Ferre, Suamiku.

3.3K 203 150
                                    

Aku terbangun dari tidurku ketika aku merasa ada yang aneh dengan diriku. Sebelum aku memutuskan untuk tidur, setahu aku, aku sedang menunggu Ferre pulang. Ferre pamit pergi sebentar entah kemana.



Perlahan aku membuka mataku, aku didalam kamar, lebih jelasnya ini adalah kamar aku dan Flora saat dulu dirumah Ayah. Bagaimana bisa aku kembali tidur dikamar ini. Apa aku sedang bermimpi?



"Aw.." Ternyata aku tidak mimpi buktinya aku kesakitan saat aku mencubit lengan tanganku.



Aku melihat seluruh isi kamarku dan Flora, ternyata benar ini isi kamarku dulu. Semua isinya masih sama tidak ada bedanya, tapi bagaimana bisa aku kembali tidur disini dan kapan aku kesini?



Aku bangkit dari kasur, aku ingin keluar. Aku ingin keluar untuk melihat apa yang sudah terjadi. Aku melihat dari lantai atas didepan kamarku, aku melihat arah ruang tamu. Aku benar-benar penasaran dengan apa yang sudah terjadi denganku.



Aku turun tangga perlahan, aku melihat punggung Ferre sedang duduk didepan TV bersama seorang perempuan dengan rambut hitam panjang. Aku berniat menghampiri Ferre dan perempuan tersebut, tetapi aku urungkan ketika aku mendengar tawa seorang anak kecil dari arah belakangku. Aku membalik tubuhku mencari sumber suara.



Aku melihat Ari dan Flo tertawa sambil saling mengejar. Aku tersenyum melihat keduanya yang begitu akrab, aku harap hingga mereka besar, mereka akan tetap akrab.



"Ibuuu..." Sapa mereka saat mereka melewati aku, aku tersenyum.



Aku kembali fokus pada Ferre dan perempuan tersebut, kakiku ingin melangkah tetapi kembali aku urungkan ketika aku melihat perempuan itu sedang menatapku, senyumnya berkembang. Tubuhku kaku, aliran darahku berhenti dan aku rasanya ingin mati saja. Tidak terasa air mataku mengalir deras dipipiku. Segera aku tepis dengan kasar.



Perempuan itu menghampiriku. Aku melihat penampilannya kini sudah berubah. Ia semakin terlihat mirip denganku. Ia benar-benar mirip denganku. Ia terlihat lebih anggun daripada dulu. Ia semakin terlihat lebih cantik, bahkan aku merasa ia lebih cantik dari aku.



"Hai Fau." Sapanya ketika ia sudah berdiri tegak didepanku. Aku melirik arah Ferre tetapi ia tidak merasa terganggu, ia masih asyik dengan TV yang sedang ia tonton.



"Fau, kok lo nangis?" Suaranya. Suaranya benar-benar sama, tidak ada bedanya.



"Flo---ra." Jemarinya menghapus sisa air mataku. Ia mengangguk tetap dengan senyum manisnya.



"Iya ini gue, Flora. Memangnya siapa?" Jawabnya bercanda.

Faula dan Flora [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang