R A I N B O W
Kamu habisin waktu berdua dengan dia, saya gak masalah. Yang jadi masalah adalah kamu sepenuhnya melupakan saya disaat kamu bersama dia.
***
"Lo gapapa kan jalan berdua sama gue?"
"Gapapalah. Kenapa emang?"
"Gapapa kok."
Theo menghentikan langkahnya dan menatap lurus mata gadis di hadapannya itu.
"Sekarang gue balik pertanyaan lo. Lo gapapa kan kalo jalan berdua sama gue?"
"Ya gapapa sih." jawab gadis itu.
Theo mengangguk. "Oke jadi gak ada masalah kan? Jadi gak usah pikirin yang aneh-aneh, Nona Audi Valeria."
Gadis itu terkekeh pelan. Kemudian matanya tertarik pada jam tangan mungil berwarna coklat dengan hiasan berlian di sekitarnya.
"Sumpah itu bagus." gumam Audi tanpa sadar, membuat Theo menoleh ke arahnya.
"Apanya?"
Karna tidak ada jawaban, Theo melihat kemana arah mata Audi. Detik berikutnya Theo mengernyitkan dahinya.
Toko jam?
Tanpa menunggu lagi, Theo segera menarik Audi menuju toko jam yang dilihatnya tadi sampai hampir saja membuat gadis itu jantungan karna kaget.
"Lo suka yang mana? Ambil."
Audi mengerjapkan matanya. "Ma-maksud lo?"
"Liat semua jam yang ada disini. Terus ambil yang lo suka," titah Theo.
"Iya terus yang bayar? Duit gue gak bakalan cuk-"
"Gue yang bayar, Audi. Udah ambil yang mana." potong Theo segera.
Audi menganggukkan kepalanya dan tersenyum lebar. "Mbak ambilin yang warna coklat kecil itu."
"Lo suka yang itu?" Audi mengangguk sebagai jawaban. "Gue suka warna-warna kaya coklat, krem, orange, ya pokoknya yang kaya gitulah."
Bukan hanya jam. Jika berkunjung ke rumah Audi atau lebih tepatnya ke kamar gadis itu, dekorasinya berisikan warna coklat, orange, krem, putih, dan nila. Menurutnya itu adalah warna-warna yang jarang disukai oleh gadis seusianya. Semua barang miliknya pun warnanya 99% didominasi oleh warna-warna tadi.
"Yaudah, mbak saya ambil yang itu." Theo pun segera membayar jam yang disukai Audi itu dan keluar dari sana untuk melihat-lihat yang lain.
Berangkat hingga pulang sekolah hari ini rasanya kedua sejoli itu nampak seperti sebuah lem yang sudah menempel di kertas. Sama sekali sulit dipisahkan.
***
Citra sudah puluhan bahkan ratusan kali mondar mandir di depan ruangan rawat inap Bella sambil terus mencoba menghubungi Theo.
Entah apa yang dilakukan laki-laki itu sampai malam begini. Bahkan meskipun telponnya menyambung, sama sekali tidak ada jawaban darinya. Citra yakin benar pasti Theo sedang bersama dengan Audi sampai-sampai ia lupa waktu dan tidak tahu bagaimana keadaan sahabatnya sendiri, Bella.
Suhu tubuh Bella tadi lebih dari 40°C. Gadis cantik itupun juga terus saja muntah-muntah segera ke rumah sakit. Selama perjalanan ke rumah sakit hanya satu nama yang terus ia gumamkan. Yakni Theo. Tapi laki-laki itu justru menghilang tanpa kabar.
Citra sudah lelah terus mencoba menghubungi Theo. Ia pun masuk untuk menemui Bella.
"Dari mana, Cit?" tanya Bella dengan suaranya yang terdengar parau.
Citra tersentak kaget melihat Bella sudah bangun. "Eh enggak. Tadi gue duduk di luar aja kok. Lo gimana? Udah mendingan?"
Bella mengangguk lemah. "Iya. Cuma rada pusing aja."
"Bonyok lo tadi pulang ke rumah ambil baju-baju lo dulu sekalian gue suruh istirahat bentar. Kasian mereka pulang kerja langsung kesini tadi. Belom sempet makan juga," ujar Citra seraya mendudukkan bokongnya di kursi yang berada di samping bangkar Bella.
"Theo?"
Seketika itu Citra terlihat bingung bagaimana harus menjelaskannya.
"Gue gak tau, Bel."
Bella tersenyum tipis. "Bohong."
Citra mendesah pelan. Ia memang tidak bisa berbohong di hadapan Bella. "Gue udah telpon dia ratusan kali tapi gak diangkat sama sekali padahal ke sambung."
Tanpa berpikir lagi Bella sudah menemukan satu kata sebagai jawabannya. "Audi."
"Maksud lo?"
"Dia jalan sama Audi. Maybe."
"Kok lo bisa mikir gitu?"
"I don't know. It's just my feeling. Biarin aja kalo emang bener. Gue tahu dimana posisi gue seharusnya. Gue akan dilupain disaat mereka lagi barengan. Bahkan meski gue juga tepat di depan mereka. Lo pulang gih, ntar tante Risna nyariin lo lagi. Gue mau makan dikit terus gue istirahat." Bella berujar dengan senyum yang terpampang jelas di wajah pucatnya.
"Lo bukan cuma capek di fisik. Tapi juga hati sama pikiran. Lupain dia sementara waktu. Fokus sama kesehatan lo," ujar Citra menasehati.
***
Maaf buat late update-nya.
Keep support((:
Love u
KAMU SEDANG MEMBACA
RAINBOW
Teen FictionBagi Theo dan Bella pelangi memiliki arti tersendiri dalam hidup mereka. Menurut mereka pelangi itu cinta. "Pelangi dalam hidup gue itu ibarat cinta. Dimana gue mencintai seseorang, maka disana akan ada pelangi." Keduanya sudah lebih dari 10 tahun b...