Maafkan Aku, Faula.

3.1K 203 41
                                    

Tidak terasa sudah tiga bulan lamanya aku dan Ferre menikah. Kami memang menjalankan rumah tangga tetapi bukan seperti suami istri pada umumnya, melainkan seperti teman, terkadang seperti musuh, bahkan aku sering merasa sangat asing.



Aku dan Ferre satu rumah, satu atap, satu pintu tetapi jarang sekali mengobrol, jangankan mengobrol, untuk bertatap muka saja jangan sekali dilakukan. Bisa dikatakan aku berangkat kerja, Ferre masih tidur. Ferre pulang kerja, aku sudah tidur. Aku ingin sekali mengobrol dengannya jika ada waktu kosong dirumah. Tetapi percuma jika ada waktu kosong, karena yang kami lakukan tetap saja, tetap mengerjakan pekerjaan yang harusnya dilakukan ditempat kerja masing-masing.



Aku masih tetap seperti biasanya, masih mengerjakan pekerjaan ibu rumah tangga. Aku masih akan tetap menyiapkan sarapan untuknya sebelum ia berangkat kerja. Aku masih tetap mencuci bajunya sebelum aku berangkat kerja. Aku ingin seperti Bunda yang setiap harinya menyiapkan sarapan, atau membersihkan rumah atau merapikan pakaian Ayah kekantor. Setelah semuanya dilakukannya, Bunda langsung berangkat ke butik, berlaga seperti wanita karir.



Aku ingin seperti Bunda, walaupun aku tak seberuntung Bunda yang mempunyai suami super hebat seperti Ayahku. Aku tetap menjalankan sepenuh hati dan tulus melayani Ferre sebagai suamiku. Aku akan tetap patuh pada suamiku bagaimanapun keadaannya. Aku harus tetap menjadi istri yang berbakti pada suami. Walaupun rumah tangga kami tak dilandasi cinta, karena hanya aku yang cinta. aku kan tetap bertahan hingga akhir Ferre yang meminta aku melepasnya.



Sampai detik ini, aku tidak pernah mendengar Ferre dekat dengan perempuan lain. Terkadang aku berpikir jika Ferre itu terlalu setia dan aku terlalu bodoh, masih ingin bertahan dengan laki-laki yang mempunyai kesetiaan untuk perempuan lain.



Akhir-akhir ini aku selalu pulang malam, karena tuntutan pekerjaan. Sebentar lagi hari pernikahan Fiki akan segera dilaksanakan tetapi aku hanya akan menjalankan hingga esok hari tepatnya H-1. Selebihnya aku serahkan pada asistenku saja.



Sebenarnya aku ingin datang bersama Ferre tapi aku bingung cara mengajaknya. Ia saja sedang sibuk dengan syutingnya, sibuk sekali suamiku itu. Atau aku tidak usah datang? Ah lebih baik aku tidak datang, biarkan nanti aku bicara pada Fiki, jika aku harus keluar kota bersama Ferre untuk menemaninya syuting.



Saat ini aku sedang dalam perjalanan pulang kerumah, sebelumnya tadi aku sudah membeli martabak manis untuk dimakan dirumah bersama Ferre. Aku sedang ingin martabak manis, jangan kalian pikir aku ngidam. Itu tidak mungkin terjadi, aku saja masih virgin, gimana mau hamil. Jujur saja aku sudah ingin hamil, aku ingin punya anak, ingin menggendong anak tapi bagaimana caranya? Suamiku saja tidak pernah menyentuhku.



Tok tok tok



"Astaghfirullah." Kejutku sambil mengusap dadaku ketika aku terkejut kaca mobilku diketuk Ferre. Aku membuka pintu mobil dan mengambil kotak martabak yang akan aku makan nanti bersama Ferre.

Faula dan Flora [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang