18. Hati

35 10 6
                                    

Audi duduk beralas lantai dingin seraya bersandar kaki ranjangnya. Ia menenggelamkan kepalanya dalam lipatan tangannya. Hari ini rasanya adalah hari yang berat. Oh bukan. Bukan hanya hari ini, tapi mulai saat Ayahnya pergi tanpa alasan.

Diantara sekian banyak orang yang Audi kenal mungkin, entahlah rasanya mereka sama sekali tak memiliki sedikit rasa peduli terhadapnya.

Kala itu, Audi masih duduk di bangku kelas dua Sekolah Dasar. Pulang sekolah ia melihat secara langsung pertengkaran hebat antara Mama dan Ayahnya di dalam istananya. Ia hanya diam mematung di ambang pintu dengan meremas ujung tas sekolahnya.

Perlahan namun pasti, airmatanya turun dengan sengaja.

"Ma... "

"Ayah... " lirihnya kala itu.

Tak ada satupun dari mereka yang menyahut. Ah jangankan menyahut, menatapnya pun tidak.

Laki-laki yang biasanya menjadi penopangnya, kala itu justru membentaknya dengan suara yang menakutkan.

Sontak saja Mamanya balik membentak Ayahnya. Tapi tangan Ayahnya lebih dulu melayang ke pipi Mamanya, memberi warna merah disana.

Ia hanya bisa menangis dan berlari ke kamarnya. Meringkuk ketakutan.

Audi menghela nafas berat.

Jangan salahkan dia atas apa yang terjadi pada dirinya sekarang ini.

Jujur, Audi sadar bahwa Bella adalah salah satu hal terpenting untuk Theo. Audi juga sebenarnya bukan ingin menjauhkan Bella dari Theo. Hanya saja, ia tak ingin Theo lebih perhatian dengan Bella.

Theo mau menjadi kawan baiknya saja, Audi sudah bersyukur.

"Maaf Bella. Maaf Theo."

***

Dua hari sejak kejadian di parkiran, Bella sama sekali tak ingin berbicara dengan Theo. Ia hanya sesekali tersenyum tipis kala Theo menyapanya.

Theo sendiri tahu bahwa Bella menghindar darinya. Ia membiarkan gadis itu sendirian lebih dulu. Membiarkan Bella dengan seluruh pemikirannya.

Tapi hari ini tidak lagi. Theo merindukan Bella yang seperti biasanya.

"Umm.. Lo sibuk gak?"

Bella menoleh kemudian menggelengkan kepalanya.

"Ikut gue sebentar yuk," Theo menarik tangan Bella menuju ke luar kelas.

"Kenapa?" tanya Bella masih terdengar kesal.

"Lo... Um... Masih mar—"

"Gue enggak marah." sambar Bella cepat.

Bukannya memang benar? Bella tidak marah. Hanya di sudut hatinya merasakan ngilu atas jawaban Theo. Tak ada kejelasan sama sekali dari laki-laki itu.

"Tapi... Lo masih di—"

"Nanti nggak lagi." lagi-lagi Bella memotong pertanyaan Theo.

"Yaudah." jawab Theo pasrah.

'YAUDAH?! huh gitu doang?! Dimana letak pentingnya gue coba?!'

"Udah kan? Gue mau balik lagi."

Bella mengangkat kakinya berbalik badan dan masuk lagi ke kelas, namun belum melewati pintu Theo menahannya.

"Tunggu dulu." ujar cowok itu terdengar lebih lembut.

Bella mendengus. "Apa lagi?"

"Gue... Gue mau ngelurusin soal kemaren."

"Buat apa, huh?" hardik Bella.

"Lo gak tuli. Gue yakin lo denger kalau gue bilang itu bukan hal penting yang harus lo pikirkan!"

"Plis. Dengerin gue dulu." pinta Theo.

"Gue gak mau!" ujar Bella kekeh.

"Plis. Ini tentang hati gue."

Bella terdiam. Lidahnya terasa kelu. Boleh ia egois? Ia ingin mendengarkan tapi ia juga tak ingin mengetahui apa yang dipilih Theo.

"Gue janji akan pilih salah satu dari kalian."

"Theo." tegur Bella.

"Plis."

Dengan terpaksa Bella menganggukkan kepalanya. Ia harus mempersiapkan hatinya untuk menerima apapun pilihan Theo.

"Gue tahu gue kemarin salah."

"Langsung aja. Lo pilih siapa."

"Oh. Oke. Kalau itu urusan hati... Gue pilih lo."

"Lo serius?" Bella menahan kegugupannya.

Theo lantas mengangguk. "Serius."

"Kenapa gak Audi?"

"Tunggu. Gue pilih lo karna lo udah tahu gue kaya gimana. Lo hafal gue. Lo ngerti gue. Dan banyak lagi. Dan kenapa gue gak pilih Audi?"

Theo terhenti sejenak.

"Maaf. Bukannya gue gak pilih Audi. Hanya aja kalau pertanyaan gue bisa dia jawab, pilihan gue akan jatuh ke dia. Karna gue rasa, dengan jawaban benar dari pertanyaan gue itu artinya dia kenal gue."

"Konyol."

Bella kembali ke kelasnya dengan perasaan seperti habis menaikki wahana roller coaster.

Sudah dibawa tinggi, kemudian dijatuhkan begitu saja.

***

Chapt 19 yay or nay?

Sorry for late update):

VoteComment! :D

Love,

Jelii yang lagi BENCI sama someone dan pengen ngomelin dia.

RAINBOWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang