11. Kenapa?

44 10 15
                                    

R A I N B O W

Buat apa lo disini saat hubungan kita perlahan mulai retak?

***

Hujan deras.

Bella tersenyum lebar ketika melihatnya. Meskipun nanti dirinya akan basah kuyup, kedinginan, bahkan mungkin demam karna berdiri di bawah hujan, Bella tidak masalah. Hujan segalanya bagi Bella.

Seluruh tubuh Bella sudah benar-benar basah, tapi itu tak menyurutkan semangatnya untuk terus menikmati hujan.

Bella pun melangkahkan kakinya menuju salah satu bangku di taman itu. Ia mendudukan bokongnya seraya kelapanya menengadah ke atas melihat rintikan hujan.

Matanya terpejam, namun bibirnya menyunggingkan senyum.

Menikmati hujan sore ini membuat Bella melupakan sejenak seluruh masalahnya --terutama dengan Theo.

Satu jam lebih berlalu. Bella masih setia disana, hingga hujan perlahan mereda. Tapi Bella masih belum membuka matanya, masih dengan posisi yang sama. Gadis itu akan menunggu hingga hujan benar-benar reda, sampai tak ada setitik pun rintikan hujan yang jatuh mengenai dirinya.

Tak lama setelahnya, Bella mulai membuka matanya karena ia yakin bahwa hujan memang sudah berhenti.

Tapi ternyata gadis itu salah. Matanya melebar ketika ada payung di atasnya. Siapa?

Bella menoleh ke arah kiri, dan ia pun menemukan Theo yang tengah memegang payung itu.

"Nanti lo demam lagi," ujar Theo mengerti bahwa Bella terlihat bingung.

Bella mengerjap beberapa kali. Ada apa dengan Theo? Lama-lama lelaki itu seperti bunglon. Mudah berubah.

"Ayo pulang." Theo membalikkan tubuhnya, tapi tidak dengan Bella.

Theo pun kembali menatap Bella bingung. "Lo gak mau pulang?"

"Buat apa lo disini saat perlahan hubungan kita mulai retak?" Bella tak mengindahkan pertanyaan Theo.

Theo diam tak menjawab. Bella melanjutkan.

"Kalo gue demam, pasti juga sembuh. Lo gak perlu khawatir. Dan kalo emang gue mau pulang, gue juga akan pulang sendiri. Tanpa lo ajak,"

Theo menutup payung yang dibawanya lebih dulu sebelum menjawab.

"Liat dulu ke atas. Ada pelangi. Setelah itu gue akan jawab," Bella pun segara mendongak menatap langit.

Benar. Ada pelangi disana.

Senyumnya perlahan terbit kembali. Sempurna. Inilah yang dia tunggu. Hujan deras, kemudian muncul pelangi.

Sekitar lima menit, pelangi itu pun mulai memudar. Pandangan Bella kembali pada Theo.

Theo tersenyum sejenak.

"Tadi gue mau ke rumah lo, ngembaliin buku fisika yang gue pinjem. Tapi pas gue lewat sini, ternyata lo lagi nikmatin hujan. Gue berhenti, ambil payung dan gue payungin lo tadi."

"Terus?"

"Bukan apa-apa. Gue emang marah sama lo. Tapi semarah apapun gue, rasa peduli gue tetep masih ada. Tapi ada kalanya gue akan bersikap seolah gue gak peduli. Lo baru sembuh, dan gue gak mau lo sakit lagi," Theo berujar tenang tanpa memikirkan apa yang Bella rasakan.

Hanya sebatas itu? Bella bertanya dalam hatinya.

"Kalo lo emang marah, percuma lo nunjukin rasa peduli lo. Di otak gue udah tertanam bahwa hubungan kita gak lama lagi bakalan selesai. Dan sikap peduli lo, gak akan ngubah itu semua meskipun cuma 0,1%."

"Dan gue rasa, akar masalah kita sebenernya bukan hal serius. Itu cuma hal sepele, tapi keadaan dan sikap kita masing-masing yang bikin itu semua jadi masalah yang gede." Bella berujar sambil berdiri, diikuti Theo.

"Mana buku gue? Gue mau balik."

"Gue anter."

Bella menggeleng tegas. "Gak perlu. Gue bukan lagi orang spesial yang pantes dapet perhatian lo. Dan pikirin baik-baik kata-kata gue tadi."

Bella menyambar kunci mobil di tangan kiri Theo kemudian mengambil sendiri bukunya di dalam mobil.

Setelah mengembalikan kuncinya lagi, Bella langsung saja beranjak pergi tanpa sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya untuk Theo.

***

RAINBOWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang