah makanannya."Kau tak tau cara makan daging saat itu."
"Bahasa koreamu juga sangat buruk." Tambah Suzy sambil tertawa kecil.
"Kau juga heran karena aku memakannya seperti memakan steak." Balas Myungsoo.
"Lalu aku mengajarimu cara memakannya." Ucap Suzy.
"Kau tau sendiri aku dibesarkan di Amerika." Balas Myungsoo.
"Makanmu juga banyak." Ucap Suzy terkekeh.
"na namja." Timpal Myungsoo.
"Bogi jeopda jal meogneun keobonikka ( senang melihatmu makan dengan baik)." Ucap Suzy.
"Aku juga senang melihatmu tertawa." Balas Myungsoo.
"Kau terlihat seperti gelandangan yang belum makan selama seminggu." Ucap Suzy menatapi Myungsoo.
"Apa kau punya kemampuan supranatural?." Tanya Myungsoo.
"Kau memang belum makan selama seminggu?." Tanya Suzy sedikit terkejut.
"Aku hanya minum kopi karena tugasku banyak dan aku tidak berselera makan." Jawab Myungsoo.
"Kenapa kau kasihan sekali." Komentar Suzy.
"Keundae, apa ada mi di sini?." Tanya Myungsoo.
"Ramyeon itda." Jawab Suzy.
"Aku akan pesan. Sekalian ke kamar mandi." Ucap Myungsoo kemudian bangkit dari duduknya, meninggalkan Suzy yang hanya bisa menggelengkan kepalanya.
—————–.
Suzy tengah membalas pesan appanya yang mengatakan bahwa ia akan pulang jika minggu sudah berganti. Wajah Suzy yang awalnya sedikit kesal berubah menjadi sedikit berbinar ketika seorang pramusaji meletakkan panci ke atas pemanas dimejanya.
"Kenapa ia malah memesan kimchi jiggae dengan ramyeon?." Gumam Suzy sambil mengaduk mie itu.
Ia kemudian meraih mangkuk yang juga dibawakan oleh pramusaji tadi kemudian menyumpitnya kedalam mangkuk itu saat Myungsoo kembali dari kamar mandi. Myungsoo duduk dan mengecek jam yang ada di ponselnya.
"Gomawo." Ucap Myungsoo tiba-tiba sambil mengulurkan tangannya dan menerima mangkuk yang disodorkan Suzy.
"Na Meogeuryeodeon. Keundae... ( Aku bermaksud mengambilnya untuk diriku sendiri. Tapi...)." Ucap Suzy sambil mengedikkan kepalanya.
"Jalmeogeulkae." Ucap Myungsoo sambil tertawa kecil dan menyeruput mienya.
"Jja ( asin ) ke meogeo?." Tanya Suzy sambil mengambil kuah dari panci.
"ye ye." Jawab Myungsoo.
"Kau benar-benar makan dengan baik." Ucap Suzy.
"you take care of me a lot." Balas Myungsoo. "Aku jadi semakin merasa bersalah."
"Aku bilang kau tak perlu melakukannya. Aku sudah melupakan semuanya." Ucap Suzy.
"mul yeogiisseoyeo?." Tanya seorang pelanggan yang duduk disampingnya secara tiba-tiba.
"Yeogiseumnida." Jawab Suzy mengulurkan botol air itu.
"Kau bahkan peduli pada orang lain." Ucap Myungsoo.
"Kau yang tak peduli padaku." Balas Suzy. Myungsoo tampak tersedak dan menahan keterkejutannya sambil tersenyum tak percaya.
"Kenapa kau suka membully sekali." Desis Myungsoo.
"Kau juga melakukannya padaku." Ucap Suzy membela diri.
"Ireohkae mannaniji jinja johda. Aku sedikit lelah beberapa akhir-akhir ini dan aku bisa tertawa karena bisa membullymu." Ucap Suzy.
"Andwae, kau bisa merusak kerja jantungku." Ucap Myungsoo.
"Kau merusak moodku." Timpal Suzy dingin.
"Wae?." Tanya Myungsoo. "Membullyku lagi."
"Aku tak suka dengan sesuatu yang Cheesy seperti itu." Ucap Suzy.
"Ireon geo hajima." Ucap Suzy lagi.
"Wah, ini pedas sekali." Ucap Myungsoo mengganti topik pembicaraan.
"Jinja?. Ige gwencaneundwe." Balas Suzy.
"Neomu maewo." Ucap Myungsoo tertawa karena kepedasan. Suzy tak bisa menahan tawanya melihat tingkah Myungsoo yang sibuk mengelap keringatnya.
"Sangat pedas tapi tetap ingin terus memakannya. Kau tau maksudku kan?." Tanya Myungsoo.
"alji." Balas Suzy menuangkan air ke gelas Myungsoo.
"i yeojaneun neol saranghaji anha keundae neon saranghae. ( ada seorang yeoja yang tak menyukaimu tapi kau tetap menyukainya entah kenapa )." Ucap Myungsoo.
"I neukkim alji?." Tanya Myungsoo lagi.
"Ani, geureon jal meoreugesseo." Jawab Suzy sambil menggoyangkan tangannya.
"Kau melakukannya padaku dulu." Ucap Myungsoo tak terima karena Suzy tak sadar diri. Suzy tampak kehabisan nafasnya untuk tertawa.
"Keundae, keugo anine." Balas Suzy.
"Mwo?." Tanya Myungsoo terkejut.
"Opso. Aku tak bisa mengulang perkataanku." Jawab Suzy.
"Aku sudah selesai makan." Ucap Suzy lagi. "Aku yang akan membayarnya karena aku tak mentraktirmu dengan benar kemarin."
"Kawi bawi bo kajja." Ucap Myungsoo.
"musun naegi? ( untuk apa )." Tanya Suzy.
"Keunyang." Jawab Myungsoo.
"Kawi bawi bo." Ucap Suzy tiba-tiba. Suzy yang mengeluarkan gunting sedikit mengerucutkan bibirnya karena kalah dengan Myungsoo yang mengeluarkan batu.
"Aku akan menyelesaikan makanmu sebentar lagi." Ucap Myungsoo.
"Musun naegi?." Tanya Suzy lagi.
"Ayo keluar." Ucap Myungsoo. "Setelah itu minum kopi."
"Kopi?." Tanya Suzy.
"Aku harus minum kopi setelah makan. Membantu pencernaanku." Jawab Myungsoo sambil berjalan kearah kasir.
"Gyeoisaneun nuga? ( siapa yang bayar )." Tanya kasir itu.
"Jaega." Jawab Suzy dan Myungsoo bersamaan hingga berebut tentang hal itu.
"Gunakan kartu ini." Ucap Myungsoo menyodorkan kartu kreditnya dengan tangannya yang menghalangi Suzy.
"Gamsahamnida." Ucapnya kemudian dan mendorong Suzy keluar.
"Kenapa kau yang membayarnya?." Tanya Suzy.
"Gwencana, aku namja." Jawab Myungsoo. "Lagipula aku yang mengajakmu makan."
"Eolma?." Tanya Suzy sambil mengeluarkan dompetnya.
"Kalau begitu kau saja yang membelikanku kopi." Jawab Myungsoo merebut dompet Suzy.
"Kajja." Ucapnya sambil merangkul Suzy.
"Kenapa kau merangkulku?." Tanya Suzy dingin.
"Aku harus kembali ke London. Jadi biarkan perpisahan ini menjadi perpisahan yang berarti." Jawab Myungsoo.
"Jangan bersikap seakan aku akan menerimamu lagi. Aku sudah memintamu untuk melanjutkan hidupmu lagi." Balas Suzy. Myungsoo tertawa.
"Aku tahu, inilah kenapa aku harus menikmati saat ini." Ucap Myungsoo.
—————-||||———————
Suzy bersandar di kursi yang biasa diduduki oleh pasien gangguan jiwa yang melakukan konsultasi. Suzy tampak memejamkan matanya sambil sesekali menggoyangkan kursinya kekanan dan kekiri.
"Himdeuro?." Tanya Jieun.
"Ani, aku hanya butuh tidur. Aku tak bisa pulang lagi selama 2 hari." Jawab Suzy.
"Wae? Apa jadwal operasimu sangat padat?. Seharusnya kau membiarkan anak magang yang melakukan operasinya." Tanya Jieun.
"Seorang ahli bedah memang memiliki jadwal padat. Tapi bukan karena itu. Appaku akan datang ketika minggu berakhir dan minggu berakhir adalah hari minggu. Dan hari minggu itu besok." Jelas Suzy tampak pusing.
"Bahasa kalian belum berubah. Aneh." Komentar Jieun.
"Lalu bagaimana dengan namja itu?." Tanya Jieun kemudian.
"Siapa?. Namja yang kutemui waktu itu?." Tanya Suzy balik.
"Siapa lagi?. Hanya ada satu namja yang pernah kudengar. Kau kan tak pernah dekat dengan namja manapun. Pacarmu itu scalpel dan selingkuhanmu itu bovie." Jawab Jieun mengejek.
"Keunyang, mo. Hanya seperti itu." Jawab Suzy.
"Apa ia sudah menelponmu atau mengirimimu pesan?." Tanya Jieun.
"Aku pergi makan dengannya kemarin." Jawab Suzy.
"Kau tak memberitahuku lagi." Ucap Jieun kecewa. Suzy hanya tersenyum kikuk.
"Keundae, apa hubunganmu dengannya?." Tanya Jieun.
"Dia pernah hampir membunuhku sekali." Jawab Suzy.
"Apa maksudmu dengan itu?." Tanya Jieun kaget.
"Kau ingat tentang kecelakaan yang menimpaku 6 tahun yang lau?." Tanya Suzy.
"Tentu saja aku ingat." Jawab Jieun.
"Dia orang yang sama yang ada dalam kecelakaanku itu." Jawab Suzy.
"Apa maksudmu?. Kau jatuh kedalam danau itu sendirian." Ucap Jieun sedikit menahan suaranya.
"Aku tau kau mempelajari psikologi karenaku. Aku tau kau masih mengiraku tidak waras meskipun kau tau sendiri aku waras. Aku tidak berkhayal atau berbohong. Aku bersamanya saat itu." Ucap Suzy. Jieun menghela nafasnya panjang.
"Baiklah, ceritakan padaku." Ucap Jieun mencoba mengerti.
"Saat itu aku sedang bersamanya. Kami bertengkar dan ia membanting stirnya. Tapi kami tak tau jika ada mobil dari arah berlawanan. Setelah itu mobil kami terguling dan masuk kedalam danau itu. Setelah itu aku tak tau apa yang terjadi." Jelas Suzy.
"Tapi tak ada pasien lain disana. Hanya kau sendirian." Ucap Jieun sedikit tak percaya.
"Itulah kenapa saat aku terbangun kalian mengiraku orang gila karena menanyakan keadaan pasien yang bahkan tak ada. Tapi aku sudah tak memikirkannya, aku tahu dia dalam keadaan yang sulit sebelum kecelakaan itu terjadi dan dia tak memiliki pilihan lain." Balas Suzy. "Karena dia menyukaiku."
"Jika dia menyukaimu seharusnya dia ada disisimu. Kau pasti sudah menanyakan padanya kan kenapa ia meninggalkanmu?." Tanya Jieun yang entah kenapa tersulut emosinya.
"Saat itu ia memang sedang bermasalah dengan keluarganya dan kami pergi untuk memperbaiki suasana hatinya. Tapi kami malah bertengkar dan itu terjadi begitu saja. Dia dikirim kembali ke luar negeri oleh orang tuanya. Mungkin mereka tak tak tau jika anaknya hampir membunuh seseorang atau mereka tau tapi menutupinya. Tapi ia sudah menyesalinya dan sadar kalau seharusnya ia menolak perintah orang tuanya itu dan tetap bersamaku." Jawab Suzy.
"Apa kau menyukainya saat itu?." Tanya Jieun lagi.
"Ini tidak seperti aku menyukainya. Hanya saja ia memberi warna pada hidupku. Kau tau seberapa membosankannya hidupku." Jawab Suzy.
"Lalu sekarang?." Tanya Jieun lagi.
"Tidak, aku tidak tahu. Aku juga tak tau dengan perasaannya. Tapi aku jelas tau jika ia berpura-pura baik-baik saja berada didekatku. Begitu pula denganku." Jawab Suzy.
"Gwencana?. Pasti berat bertemu dengannya." Ucap Jieun memegang tangan Suzy.
"Aku tak berhak untuk marah karena itu sebuah kecelakaan dan aku tak berhak untuk baik-baik saja karena ia membuat kesalahan. Tapi aku malah marah padanya. tapi kemarin, bisa-bisanya aku bersikap akrab dengannya," Ucap Suzy. "Aku bahkan tak bisa menangis karena aku harus berpura-pura. Setidaknya aku tak akan bertemu dengannya lagi."
"Dia akan pergi?." Tanya Jieun. Suzy mengangguk pelan.
"Aku tidak tahu apa yang terjadi padaku jika aku akan bertemu dengannya lagi." Jawab Suzy.
—————–|||——————-
Myungsoo memarkirkan mobilnya didepan sebuah rumah besar yang tampak sepi itu. Ia kemudian membenarkan jasnya dan berjalan keluar dari mobilnya.
"Myungsoo." Seru seorang namja yang masih berada didalam mobilnya. Myungsoo menolehkan kepalanya dan menemukan seorang namja dengan setelan jasnya yang berjalan keluar dari mobil.
"Oh, Jin goo hyung." Balas Myungsoo.
"Hey, kau sudah tumbuh besar sekarang." Ucapnya merangkul Myungsoo.
"Ey, tentu saja." Ucap Myungsoo .
"Wae yeogisseo?." Tanya Myungsoo.
"Ah, hanya memberikan beberapa hal untuk halmeoni." Jawab Jingoo.
"Geurae." Balas Myungsoo mengerti.
"Ayo masuk." Ucapnya kemudian berjalan masuk ke rumah besar itu.
————–.
"Wah, aku sangat takut dengan hadiah apa yang akan diberikan Halmeoni." Ucap Myungsoo khawatir.
"Hadiah yang bagus. Tenang saja." Balas Jin goo
"Keundae hyung, apa kau belum juga menikah?. Bukankah sekarang usiamu sudah 40 tahun." Tanya Myungsoo.
"Hey, juggo?." Tanya Jingoo balik sambil mengacungkan kepalan tangannya didepan Myungsoo.
"Hahaha, aku bercanda hyung." Tawa Myungsoo.
"Aku menikah bulan depan." Ucap Jingoo berjalan dengan angkuhnya.
"Heol, aku tidak percaya." Ejek Myungsoo.
"Kau harus hadir. Jangan ke luar negeri lagi." Balasnya.
"Mian hyung, sepertinya aku tak bisa hadir." Ucap Myungsoo.
"Hey, neo." Ucapnya kesal.
"Aku tak tau bisa kembali ke Korea kapan lagi karena aku mendapatkan tawaran bagus di London." Balas Myungsoo.
"Kau tak akan pergi kemana-mana." Suara yang terdengar lembut tapi tegas itu mengagetkan mereka.
"halmeoni." Ucap mereka terkejut melihat halmeoninya yang berjalan dengan tongkat penyangganya.
"Bagaimana keadaan halmeoni?." Tanya Myungsoo meraih lengan halmeoninya dan berjalan bersamanya sementara Jingoo sudah terlebih dulu masuk ke ruang keluarga.
"Aku sudah tua, aku bahkan bisa merasakan sentuhan malaikat yang akan menyabut nyawaku." Ucapnya berjalan masuk bersama Myungsoo.
"Jangan seperti itu. Halmeoni masih sangat sehat dan cantik." Ucapnya.
"Aku tau kau mau membujukku setelah mendengarku mengatakan hal tadi." Ucapnya. Myungsoo memutar bola matanya kemudian duduk di depan Jingoo sementara halmeoninya duduk di kursi utama.
"Kau tak akan kembali ke London. Kau sudah cukup lama disana." Ucapnya.
"Tapi halmeoni yang mengirimku ke sana." Keluh Myungsoo.
"Aku tahu, aku membuatmu harus bekerja keras. Karena itu aku akan memberimu istirahat dan posisi di perusahaan." Ucapnya.
"Aku sudah sangat nyaman di London dan aku sudah mendapatkan pekerjaan dengan gaji besar disana." Ucapnya menutupi rasa frustasinya.
"Jin goo-ya. Kau sudah membawakanku berkasnya?." Tanyanya pada cucunya yang tertua itu.
"Ne." Ucapnya menyodorkan map itu. Halmeoninya meraih kacamatanya kemudian memakainya.
"Dia putri dari pemilik perusahaan besar di Kanada. Orang tuanya juga memiliki hubungan bisnis dengan appamu." Ucapnya membaca isi penting pada berkas pada map itu.
"Tunggu-tunggu." Ucap Myungsoo kebingungan. "Apa maksud halmeoni aku juga akan menikah?."
"Bukan menikah, hanya pertunangan. Jika kau menyukainya kau bisa menikahinya. Kau juga bisa menolak pertunangan ini." Ucap Halmeoni menatapnya sekilas kemudian membacanya lagi.
"Aku menolaknya." Ucap Myungsoo dengan cepat.
"Kau menolak hadiahmu begitu saja?. Dengarkan aku dulu." Ucap Halmeoni sedikit sakit hati.
"Ye, algeuseumnida." Ucap Myungsoo patuh.
"Orang tuanya adalah orang kanada." Ucapnya terputus lagi ketika Myungsoo menghentikannya.
"Aku tidak mungkin menikah dengan orang amerika." Tolak Myungsoo.
"Dengarkan aku dulu." Ucap Halmeoninya tegas sementara Myungsoo mulai merasakan pening dikepalanya.
"Orang tuanya adalah orang kanada yang berdarah campuran." Ucap halmeoninya.
"Half Korean." Gumam Myungsoo.
"Ibunya orang korea jadi dia orang korea asli." Ucap Jingoo
"Latar belakangnya bagus, ia juga menyelesaikan S2 dari sekolah yang bagus. Dia juga menguasai banyak hal dari mengurus financial, pekerjaan rumah, mengurus anak dan orang sepertiku.. Financial keluarganya juga bagus. Jadi dia tak memiliki apapun yang perlu dikhawatirkan." Ucap halmeoni menutup berkasnya. "Ia juga gadis yang mandiri karena ia tinggal sendirian di sini."
"Aku yang khawatir. Apa halmeoni berusaha menjodohkanku dengan wanita tua. Mana ada wanita muda yang memiliki kriteria seperti itu." Ucap Myungsoo.
"Kudengar dia memiliki banyak penghargaan dan ia seorang wanita pekerja." Ucap Jingoo mencoba menenangkan Myungsoo.
"Kau tak mau, aku bisa mencarikan wanita biasa kalau begitu." Ucap halmeoninya.
"Arrasseoyeo. Aku akan mempertimbangkannya jika sudah bertemu dengannya." Ucap Myungsoo menyerah.
"Kau tak perlu khawatir, gadis yang dipilihan halmeoni itu gadis baik-baik. Lihat saja aku, calon istriku bahkan setia dan mau menungguku meskipun aku baru mau menikahinya sekarang." Ucap Jingoo.
"Tapi halmeoni selalu gagal ketika mencoba menjodohkan Namu hyung." Komentar Myungsoo.
"Karena anak nakal itu hanya suka bermain." Ucap Halmeoninya. "Aigo, ia membuatku pusing." Halmeoni berjalan keluar dari ruangan itu.
"Keundae, ada apa dengan Woohyun. Kau tampak kesal." Tanya Jingoo.
"Dia tinggal diapartementku dan menjual mobilku untuk membeli mobil baru. Bahkan mobil yang kupakai sekarang adalah mobil sewaan." Jawab Myungsoo.
"Ah anak itu, pantas saja ia sekarang masuk ke rumahku dan tinggal dengan santainya. Padahal gajinya bahkan lebih dari sekedar cukup untuk membeli apartement mewah atau semacamnya." Ucap Jingoo.
"Dia hanya tak mau mengeluarkan uangnya untuk hal itu hyung." Ucap Myungsoo lelah dengan semua pembicaraan ini.
"Kau juga begitu. Kau bahkan membeli apartement dengan satu kamar." Komentar Jingoo.
"Ck, meskipun hanya satu kamar, apartementku cukup luas untuk kau gunakan bermain tenis hyung." Decak Myungsoo tak terima dengan penghinaan itu.
"Arra." Balas Hyungnya. "aku akan mengatur pertemuannya dan Kibang akan membantumu selama di sini."
"arrasseo." Timpal Myungsoo.
————–|||————-
Suzy berjalan keluar dari ruang istirahat karyawan sambil memijat lehernya yang terasa nyaman setelah tidur selama 2 jam.
"Aku mencarimu dari tadi." Ucap Siwan yang berjalan dari jalan yang akan dilewati Suzy.
"Ah, Oppa." Ucap Suzy sambil memasukkan tangannya ke saku jasnya.
"Kau baru bangun tidur?." Tanya Siwan berjalan disamping Suzy.
"Begitulah. Aku benar-benar hancur setelah pindah ke bangsal 12." Jawab Suzy.
"Bapmeoggeosseo?." Tanya Siwan.
"Ajig. Aku baru saja mau ke kantin." Jawab Suzy lagi.
"Kau kosong hari ini?." Tanyanya lagi.
"Ah, oppa. Kenapa kau bertanya terus." Keluhnya sementara Siwan terkikik.
"Aku turun jaga hari ini tapi aku tidak bisa pulang. Wae?." Tanya Suzy kemudian.
"Ani, kau mau makan denganku?. Aku tau restoran bagus didekat sini." Jawab Siwan. Suzy memincingkan matanya.
"Apa sunbae mencoba mendekatiku?." Tanyanya dengan bahasa formal.
"Jika kau mau, cepat gantilah baju dan makan bersamaku. Aku tak ada kerjaan untuk beberapa jam kedepan." Jawab Siwan.
"Aigo, dr. VIP memang memiliki banyak waktu luang." Ejek Suzy. "Tunggu aku diparkiran." Siwan hanya tertawa kecil kemudian berjalan ke arah ruangannya sendiri.
————.
"Anindaeyo." Elak Suzy berjalan disamping Siwan.
"Mana mungkin. Kau bahkan bisa diposisi ini di usiamu yang masih muda." Ucap Siwan.
"Injung. Aku setuju bagian muda." Kekeh Suzy.
"Steak disini sangat enak begitu pula tehnya." Ucap Siwan.
"Tapi ini restoran elit untuk pertemuan. Biasanya mereka harus memesan tempat dulu kan." Ucap Suzy.
"Aku sudah memesan tempat atas nama Im Siwan." Ucapnya.
"Ne, Deuleo usaeyeo." Ucap waitrees itu pada Siwan.
"Yoksi, kau penuh dengan persiapan." Ucap Suzy mengacungkan jempolnya.
"Suzy." Panggil seseorang. Siwan dan Suzy menghentikan langkahnya dan menolehkan kepalanya kearah bilik-bilik yang biasanya digunakan untuk pertemuan formal.
"Appa." Ucap Suzy sedikit terkejut. Suzy berjalan pelan menghampiri appanya dan meninggalkan Siwan yang masih berdiri kebingungan.
"Siapa dia?." Tanya appanya.
"Sunbae." Jawab Suzy.
"Kau menghindariku kan. Aku mencarimu di rumah dan hanya menemukan Jieun yang berbohong mengatakan kau sibuk di rumah sakit." Ucap Appanya.
"Ani, aku benar-benar sibuk." Elak Suzy.
"Jika kau sibuk bagaimana kau bisa ada disini dan bersama seorang namja. Hanya berdua." Tanyanya menekankan kata berdua.
"Saat aku tak dekat dengan siapapun appa marah tapi saat aku dekat dengan namja appa juga marah." Desis Suzy.
"Keadaannya sudah berbeda. Aku sedang membuat perjodohan untukmu dan kau tak boleh menolaknya." Ucap Appanya. Suzy tampak mendumel pelan.
"Annyeonghaseyo." Sapa Siwan dengan sopan.
"Ah, ini Im Siwan. Dia bekerja di bangsal VIP di rumah sakit." Ucap Suzy mengenalkannya pada appanya.
"Im Siwan-ragohamnida." Siwan mengulurkan tangannya dan disambut oleh appa Suzy.
"Kau sudah mengenal Suzy lama?." Tanya appanya.
"Ne, ini sudah 9 tahun." Jawab Siwan.
"Kau pasti mengenalnya dengan baik." Ucap appa Suzy. Namun Suzy tau maksud perkataan appanya itu. Ia kemudian meraih tangan Siwan dan membawanya sedikit menjauh.
"Mianhaeyo sunbae, sepertinya kita tak bisa makan bersama hari ini." Ucap Suzy menyesal.
"Aku mengerti. Pergilah dengan appamu. Sampai bertemu di rumah sakit." Ucap Siwan. Siwan kemudian membungkukkan badannya pada appa Suzy dan berlalu pergi.
"Senang mengenalmu Siwan-ssi." Ucap Appa Suzy.
"Sekarang apa?." Tanya Suzy dengan raut wajah kesalnya. "Botak."
"Jangan memanggilku seperti itu disini. Calon mertuamu bisa berpikiran buruk dan membatalkan perjodohan ini." Ucap appanya.
"Memang itu maksudku." Balas Suzy kemudian mengikuti appanya yang membuka pintu sebuah ruangan kecil itu.
"Maaf membuat anda menunggu." Ucap Appa Suzy membungkukkan tubuhnya. Diikuti Suzy yang juga membungkukkan badannya.
"Jangan dipikirkan." Ucapnya dan mempersilahkannya duduk. Suzy sedikit tercengang ketika mengangkat kepalanya.
"Komisaris." Ucapnya membelalakkan matanya. Sementara komisaris itu hanya menyunggingkan senyumnya

A Present From HeavenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang