R A I N B O W
Sadar gak sih? Yang dulunya aku-kamu sekarang jadi lo-gue?
***
"Dasar! Anak gadis jam segini belom bangun." Theo berdecak sebal mendapati Bella masih terlelap dibalik selimut. Padahal ini sudah pukul tujuh kurang 20 menit.
"BELLA BANGUN!" teriak Theo tepat di telinga Bella dan membuat gadis itu secara tidak sengaja menabok kepala Theo.
"Anjir!"
"Bel, bangun buruan. Gak bosen apa telat terus?!"
"Theo diem ih! Gue ngantuk! Kaya emak-emak komplek gue deh lo!" erang Bella sambil menggeliat pelan.
Theo mendengus sebal.
Jika dalam keadaan seperti ini, seketika muncul pikiran bahwa kenapa ia bisa bertemu dengan gadis kebo, cengeng, hobi marah, doyan makan, dan masyaallah manjanya gak ketulungan.
Entah apa sebabnya gadis itu jadi sulit dibangunkan saat pagi hari. Bahkan setiap Theo mampir ke rumahnya atau menjemputnya, selalu seperti ini.
"Oh ngantuk kan ya? Yaudah duluan ya, jangan lupa sarapan." Theo melangkahkan kaki keluar dari kamar Bella.
Dan sekarang mari berhitung.
Satu..
Dua..
Ti-
"THEO! DASAR KADAL! TUNGGUIN!!!!" teriak Bella sekencang-kencangnya. Ia pun langsung bergegas mandi dan menyiapkan segala keperluannya.
"Dih kebiasaan. Baru tiga langkah dari pintu, toa bunyi seketika anjir!" decak Theo masih di luar kamar Bella.
"LIMA MENIT KAGAK SELESAI, GUE TINGGAL! TELAT LAGI, GUE GAK MAU JEMPUT LO LAGI!"
"IYA IYA! BEKICOT SAUS TIRAM!"
---
"Woi! Lima belas sampe dua lima buruan!" bisik Bella sambil menendang bagian belakang kursi Theo.
Ulangan Fisika.
Kelemahan utama gadis itu. Ia sangat, sangat, sangat tidak suka dan benci fisika. Sebenarnya bukan hanya fisika. Semua mata pelajaran tidak ada satupun yang menarik di mata Bella. Dan andalannya? Sudah pasti seorang Theo Reyhando.
"Theo, buruan ih!" Bella masih setia menendang kursi Theo.
Theo tidak habis pikir, sejak SD bahkan sampai sekarang Bella tidak pernah berubah. Tiap kenaikan kelas keinginannya untuk beda kelas dengan Bella tidak pernah terwujud. Nasib memang. Namun entah karena apa juga, ia bisa begitu mudahnya memberikan jawaban soal ulangan atau latihan pada Bella. Ia pun sempat berpikir bahwa Bella memakai pelet.
Tiba-tiba Theo mengangkat tangannya ke udara.
"Ya Theo?" respon Bu Desi, guru fisikanya.
"Bella berisik bu," lapor Theo sambil tersenyum miring.
Bella seketika mendelik.
'Udah siap ni bocah gue sambel,' batin Bella karena terlanjur kesal.
Bu Desi langsung menatap gadis itu dengan tatapan mengintimidasi. "Benar begitu, Bella Tania?"
"Eng-enggak kok bu, Theo ngarang tuh bu." elaknya.
"Ngarang gimana coba? Orang daritadi lo nendang kursi gue mulu!" balas Theo yang kini sudah berbalik menatap Bella.
"Jawab jujur, Bella!" bentak Bu Desi. Ia paling tidak suka jika yang satu bilang 'tidak' tetapi satunya lagi bilang 'ya'. Rasanya ingin memutalasi kedua muridnya itu namun untung saja ia masih memikirkan kemanusiaan. Jika tidak? Sudah lama Theo dan Bella meninggalkan dunia ini.
"I-iya bu, yang dibilang Theo bener." akhirnya Bella pun mengaku dengan menundukkan kepala seraya meremas ujung rok yang dipakainya.
"KELUAR SEKARANG! BERSIHKAN TOILET PEREMPUAN DARI KELAS SEPULUH SAMPAI KELAS 12! KELUAR!" sungut Bu Desi sambil menggebrak meja dan membuat Bella tersentak kaget. Bahkan juga seluruh penghuni XI-IPA 1.
"Ta-tapi bu?"
"KELUAR SEKARANG!"
Bella pun hanya bisa pasrah dan menuruti kemauan Bu Desi. Sial. Ketika lewat di samping Theo, ia melirik tajam ke arah lelaki itu namun hanya dibalas dengan cengiran.
---
Bel pulang akhirnya berbunyi. Seluruh siswa siswi berhamburan keluar kelas yang pada akhirnya membuat lingkungan sekolah menjadi lautan manusia.
Jika dari dekat.
Dari jauh? Bagai semut yang mengerubungi gula.
Namun jika semuanya sudah keluar, tidak dengan Bella dan Theo yang masih duduk berhadapan di kelas mereka.
Bella diam membuang muka dari Theo, sementara Theo terus memperhatikan wajah cemberut Bella itu.
"Sampe kapan lo mau cemberut kaya gitu?"
Bella memutar bola matanya malas.
"Yaudah iya gue minta maaf. Gue cuma iseng tadi. Maafin gue ya. Gue traktir jus melon sebulan deh sama es krim kesukaan lo" Theo memohon.
Mata Bella langsung berbinar dan kemudian ia mengangguk. "Oke gue maafin! Tapi lo janji harus nepatin itu semua!"
"Dih. Iya iya deh" Theo memilih mengalah daripada terus mendapati Bella kesal padanya.
"Ayo pulang," mereka berdua berdiri dari duduk masing-masing dan menuju parkiran.
"Theo," panggil Bella
"Kenapa?"
"Em- kalo dipikir-pikir dari kita SD kelas 6 kayanya udah enggak aku-kamu lagi ya? Sekarang udah lo-gue" kata Bella tiba-tiba dengan cengiran khas nya.
"Iya juga ya Bel," respon Theo
"Pengen deh pake aku-kamu lagi," Bella menaik turunkan kedua alisnya.
Theo mengacak rambut Bella gemas. "Entar kalo ada waktu juga aku-kamu lagi"
Bella mengangguk.
'Aku-kamu? Dalam hal apa? Gue cuma sebatas sahabat lo, Theo. Iya kan? Lo hanya anggep gue sebatas sahabat'
***
Don't forget to vote and comment ((:
Thanks
KAMU SEDANG MEMBACA
RAINBOW
Teen FictionBagi Theo dan Bella pelangi memiliki arti tersendiri dalam hidup mereka. Menurut mereka pelangi itu cinta. "Pelangi dalam hidup gue itu ibarat cinta. Dimana gue mencintai seseorang, maka disana akan ada pelangi." Keduanya sudah lebih dari 10 tahun b...