R A I N B O W
Apakah pertemuan ini akan mengubah sesuatu pada hidupku dan hidupmu?
***
"Bunda! Ayah!" Bella kecil berlari menuruni tangga menemui ayah bundanya di ruang keluarga.
Devano mendengus sebal dengan kelakuan adik kecilnya itu. Umurnya baru tujuh tahun, tapi suaranya hampir menyamai toa masjid.
"Jangan lari sayang, nanti jatuh!" peringat Diana, bundanya namun Bella mengabaikannya.
Bayu menggelengkan kepalanya sambil tertawa kecil ketika putri kecilnya sudah berdiri di hadapannya dengan nafas terengah-engah.
"Sukurin! Makannya kalo orang tua ngomong dengerin. Gausah lari," ejek Devano
"Abang diem ih!" decak Bella seraya mengincak kaki Devano sehingga membuatnya meringis kesakitan.
"Kamu kenapa sayang? Tiba-tiba lari sambil teriak kaya gitu?" tanya Diana.
Bella tersenyum lebar, "Bella mau ke rumah tante Olly. Bella kangen sama dedek Shasha."
"Besok aja ya Bella sayang. Nanti sore ayah ke kantor lagi, jadi gak bisa nganter kamu." Bayu menanggapi.
Bella cemberut. "Bella maunya SEKARANG!"
"Dasar," cibir Devano sambil memutar bola matanya malas. Sifat pemaksa adiknya kini mulai keluar. Jika tidak dituruti pasti akan menyendiri dan tidak mau makan. Mungkin bagi kakak-kakak yang lain itu lucu. Namun tidak bagi Devano. Menurutnya itu hal paling menyebalkan selama ia 14 tahun hidup.
Daridapa membuat masalah maka Bayu pun menuruti kemauan putrinya. "Ayah ganti baju du-" ucapannya terpotong karena melihat Bella tiba-tiba memegang kepalanya sambil meringis kesakitan.
Diana mulai panik langsung mengecek suhu tubuh Bella. Cukup panas. "Sayang, besok aja ya. Badan kamu lagi enggak sehat Bella." Diana mencoba memberi pengertian.
Bella terus meringis kesakitan. "Bunda, kepala Bella sakit. Rasanya pusing,"
Tanpa babibu Bayu langsung menggendong Bella menuju ke kamarnya dengan diikuti Devano. Sementara Diana mengambil obat, air putih serta baskom dan air hangat untuk mengompres Bella.
Di kamar Bella terus menangis dengan tangan masih di kepalanya. Semua dihadapannya benar-benar tidak jelas, matanya berat, kepalanya pun serasa ingin meledak saat itu juga.
Bayu dan Devano mencoba untuk menenangkan Bella agar tidak terus menangis. Namun nihil. Bella tetap saja menangis.
"Sakit banget ya, Bel?" celetuk Devano sambil ikut meringis.
"Abang diem! Kepala Bella tambah sakit!" komentar Bella kesal.
"Devano sudah diam kamu!" hardik Bayu pada putranya.
Bayu mendengus.
Persekiandetik setelahnya, Diana masuk ke kamar dan segera mengompres kepala Bella. Setelah dirasa sakitnya perlahan hilang, Bella pun meminum obatnya.
"Ke rumah tante Olly besok ya sayang," bujuk Diana lagi dan Bella pun mengangguk. Karena memang kepalanya benar-benar sakit saat ini.
"Istirahat. Kalau ada apa-apa panggil ayah atau bunda ya sayang." Bayu mengecup kening Bella sekilas seraya berpamitan.
Begitu pula dengan Diana. Sementara Devano hanya berkata bahwa adiknya itu harus banyak istirahat setelahnya langsung pergi begitu saja.
---
"Bang Theo awas!" peringat Elisha, adik Theo yang akrab dipanggil Ica, karena saat itu ada bola yang akan menghantam kepala kakaknya.
DUGG!!!
Benar saja kini bola tersebut sudah mengenai kepala Theo. Ingin menangis namun ia tidak suka menangis dihadapan adiknya itu. Tangannya hanya mengelus bagian kepalanya yang terasa sakit dan sesekali Theo meringis kesakitan.
Elisha langsung berlari menghampiri kakaknya lalu mengajaknya duduk di bangku taman.
"Abang, sakit ya? Maafin Ica telat bilangnya." suaranya bergetar menandakan ia menahan tangis.
"Ica jangan nangis. Abang cuma sakit sedikit." Theo mencoba menenangkan. Bisa dibilang Elisha cukup cengeng. Terlebih tentang hal yang mengenai kakak tercintanya itu. Jika ada sesuatu yang terjadi pada kakaknya, maka ia orang pertama yang akan menangis ataupun merasa bahagia.
"Tapi gara-gara Ica, abang jadi kesakitan. Kepala abang benjol," Elisha masih menangis dengan tangan yang mencoba mengelus benjolan dikepala kakaknya itu.
Tangan Theo perlahan turun dan ia pun berdiri. "Nih liat! Abang enggak apa-apa Ica. Kepala abang udah enggak sakit." alibinya agar Ica berhenti menangis meskipun rasanya cenat-cenut di kepalanya.
Benar saja, Elisha ikut berdiri dengan senyum lebar di wajahnya.
"Beneran bang?" tanya Elisha memastikan.
Theo mengangguk.
"Pulang?" ajak Elisha kemudian.
"Ayo," Theo menggandeng tangan adiknya.
---
"Hai! Namaku Theo Reyhando. Salam kenal semua," Theo memperkenalkan dirinya di sekolahnya yang baru.
"Hai!" seru semua murid.
"Baiklah Theo duduk di bangku yang kosong di sebelah Bella." peringat Mrs. Ika selaku wali kelasnya.
Theo mengangguk dan berjalan menuju bangku yang disebutkan tadi.
"Hai! Bella. Bella Tania" sapa Bella ramah.
"Hai! Theo," balas Theo.
"Semoga kita bisa jadi temen deket ya," tangan Theo terulur ke arah Bella.
Bella pun membalasnya. "Iya,"
Awal yang mungkin akan merubah segala sesuatu dalm kehidupan keduanya.
***
Don't forget to vote and comment :D
love u all((:
KAMU SEDANG MEMBACA
RAINBOW
Teen FictionBagi Theo dan Bella pelangi memiliki arti tersendiri dalam hidup mereka. Menurut mereka pelangi itu cinta. "Pelangi dalam hidup gue itu ibarat cinta. Dimana gue mencintai seseorang, maka disana akan ada pelangi." Keduanya sudah lebih dari 10 tahun b...