Penindasan.

5.3K 283 11
                                    

Faula POV

Sepanjang koridor semua siswa menatapku aneh, bingung kan kenapa? Karena aku jalan berdua dengan Flo. Bukan cuma karena jalan berdua tapi Flo merangkul bahuku.
Selama disekolah, baru sekarang aku terlihat akrab dengan Flo. Jangan pikir kalau penampilan Flo berubah menjadi seperti aku, itu tidak mungkin. Seragam dia saja masih dikeluarkan, rok masih diatas lutut, sepatu hitam tanpa kaos kaki. Bawa buku masih 1. Flo mengantar aku sampai kelas. Dia ikut masuk kedalam kelasku.

"Jangan pernah ada yang gangguin Kakak gue. Lecet sedikit, mati lo semua!" Ancamnya sambil menunjuk semua anak kelasku.

"Apaan sih, sana lo keluar." Usirku sambil mendorong tubuhnya. Akhirnya Flo pergi dari dalam kelasku.

"Itu kembaran lo serem banget sih ngancemnya mati terus." Gedik ngeri Sila setelah Flo keluar dari kelasku.

"Orang gila dia sih."

Aku berjalan mengambil sapu karena hari ini aku ada jadwal piket. Tiba-tiba sapunya diambil oleh Ningsih. "Lo kalau mau piket pakai sapu lain, ini gue yang ambil." Ucapku sambil mengambil kembali sapunya.

"Lo nggak usah piket Fau, takut gue sama Adik lo." Takut Ningsih.

"Dia cuma nakut-nakutin, nggak beneran."

"Waktu itu ada yang dia tonjok gara-gara gangguin lo."

"Iya itu kan ada alasannya, ini apa alasannya? Santai aja kalau lo di apa-apain bilang gue aja."

Memang pernah ada cowok yang ditonjok Flo karena mengganggu aku setiap harinya. Mungkin karena ada yang melaporkan pada Flo, akhirnya cowok itu dihampiri Flo lalu ditonjok.

"Gue takut."

FAULA DAN FLORA←

Flora POV

Hari ini moodku sedang baik, lagi bagus, lagi cerah. Walaupun dikelas tetap tak mengerti pelajaran. Katanya mau ada anak baru tapi kok nggak ada juga, bodo amat lah. Tak terasa sudah bel istirahat saja. Aku sudah dapat pesan WhatsApp disuruh kekantin. Aku keluar kelas dengan santai. Saat aku melewati toilet, aku mendengar ada suara sedang marah didalam toilet.

"Siapa nih yang sok jagoan?" Gumamku. Aku bersandar pada dinding toilet sambil menguyah permen karet dengan melipat tangan didepan dada.

"Gara-gara lo, Gading mutusin gue!"

"Apa cantiknya lo sih!!"

Plaaakk

"Aduh Kak sakit, Kak ampun."

Aku terkejut hingga tubuhku menegang. Tanpa sadar tanganku terkepal. Aku membuang permen karet dari dalam mulutku ke sembarang tempat. Tanpa pikir panjang, aku mendobrak pintu toilet. Terdapat 4 cewek. 2 cewek memegang kedua tangan cewek yang menjadi korban, cewek satu lagi sedang menjambak rambut korban. Kalian tahu korbannya itu siapa? Karaya Nada Erlangga---Raya sepupuku. Ketiga cewek itu terkejut lantas melepas tangan mereka dari tangan dan rambut Raya. Aku berdiri tepat didepan Raya, berdiri memunggunginya. Ketua dari cewek itu tersenyum puas didepanku.

"Gara-gara pecun ini, Gading mutusin gue, Ri. Kesel deh gue." Adunya dengan suara sangat menjijikan. "Lo mau ngapain pecun ini, Ri? Gue serahin ke lo deh."

"Lo kan sahabatnya Gading. Lo bantuin gue buat balikan sama Gading. Gue sayang banget sama Gading, Ri."

Plaaakkk

Aku tampar ketiga cewek itu sampai pipi mereka benar-benar merah. Ketiganya menatapku kaget.

"Lo bertiga yang pecun!" Geramku. "Gue bersyukur banget Gading dengerin omongan gue buat putusin cewek murahan kayak lo!"

Faula dan Flora [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang