Firts Lunch.

3K 189 64
                                    

Ferre POV



Aku sedang didepan tumpukan tanah dengan nama nisan Arindha Flora Dhiarakbar binti Reno Akbar Prayoga Putra. Ayah memberi nama sungguh cantik pada anak gadisnya, bukan hanya nama yang cantik tetapi rupa dan hatinya melebihi kecantikan dari namanya, hanya saja perilakunya bukan seperti bidadari tetapi seperti preman pasar, ah aku begitu merindukan sikap premannya yang begitu garang.



"Assalamualaikum bidadari surga."



"Hai Arindha, gue rindu."



"Lo marah juga sama gue? Maaf udah buat kembaran lo nangis, tapi lo harus tau dia adalah istri gue. Gue benar-benar nggak ada niat untuk nyakitin dia. Gue bingung harus bersikap seperti apa pada Fau, tolong bantu gue lupain lo."



"Jujur, Ri. Sampai saat ini gue masih mencintai lo dengan sangat. Tapi gue juga jujur, gue nggak bisa lepasin dia. Gue terlalu egois, gue ingin lo tapi gur nggak bisa lepas dia. Andai gue bisa melakukan semuanya, mungkin keadaan nggak akan serumit ini."



"Gue janji, itu pertama dan terakhir kalinya gue nyakitin Fau. Gue nggak akan buat dia nangis lagi, nggak akan buat Fau kecewa lagi."



"Udah dulu ya sayang, gue pamit pulang. Gue mau ketemu Fau, mau buat dia bahagia seperti keinginan lo. Datang ke mimpi gue untuk jawaban lo. Lo udah maafin gue atau lo masih marah."



"Selamat siang Arindha, gue rindu lo, sayang."



"Assalamualaikum sayang." Pamitku pada Ari dan aku mencium batu nisannya.



Semoga Ari tidak marah lagi padaku. Aku langsung menacap gas menuju butik Fau sebelum ia keluar butik untuk makan siang. Aku memarkirkan mobil didepan butik Fau. Aku melihat masih ada mobil Fau terparkir didepan. Mungkin ia masih ada pekerjaan dan menunda makan siangnya.



Aku masuk kedalam butik menuju ruangan Fau. Aku melihat suasana butik begitu sepi, mungkin seluruh karyawan sedang makan siang, tidak seperti bosnya yang selalu menunda makan. Aku masuk kedalam ruangan Fau tanpa ijin pada pemilik ruangan. Aku melihatnya sedang tertidur dengan kepala diatas tumpukan tangannya yang ada diatas meja.



Apa semalam ia tidak tidur sampai harus tidur diruangannya begini?



Aku melihat wajahnya yang begitu cantik, wajah yang tidak ada bedanya dengan Ari, hanya saja Ari memiliki tahi lalat dipipi kirinya. Fau terlihat masih menggunakan kaca matanya. Ia akan menggunakan kaca mata jika sedang menggambar, katanya agar lebih jelas dengan bentuk dan garis pada gambarnya. Disela-sela jemarinya terdapat sebuah pensil. Diujung kepalanya terlihat sebuah gambar setengah jadi didalam kertas putih.

Faula dan Flora [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang