17. Enggak

40 9 7
                                    

"Gue pilih..."

Angin berhembus menerpa kulit wajah mereka, seolah-olah juga ikut menunggu apa jawaban Theo.

Tanpa disadari, secara bersamaan Bella dan Audi sama-sama meremas ujung rok mereka. Ada ketakukan yang berdesir hebat pada diri mereka.

"Lo pilih siapa?" tanya Audi setengah mendesak agar Theo cepat-cepat menjawab. Di pertanyaannya sendiri pun tersirat agar cowok itu memilihnya.

"Siapa?" timpal Bella.

"Gue gak akan pilih siapapun karna gue akan menyakiti semuanya."

Tidak siapapun. Bukan Bella. Bukan juga Audi. Kedua gadis itu butuh alasan yang lebih kuat. Tapi... Bagaimana kalau jawabannya nanti justru membuat mereka semakin jatuh ke dasar jurang?

Hanya berharap lebih tanpa usaha tak 'kan ada hasilnya. Namun bukankah masing-masing dari Bella maupun Audi sudah berusaha agar Theo memilih salah satu diantara mereka?

"Dan... Gue serius. Setidaknya untuk saat ini." sambung Theo.

Audi dan Bella mengangguk bersamaan.

"Ya sudah. Lo gak perlu pikirin. Bukan hal yang penting." Bella berlalu begitu saja meninggalkan Theo dan Audi.

Entahlah. Rasanya seluruh harapan yang ia punya telah menguap begitu saja bersamaan dengan jawaban Theo. Apa ia kurang berusaha? Kurang mengerti keinginan Theo? Atau... Memang tidak mengerti apa keinginan Theo?

Bella tahu dia masih tetap akan bersama Theo walau jika tentang hati Theo tak bersamanya. Orangtua dan kakaknya pun juga masih bersamanya. Orang-orang yang mencintainya juga masih bersamanya. Namun, apakah salah kalau Bella berharap Theo juga disisinya lebih dari sekedar sahabat?

Disisi lain Audi hanya diam dan tersenyum miris. Bella masih memiliki penopang kala gadis itu akan terjatuh. Tapi siapa yang akan menjadi penopangnya? Ia tak memiliki siapapun. Ayahnya pergi, ibunya tak menganggapnya anak, tak ada teman dekat, juga... Sekarang tak ada Theo.

Ralat. Bukan sekarang. Tapi nanti, kala Theo tahu isi hatinya dan Bella.

"Gue ke kelas duluan ya. Makasih." ia tak ingin berlama-lama disana bersama Theo apalagi matanya sudah memanas.

***

"Lo tahu hubungan antara cinta dan pelangi gak dalam hidup gue?"

Kalimat pertanyaan itu digenggam erat-erat Theo. Itu menjadi dasarnya kala akan menjalin hubungan.

Mungkin gadis manapun mengerti apa itu cinta dan apa itu pelangi. Tapi ia yakin bukan hal mudah menjawab hubungan cinta dan pelangi.

Terdengar konyol memang. Saat ini -untuk dua gadis dalam hidupnya, siapapun diantara mereka yang tahu apa jawabannya, maka Theo yakin bahwa gadis itu tepat untuknya.

Kini di atas motornya dan tengah menunggu Audi keluar, Theo masih mengingat kejadian pagi tadi di parkiran.

Jadi... Kalau ternyata hatinya untuk dua orang, apakah itu sebuah kesalahan?

"Sebenarnya lebih menyakitkan mencintai atau dicintai oleh orang yang gak kita suka? Lebih menyakitkan melepaskan atau menggenggam? Lebih menyakitkan memilih atau meninggalkan?" Theo bertanya pada dirinya sendiri.

Sebenarnya kenapa cinta harus serumit itu? Bukankah mencintai dan dicintai sudah cukup? Lalu kenapa harus memilih? Mempertahankan? Melepas?

Bukannya selama saling mengerti juga sudah cukup?

Lalu... Siapa yang paling pantas untuknya?

***

Late update? I'm sorryyyyy))):

VoteComment ya! :D

Salam,

Jelii, yang terpukau dengan kegantengan mantan

RAINBOWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang