R A I N B O W
Jika ditanya apakah aku kecewa, jawabanku adalah 'ya'
***
Hampir satu bulan berlalu, perang dingin masih terjadi antara Theo dan Bella.
Rasanya hampa tanpa Theo disisi gadis itu. Namun apa daya, gengsinya cukup tinggi untuk meminta maaf duluan. Ah jangankan minta maaf. Menyapa saja tidak berani.
Jatuh cinta memang mengalihkan segalanya.
"Kalo gak kuat apa salahnya sih lo mulai duluan?" tanya Citra pada Bella yang tengah melamun.
"Kata ngalah dan kalah itu beda. Kalo lo ngalah dengan cara lo minta maaf duluan bukan berarti lo kalah dalam perang dingin lo sama Theo. Udah berapa tahun coba kalian sahabatan? Masa iya cuma karna satu cewe yang baru masuk ke hidup Theo bisa bikin persahabatan lo renggang gitu aja?"
Bella tidak benar-benar melamun. Dia masih mendengarkan kata-kata Citra. "Theo sendiri aja terkesan udah ga peduli lagi dengan hubungan ini. Buat apa?"
Citra menghela nafasnya. "Setiap orang yang baru jatuh cinta itu akan ada perubahan sikap dan perilakunya. Secara gak langsung lo akui bahwa lo kalah sama Audi. Perlahan dari sekarang kalo lo terus mikirin hal yang sama, maka lo akan kehilangan Theo secepatnya."
Kepala Bella terasa pusing. Rasanya lebih baik mengerjakan 100 soal untuk setiap mapel yang dia benci daripada memikirkan hubungannya dengan Theo yang hampir berada diujung tanduk.
"Cit, please jangan bahas ini dulu lagi. Kepala gue pusing," keluh gadis itu sambil memegangi kepalanya.
Citra bergegas pindah tempat duduk di sebelah Bella. "UKS aja ayok,"
Dengan kaki yang benar-benar lemas Bella menuruti kata-kata Citra. Sebenarnya tidak ada yang tahu bahwa seminggu ini badannya memang sedang tidak sehat.
Sudah tidak enak badan, ditambah beban pikirannya tentang Theo. Semakin sakit.
***
"Pulang bareng gue lagi mau?" tawar Theo.
Yang ditawari pun mengangguk. "Ayo,"
Mereka berdua pun berjalan beriringan menuju parkiran. Namun seseorang berteriak memanggil Theo.
"THEO!"
Theo pun berbalik dengan kerutan di dahinya.
"Anterin Bella pulang tolong. Dia demam," orang itu adalah Citra. Dengan napas terengah-engah dia meminta tolong pada Theo.
"Demam?" Theo mulai panik.
Citra mengangguk. "Buruan,"
"Yaudah ayo anterin gue ke dia." Theo dan Citra pun bergegas menemui Bella di UKS.
Bahkan tanpa pamit dia meninggalkan Audi yang tadi berdiri di sampingnya.
Audi hanya menatap Theo kecewa. Hatinya yang tadi berbunga-bunga kini tidak lagi.
Mungkin ia yang terlalu kebaperan karna Theo terus perhatian padanya. Mungkin perasaannya yang mulai tumbuh untuk laki-laki itu harus segera dihapus.
Jika Theo memang menyukainya kenapa dia seperti ini? Bahkan dia lebih memilih Bella daripada dirinya.
Dia kecewa.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
RAINBOW
Teen FictionBagi Theo dan Bella pelangi memiliki arti tersendiri dalam hidup mereka. Menurut mereka pelangi itu cinta. "Pelangi dalam hidup gue itu ibarat cinta. Dimana gue mencintai seseorang, maka disana akan ada pelangi." Keduanya sudah lebih dari 10 tahun b...