Thanks Hukumannya Bunda.

5.2K 237 5
                                    

Flora POV



Ah sudah hari senin saja. Kenapa harus ada hari senin sih. Kalau ada senin itu tandanya upacara. Ahh! Masalahku dengan Ranna juga belum selesai. Semua chat yang aku kirim untuknya tak ada satupun dibalasnya. Aku telpon kerumahnya tapi dibilang Rannanya tak ada. Rana sangatlah manja bahkan lebih manja dari Raya.



Aku sengaja berangkat lebih dulu dari Faula, agar nanti tak bertemu Ferre, karena nanti Ferre akan jemput Fau. Sesampainya disekolah, sebelum upacara dimulai, aku ingin langsung ingin menyelesaikan masalahku dengan Ranna. Aku masuk kedalam kelas ternyata sudah ada Ranna tetapi ia pindah tempat duduk bukan lagi bersamaku. Aku meletakkan tas kemudian aku menghampirinya lalu aku tarik tangannya.



"Ikut gue!"



"Nggak!"



"Ikut Ranna!"



"Nggak ya nggak! Flora!"



"Oke. Lo nggak mau dengan cara baik-baik, mungkin bisa dengan cara kasar contohnya gue seret!"



Mendengar ancamanku, terpaksa Ranna berdiri dengan tangannya tetap dalam genggamanku. Ranna sangat takut kalau aku sudah mengancamnya dengan kata seret. Dulu ia pernah aku seret karena ketauan sedang ciuman. Oke tak usah aku ceritakan itu aib saudaraku.



"Belakang gudang!"



Ranna melepas tanganku dari tautan tangannya. Ia berjalan lebih dulu dariku dan aku harus mengikutinya. Aku sangat benci melihat orang ngambek seperti Ranna saat ini. Menurutku, sangatlah ke kanak-kanakan.



"Lo salah paham, malam itu gue dikerjain sama Bang Argha."



"Sekali pengkhianat tetap pengkhianat!"



"Pengkhianat dari segi mananya? Coba lo jelasin?"



"Lo jalan berdua sama dia!"



"Astaga!!" Gregetku sambil menepuk dahiku. "Udah gue bilang, gue dijebak Bang Argha. Bang Argha mau comblangin gue sama tuh cowok tapi gue nggak pernah mau makanya Bang Argha jebak gue dengan cara ninggalin gue berdua."



"Bohong!!"


Faula dan Flora [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang