Myungsoo menarik nafasnya panjang. Memegang gagang pintu apartemennya dan Suzy itu kemudian memejamkan matanya saat tangannya membuka pintu berwarna abu-abu itu. Dengan gugup melepas sepatunya dan berjalan masuk dan mendapati Suzy yang berjalan keluar dari dapur tersenyum padanya.
"Wasseo." Sapanya dengan senyum cerah. Berjalan kearahnya kemudian memeluknya.
"Mianhae, aku terlalu egois." Ucap Suzy lagi. Entah sudah berapa kali ia mengucapkan itu hari ini.
"Eoh, kopermu dimana?." Tanya Suzy heran Myungsoo tak kembali dengan pakaiannya.
"Dirumah." Jawab Suzy singkat. Tersenyum kecil.
"Haruskah aku menelpon nenek agar mengirimkan orang untuk mengantar kopermu?." Tanya Suzy merangkul Myungsoo kearah sofa.
"Aniya, gwencana. Kita tidak tau kapan kita akan bertengkar lagi." Jawabb Myungsoo gamblang.
"Kita akan bertengkar lagi?." Tanya Suzy sedikit tak terima dengan jawaban yang ia pikir tak dipikirkan terlebih dahulu oleh Myungsoo itu.
"Eoh. Kau akan marah padaku lagi." Jawab Myungsoo.
"Jadi kau sudah tau apa yang akan menjadi masalah lagi. Kenapa aku akan marah lagi padamu padahal kita baru saja berbaikan?." Tanya Suzy. Wajahnya sudah terlihat kaku, meskipun sebenarnya ia gelisah.
"Mianhae." Jawab Myungsoo.
"Katakan padaku." Pinta Suzy.
"Aku tetap akan kembali ke London. Kau tidak bisa mencegahku, tak ada yang bisa." Ucap Myungsoo.
"Aku tidak mau marah lagi untuk sekarang. Sampai operasi appaku, aku tak ingin membicarakan hal itu." Ucap Suzy sambil berdiri. Sok tegas dengan suaranya yang sedikit goyah.
"Kau sudah makan?. Aku baru saja membuat sup iga pedas." Lanjutnya sambil berjalan kearah dapur. Myungsoo menghela nafasnya. Bangkit dari duduknya dan berjalan mengikuti Suzy yang mengalihkan perhatiannya dengan menyendok sup itu ke mangkuk.
"Kau sudah minum vitaminmu hari ini?." Tanya Myungsoo diambang pintu.
"Eung, aku selalu memakannya dengan teratur." Jawab Suzy. Suzy berbalik, memasang senyum lebar diwajahnya. Terlihat tidak tulus memang, tapi ia terlalu mencintai pria didepannya itu dan tentu saja ia tahu, bahwa ada alasan disetiap ucapan pria itu.
"Ayo makan." Ucapnya lembut.
-------------|||-----------
Sungjae dengan wajah menahan kesalnya itu berjalan setengah berlari kearah ruangan Myungsoo dengan nafas yang sulit ia atur. Ia menutup matanya erat dan membuat gerak tangan menenagkan nafasnya ketika ia berada didepan pintu Myungsoo. Ia kemudian masuk kedalam ruangan Myungsoo ketika mendengar suara Myungsoo mempersilahkan ia masuk. Mendapati Myungsoo yang tengah serius mengisi lembar rekam medis pasiennya dengan kacamata tebalnya.
"Seonsaengnim." Ucap Sungjae senormal mungkin.
"Geurae, sungjae-ya. Kenapa mencariku?." Tanyanya menoleh sekilas pada Sungjae.
"Kenapa aku masih berada di tim bedah Dokter Jung?. Bukankah anda yang mengatakan sendiri padaku bahwa aku akan masuk kedalam tim anda?." Tanya Sungjae menahan kekesalannya karena harus terjebak dengan dokter yang menurutnya menyebalkan itu.
"Ah, maafkan aku. Aku lupa mengabarimu bahwa aku meminta dr. Jung dan dr. Im untuk menggantikan jadwal operasiku seharian besok. Aku harus menemui prof. kurukawa yang melakukan seminar besok." Jawab Myungsoo.
"Prof. Kurukawa?." Tanya Sungjae dengan mata membelalak. Myungsoo hanya bergumam pelan.
"Gwencanhayo, saya harus berada di Tim itu untuk sebulan pun tak masalah. Tapi tolong mintakan aku tanda tangannya. Aku mohon, aku penggemar berat Prof. Kurukawa. Nde, songsaengnim." Pinta Sungjae dengan cepat memohon pada Myungsoo dengan berlutut. Benar-benar tidak terduga.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Present From Heaven
RomanceCerita tentang cinta yang terpisahkan karena sebuah ego dan kesalahpahaman. Perjuangan Seorang dokter menemukan jati dirinya dan cintanya.