20. So?

37 7 8
                                    

"Apa makna pelangi dalam hidup gue?"

Theo menyilangkan tangannya di depan dada kemudian bersandar di kepala bangku.

Mengingat kedekatannya dengan Audi, Theo merasa nyaman dengan gadis itu. Namun sayangnya kadang kala hatinya terasa dibolak-balik. Merasa sayang namun kadang merasa hanya sebatas sahabat. Meskipun begitu, sudah sejak lama pertanyaan itu ingin ia tanyakan. Hanya saja belum ada waktu yang tepat menurutnya.

Kesimpulan yang Theo ambil tentang Audi adalah dia gadis baik, pandai, perhatian, dan bisa mandiri. Tapi kalau Theo amati, Audi bukan seperti siswi pada umumnya yang sering berkumpul dengan temannya. Memilih melakukan apapun sendiri.

"Mau lo jawab kapan?" tanya Theo lagi.

Audi mengerjapkan matanya. Demi Tuhan ia sangat bingung maksud pertanyaan Theo.

"Kasih dia waktu." Bella berujar pelan.

"Apa gue boleh mengajukan pertanyaan juga?" didengar dari nada bicaranya, sepertinya Bella sudah bisa tenang dan mengendalikan emosinya.

Audi dan Theo mengangguk bersamaan.

"Lo sayang Theo?"

"I... Iya."

"Lo sayang Audi?" Bella beralih ke Theo.

"Iya."

"Apa yang kalian rasain kalo lagi berdua?"

Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan Bella membuat Audi merasa bimbang. Kadang ia menganggap Theo sebagai seseorang yang spesial, namun kadang juga ia menganggap Theo hanya sebatas sahabat.

Ada kalanya sebuah perasaan aneh muncul ketika bersama Theo. Tapi suatu ketika juga tak terjadi apapun pada dirinya saat bersama Theo.

Bukan sekarang waktu yang tepat untuk menceritakan tentang dirinya yang sebenarnya. Biarkan goresan masa lalu ia simpan dahulu sampai waktunya tiba untuk menceritakan semuanya.

Jujur, Audi tahu Bella gadis yang baik. Bella juga adalah sosok yang bisa dijadikan sahabat. Namun sayang... Audi sendiri terlalu egois demi kebahagiaannya. Andai saja keluarganya baik-baik saja, ia yakin tak 'kan ada hal seperti ini.

"Kenapa gak ada yang jawab?" cetus Bella.

Tak lama, senyuman kecil terbentuk di wajah Bella. "Ini bukan saat yang tepat untuk gue. Jadi, kalo kalian beneran saling sayang, gue dukung. Audi, kita bisa kan jadi temen deket?"

Audi mengangguk samar.

"Dan Theo, kasih Audi waktu. Gue yakin dia juga sayang lo. Jadi, berdoa aja jawaban Audi nanti sesuai keinginan lo." Bella menepuk bahu Theo pelan.

"Ya udah. Gue mau ke toilet dulu ya. Kalian ngobrol disini aja, nanti gue balik." pamit Bella.

***

Sesampainya di toilet, Bella membasuh wajahnya dengan air. Suasana hatinya buruk. Namun ada sedikit kelegaan ia rasakan.

Semua yang diucapkannya murni dari hati. Bella ingin berusaha yakin bahwa Theo bahagia dengan Audi. Tawarannya menjadi teman dekat Audi adalah salah satu cara untuknya meyakinkan diri.

Bella tak akan mundur selangkah pun walau pada akhirnya Theo memilih Audi. Ia tak 'kan beranjak menjauh. Ia akan tetap berdiri di tempatnya dan membiarkan Theo dan Audi berjalan mendahuluinya.

Mungkin akan ada kalanya Theo menganggap dirinya menjauh, tapi saat itu juga Bella akan mengatakan dirinya sama sekali tak menjauh. Dia tetap berada di posisinya dan ia rasa Theo dan Audi lah yang menarik diri dan memilih dunia baru mereka.

Tanpa disadari, Bella mulai tertunduk lemas dengan airmatanya mengalir.

Rasa sesak menghampirinya, namun apa daya lagi-lagi perasaannya hanya bisa ia pendam.

"Apa lo gak pernah sadar sedikit pun tentang perasaan gue?"

"Apa lo gak pernah lihat sesuatu yang baru muncul di hidup gue?"

"Gue capek, Theo!"

Rasanya ia ingin berteriak saat itu juga. Mengeluarkan semua unek-uneknya.

Bella masih diam dengan posisi yang sama untuk beberapa saat. Kemudian ia berusaha memelankan suara tangisannya. Sewaktu-waktu pasti akan ada yang ke toilet dan ia tak ingin ada yang menanyakan 'ada apa?'

"Plis. Gue harap lo cukup tau aja perasaan gue ke lo, gue udah seneng."

"Gue tau, Bel."

***

Holaaa akhirnya up jugaaa hehe.

So, how about this chapt? :"

VoteComment!! :D

Chapt 21 yay or nay?

Add RAKHANAYA di library kamu yaaaaw! Okebaiii :*

RAINBOWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang