R A I N B O W
Lo tau, apa yang gue harapkan sekarang? Lomba drama. Kenapa? Karna gue 100% yakin kalau lo yang bakal menang di lomba itu.
***
S
uasana hati yang tidak menentu, terus saja dirasakan Bella juga Theo.
Di satu sisi mereka ingin terus bisa bersama seperti sebelumnya. Tapi keadaan juga kehadiran Audi membuat keduanya terus saja bertengkar.
"Gak perlu khawatirin gue. Emang siapa gue buat lo?" Theo berujar ketus pada Bella.
Theo tadinya tertidur di kelas. Bella sendiri hendak membangunkan, dan saat ia tak sengaja memegang kening Theo, suhu badan Theo ternyata panas. Bella menyarankan untuk ke UKS, tapi Theo terus menolak.
"Dan siapa gue buat lo?" tanya Bella balik.
Keduanya terdiam. Merasa ada yang salah disini. Theo merasa tak seharusnya kalimat terakhir itu dia ucapkan. Tapi semuanya sudah terlanjur keluar dari mulutnya.
"Maafin gue." kata Theo melembut.
Bella tersenyum tipis. "Lo belum jawab pertanyaan gue tadi, Theo."
Theo menggelengkan kepalanya. Ia tak tahu harus menjawab apa. Sahabat? Tapi sahabat yang seperti apa? Bahkan hubungan mereka pun juga sedang tak baik. Musuh? Musuh macam apa yang masih terus peduli?
"Jawab Theo." desak Bella.
"Harus?" tanya Theo.
Bella menggelengkan kepalanya. "Itu pertanyaan sepele, Theo. Dan itu pun dari gue. Cewek yang lo kenal dari lama. Apa jadinya kalau Audi yang tanya ini ke lo?"
Theo merasa tersudutkan kali ini. Menjawab salah, tak menjawab pun juga salah. Dan sekarang justru diberi ilustrasi jika gadis yang disukainya menanyakan hal yang sama.
"Lo kenapa sih?!" Theo kembali kesal, sementara Bella hanya tersenyum.
"Kenapa gue? Gue baik-baik aja. Iya secara fisik, tapi psikis? Jelas enggak." jawab Bella tenang.
"Sehari aja lo ngertiin gue, apa gak bisa?! Gue kesel sama lo yang selalu nyangkutin Audi. Audi itu gak salah, justru lo yang salah!" Theo semakin kesal pada Bella.
Apa status yang tepat untuk menggambarka hubungan kedua sahabat masa kecil itu?
Bella maju satu langkah kemudian tangannya membetulkan dasi Theo yang sudah tak terlihat seperti dasi lagi. Ia pun menjawab di sela kegiatannya itu.
"Kamu minta aku buat ngertiin kamu, tapi maaf aku gak bisa. Karna aku sendiri juga gak bisa ngertiin diriku sendiri. Aku terlalu dilema. Harus aku mundur atau maju untuk mempertahankan apa yang sudah menjadi milikku sejak lama?" Bella mundur selangkah sebelum melanjutkan.
"Dan Audi? Aku pikir inti dari masalah kita selalu berujung ke Audi. Jadi, kalau aku selalu bawa-bawa Audi di pertengkaran kita, itu manusiawi. Hanya dengan dasar Audi aku bisa mengungkapkan apa yang aku rasakan." senyum Bella kembali terbit.
Theo sendiri sedikit tertegun atas perlakuan Bella tadi. Cukup mengagetkan tapi juga cukup manis.
"Kamu tahu? Banyak orang yang sulit mengungkapkan apa yang mereka rasakan. Aku salah satunya. Jadi, maaf. Dan ya, mungkin kamu benar kalau disini aku yang salah bukan Audi. Masih pentingkah aku sekarang semenjak gadis itu hadir di hidup kamu?"
"Bisa kita seperti dulu? Bisa kamu seperti Theo yang sebelum menyukai Audi?" tanya Bella dengan senyum yang masih terus menghiasi wajahnya.
Theo diam. Rasanya ia seperti anak kecil yang belum bisa bicara dan tidak mengerti apa-apa.
"Jawabannya ada pada kita sendiri." Bella beranjak pergi meninggalkan Theo yang masih terus diam.
***
Sorry for late update):
KAMU SEDANG MEMBACA
RAINBOW
Teen FictionBagi Theo dan Bella pelangi memiliki arti tersendiri dalam hidup mereka. Menurut mereka pelangi itu cinta. "Pelangi dalam hidup gue itu ibarat cinta. Dimana gue mencintai seseorang, maka disana akan ada pelangi." Keduanya sudah lebih dari 10 tahun b...