Aku, Flora

11.3K 459 0
                                    

Aku ingin mengoreksi sedikit, sebenarnya si Fau dipanggil Yang Maha Kuasa bukan sama bunda. dia aja lagi di sekolah sedangkan bunda di butik.

Bagian Fau panjang banget dia cerita atau buat novel. Fau udah banyak cerita sama kalian jadi aku hanya menambahkan. Fau gak ngomong yang jelek-jelek tentang aku kan? Aku sebenernya anaknya pendiem tapi kalo lagi tidur aja itu juga kata si bunda.

Apa yang diceritain Fau tentang ada yang skarat itu salah tapi orang itu mati setelah sekarat selama seminggu.

Si Fau ngejelek-jelekin kembaran sendiri jahat banget dia. Aku tau Fau kamu itu pinter, gak bodoh seperti aku.

Disekolah aku dan fau seperti orang tak kenal, tak pernah saling sapa, ketemu dikoridor juga gak liat, jangankan liat lirik aja ogah.

Aku selalu dibanding-bandingkan dengannya, katanya aku harus menjadi seperti Fau. maksudnya aku harus jadi orang lain bukan diriku sendiri gitu? Aku tak bisa karena aku tak mau hidup karena orang lain. Aku tak ingin menjadi orang munafik seperti orang-orang jaman sekarang.

Aku pernah dihukum karena menjaili anak kelasku,  aku mengikat tali ke rok teman kelasku, bukan hanya tali tapi ada aqua botol, teh pucuk, estea aku ikat ke tali dan aku pasang ke rok anak culun itu, setelah aku ikat aku pura-pura tidur, tak lama bocah itu disuruh maju mengerjakan tugas bahasa Inggris, saat dia berjalan suara botol-botol bunyi aku hanya bisa menahan tawa. Saat gurunya melihat apa yang ada dipinggang bocah itu, saat itu juga guru langsung melihat kearahku, aku sih santai aja, satu kelas ikutan melihat kearahku. Aku dengan sok begonya ngomong:

"Bukan saya pak"

"Saya tak butuh pembelaanmu, sekarang kamu keluar dari kelas dan hormat ditiang bendera, tali-tali itu kamu pasang di pinggang kamu, bel pulang baru kamu boleh bebas."

ingin rasanya membela diri tapi keburu diancam:

"Laksanakan atau saya panggil orang tua kamu"

kalo udah bawa-bawa orang tua aku kicep aku nyerah deh aku bukan takut pada ayah tapi aku takut bunda. Kalo ayah santai aja tapi bunda? Jangan ditanya deh. Aku keluar kelas tapi sebelum itu aku ancam bocah culun itu:

"Mati lo"

Flo.

Aku bersama gengku sedang berada disimpang jalan lebih tepatnya jalan sumarto, aku akan melakukan tauran untuk kesekian kalinya. kemarin temanku ditantang oleh anak bangsa abadi, diterima langsung temanku.

Jangan membayangkan aku tauran memakai rok mini rambut digerai, itu salah besar, aku memakai celana panjang bekas bang Argha dulu, itupun aku colong tanpa sepengetahuan dia. Aku kecilkan sesuai kaki aku.

Setiap hari aku selalu membawa celana, dan aku selalu memakai topi, untung saja rambut ku tak panjang hanya sebahu jadi gampang untuk diumpetin didalam topi. Tapi jangan mikir aku merokok atau minum alkohol, aku tak pernah nyentuh barang itu, karena semua temenku juga melarang aku untuk nyentuh itu.

Aku berdiri bersandar dengan tembok. Tiba-tiba temannku menepuk pundakku dan nunjuk kearah jalan, aku mengangguk dan memberi kode untuk teman temanku, aku mulai menghitung sampai tiga.

saat mereka sudah mendekat aku menghampiri mereka sampai terjadilah tauran seperti biasanya.

Sepertinya hari ini aku sedang sial karena aku kurang berhati hati lengan kananku tergores pisau musuh. Aku menahan rasa sakit sampai akhirnya mereka melarikan diri. Aku melihat lenganku.ternyata berdarah, perih linu.

"ri tangan lo" ucap Udin, teman gengku, semuanya melihat kearahku.

"Gua gapapa santai aja"

"Tangan lo berdarah ri."

Faula dan Flora [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang