RAINBOW
Gue lagi suka sama cewe, tapi gue sayang lo
***
Happy reading ✨
.
.
.
.
."Bel? Lo tau gak?" celetuk Theo tiba-tiba sambil tersenyum sumringah.
"Ya mana gue tau! Lo belom bilang!" ketus Bella.
Theo mendengus kesal. Dua hari ini Bella bisa tiba-tiba ketus, bisa juga tiba-tiba manja.
"Sensi amat sih! Bel, gue suka sama cewe."
Deg. Bella tertegun mendengar hal itu. Theo Reyhando sahabatnya kini menyukai seorang gadis. Menyukai. Menyukai. Menyukai.
Jika dipikir mudah sekali Theo mengatakan bahwa ia menyukai seorang gadis. Sementara ia? Mengucapkan satu kata yang mewakili perasaannya terhadap Theo pun sangat sulit.
Kini pun ia mulai percaya bahwa tidak semua perempuan dan laki-laki yang bersahabat tidak akan memiliki perasaan lebih.
Apa perempuan ditakdirkan untuk menyimpan dalam-dalam rasa cintanya pada seorang lelaki yang notabenenya adalah sahabatnya sendiri?
Mencintai dalam diam maka akan tersakiti dalam diam.
"Bel," Theo mengguncangkan tubuh Bella.
Bella pun tersentak kaget. "Eh?"
"Pasti gak dengerin gue kan lo?!" protes Theo. Bella pun menutupi rasa sakitnya hanya dengan sebuah cengiran khasnya.
Siapa yang tau dibalik itu ada hati yang tergores?
"Gue suka sama cewe nih Bel," ulang Theo semakin semangat.
"Haha seriusan lo? Gue kira lo suka sama cowo. Siapa emang?" alibi Bella.
"Audi Valeria anak IPA 3," jawab Theo.
"Yaudah sih. Sikat buruan. Keburu diambil orang entar," saran Bella.
"Ah tapi gue bingung. Gue suka sama dia, tapi gue sayang sama lo. Gimana ya?"
"Alah basi! Udah buruan deketin,"
"Seriusan nih?"
"Iye udah serius ini!"
"Okelah, siap!"
Jika dipendam sakit, jika harus menangis pun percuma.
---
"Audi!"
Merasa dipanggil namanya, gadis itu membalikkan badannya. Ia melihat seseorang yang bahkan dia sama sekali tidak mengenalnya.
"Lo?"
"Theo. Audi Valeria anak band kan?"
Audi mengangguk.
Rasanya Theo ingin menghentikan waktu saat ini juga. Berdiri dihadapan gadis yang ia sukai dan kini gadis itupun tengah tersenyum.
"Theo?" panggil Audi.
"Eh? Hehe sorry. Mau ke kantin kan? Gue bareng lo ya?"
Audi mengernyit bingung kenapa aku Theo yang baru kenal dengannya langsung seperti ini. Tapi jika dipikir-pikir ya sudahlah, daripada dia harus ke kantin sendirian.
"Yaudah ayo,"
---
Malam ini Bella mengurung diri di kamarnya sejak pulang sekolah. Ia bahkan belum makan sesendok nasi pun. Jangankan makan. Ia saja belum mengganti pakaiannya.
Duduk bersender di kepala ranjang dan menutup wajahnya untuk meredam suara tangisannya.
Jika biasanya Theo yang menenangkannya saat menangis, kini Theo-lah yang menyebabkan ia menangis.
Tadi Theo sudah menjalankan saran dari Bella untuk mendekati Audi. Bella melihat semuanya tanpa sepengetahuan Theo. Baru hari pertama Bella lihat Theo dan Audi sudah bisa cukup akrab.
Yang Bella bisa lakukan saat itu hanyalah tertawa miris. Menertawakan dirinya sendiri yang tidak bisa mengungkapkan perasaannya.
"Gue sayang lo, Theo. Gue sayang,"
"Apa salah gue pendem rasa ini? Atau apa bener kalo gue ungkapin perasaan gue ke lo?"
"Sama seperti yang lain yang kejebak dalam hubungan persahabatan tapi mereka mencintai sahabatnya sendiri, gue cuma gak mau persahabatan kita ancur gitu aja cuma karna tiga kata yang akan gue ungkapin ke lo,"
"Disana lo bahagia dengan cewe yang lo suka. Dan disini gue nangis dengan kebodohan yang gue lakuin,"
'Gue suka sama dia, tapi gue sayang lo.'
"Bahkan waktu itu yang lo bilang pertama adalah lo suka sana Audi. Sementara gue? Gue setelah Audi,"
Sekali lagi, rasanya menyakitkan ketika harus tersenyum dan bersedih disaat yang bersamaan.
***
Don't forget to vote and comment((:
Love u all:D
KAMU SEDANG MEMBACA
RAINBOW
Подростковая литератураBagi Theo dan Bella pelangi memiliki arti tersendiri dalam hidup mereka. Menurut mereka pelangi itu cinta. "Pelangi dalam hidup gue itu ibarat cinta. Dimana gue mencintai seseorang, maka disana akan ada pelangi." Keduanya sudah lebih dari 10 tahun b...